Lokasi Babinsa Terinjak Gajah di OKI Masuk Jalur Jelajah Satwa
Anggota Babinsa dari Komando Distrik Militer 0402/Ogan Komering Ilir meninggal akibat diserang kawanan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus). Lokasi konflik berada di jalur jelajah gajah.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Seorang anggota Babinsa dari Komando Distrik Militer 0402/Ogan Komering Ilir, Sersan Satu Iskandar Zulkarnain (49), meninggal akibat diserang kawanan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Dusun Belanti, Desa Banyubiru, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Lokasi insiden berada di jalur jelajah satwa.
Komandan Kodim 0402/Ogan Komering Ilir (OKI) Letkol (Czi) Zamroni, Rabu (4/3/2020), mengatakan, kejadian ini bermula saat warga melaporkan adanya kawanan gajah yang masuk ke kawasan perkebunan. ”Dari laporan tersebut, juga dilaporkan sudah ada warga yang terluka,” katanya.
Mendapati laporan tersebut, dua Babinsa, Sersan Mayor Sugiarto dan Sersan Satu Iskandar, langsung mendatangi lokasi. Saat tiba di lokasi, didapati sudah ada dua warga terluka.
Melihat kondisi itu, mereka langsung membantu warga. Namun, tidak disangka, satu gajah tiba-tiba datang dan langsung menyerang warga dan Sertu Iskandar. Iskandar pun terjatuh dan terinjak. ”Sertu Iskandar pun meninggal di lokasi,” katanya.
Dalam melaksanakan tugas, ujar Zamroni, kedua anggotanya tidak menggunakan senjata. Mereka hanya menggunakan kayu untuk menghalau gajah keluar dari kawasan perkebunan.
Saat ini, lanjut Zamroni, jenazah Sertu Iskandar sudah dibawa ke Palembang melalui jalur sungai. Jenazah akan dijemput pihak keluarga yang tinggal di Kabupaten Banyuasin.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumsel Genman Suhefti Hasibuan mengungkapkan, petugas sedang melakukan penilaian di kawasan tersebut. Namun, kawasan tersebut diketahui memang merupakan wilayah jelajah gajah. Dalam tiga tahun terakhir, di kawasan itu setidaknya empat kali terjadi konflik antara manusia dan satwa liar.
Bahkan, ujar Genman, kawasan itu juga merupakan salah satu habitat gajah. ”Kami menyebutnya kantong gajah Air Sugihan Simpang Heran. Di kawasan tersebut diperkirakan ada 100-120 ekor gajah yang tinggal di sana,” ucapnya.
Dia mengakui, kawasan itu tidak masuk dalam kawasan hutan, hanya saja memang menjadi jalur jelajah gajah. Di jalur itu, ada hutan tanaman industri, perkebunan, dan permukiman. ”Ada perkebunan sawit dan sawah di sana,” ujarnya.
Dalam tiga tahun terakhir, setidaknya ada empat kali konflik gajah dan manusia di kawasan itu.
Oleh karena merupakan kantong gajah, menurut Genman, kerap kali terjadi konflik antara gajah dan warga. Dalam tiga tahun terakhir, setidaknya ada empat kali konflik gajah dan manusia di kawasan itu.
Dalam periode 2017-2019, setidaknya sudah ada 10 konflik antara gajah sumatera dan masyarakat. Sebagian besar konflik tersebut karena adanya irisan kawasan antara jalur jelajah gajah dan kawasan perkebunan warga.
Warga pun sudah diberi tahu bahwa kawasan tempat tinggal mereka ada di jalur gajah. ”Mereka pun sudah dibekali cara menghalau gajah liar,” kata Genman.
Salah satu upaya menghalau gajah keluar dari kawasan perkebunan dan permukiman, yakni dengan mengeluarkan bunyi atau dengan melibatkan gajah jinak. Genman mengungkapkan, gajah yang terlibat konflik dengan warga dan anggota Babinsa itu diperkirakan hanya satu individu.
Sekitar dua pekan lalu, di lokasi yang tak jauh dari tempat tersebut, juga ada laporan konflik antara masyarakat dan seekor gajah. ”Namun, kami masih mengkaji apakah itu merupakan individu yang sama atau tidak,” kata Genman.
Saat ini, ujar Genman, kawanan gajah tersebut sudah berada di kawasan hutan tanaman industri milik perusahaan. Saat ini, tim BBKSDA Sumsel, Kesatuan Pengelola Hutan, dan perusahaan terus memantau pergerakan gajah.