Jaminan keamanan jadi kunci utama penuntasan pembangunan jalan Trans-Papua sepanjang 2.345,40 kilometer. Selama ini, sejumlah pekerjaan infrastruktur jalan tertunda akibat gangguan keamanan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Jaminan keamanan menjadi kunci utama penuntasan pembangunan jalan Trans-Papua sepanjang 2.345,40 kilometer. Hingga akhir 2019, pengaspalan ruas jalan ini baru mencapai 900,54 kilometer. Akibat gangguan keamanan, sejumlah paket pekerjaan pun tertunda.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XVIII Osman Harianto Marbun, di Jayapura, Rabu (4/3/2020), mengatakan, gangguan keamanan kerap menghambat pekerja di lapangan menuntaskan pembangunan jalan Trans-Papua.
Ia mengungkapkan, sebanyak 14 paket pekerjaan Trans-Papua tertunda akibat gangguan keamanan di sejumlah daerah di Papua sepanjang 2019. Terakhir, kegiatan pemeliharaan jalan Trans-Papua dari Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, ke Deikai di Kabupaten Yahukimo oleh PT Wijaya Karya terhenti selama dua hari.
Hal ini dipicu insiden penembakan truk yang ditumpangi enam pekerja PT Wijaya Karya oleh oknum tak dikenal di Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Senin (2/3/2020). Akibat insiden ini, sopir panik sehingga truk terbalik. Tiga pekerja pun luka ringan.
”Kami sudah menuntaskan sebagian dari 14 paket pekerjaan yang tertunda sejak awal tahun ini. Sementara di Oksibil, proyek pemeliharaan ruas jalan Oksibil-Deikai sepanjang 79 kilometer terpaksa dihentikan hingga situasi kembali kondusif,” tutur Osman.
Ia menyatakan, pembangunan jalan Trans-Papua terus berjalan meskipun terjadi gangguan keamanan di sejumlah daerah selama dua bulan terakhir.
BBPJN XVIII menargetkan peningkatan ruas jalan yang teraspal dari 900,54 kilometer pada Desember 2019 menjadi 992,53 kilometer hingga akhir tahun 2020. Pengerjaan jalan yang belum digarap sepanjang 26,17 kilometer juga ditargetkan tuntas tahun ini.
”Kami menyiapkan sebanyak 119 paket pengerjaan fisik jalan dan jembatan pada tahun ini. Kami berharap peningkatan keamanan agar pengerjaan seluruh paket ini dapat tuntas,” lanjutnya.
Dari data Polda Papua, total terjadi tujuh kasus penyerangan pekerja yang melaksanakan pembangunan Trans-Papua di sejumlah kabupaten, seperti Puncak, Nduga, dan Yahukimo, sejak 2016 hingga Maret 2020.
Kasus terbesar terjadi pada tahun 2018, ketika kelompok Egianus Kogoya menyerang 28 pekerja PT Istaka Karya pada 2 Desember 2018 di Bukit Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga. Sebanyak 17 orang meninggal, 7 orang selamat, dan 4 orang belum ditemukan tim gabungan TNI dan Polri.
Hingga kini, total 24 pekerja meninggal, 9 pekerja luka-luka, dan 4 pekerja dari PT Istaka Karya belum ditemukan.
Maraknya aksi teror dari kelompok tersebut dalam dua bulan terakhir dengan tujuan menggagalkan pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional XX dan pemilihan kepala daerah di Papua.
Wakil Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVII Cenderawasih Letkol Inf Dax Sianturi menegaskan, pihaknya telah menyiapkan pasukan di pos-pos daerah rawan gangguan keamanan khususnya dari kelompok kriminal separatis bersenjata.
Ia mengungkapkan, maraknya aksi teror dari kelompok tersebut dalam dua bulan terakhir dengan tujuan menggagalkan pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional XX dan pemilihan kepala daerah di Papua.
”TNI Angkatan Darat memastikan pelaksanaan program pemerintah seperti pembangunan jalan Trans-Papua dapat berjalan aman hingga tuntas,” ujar Dax.