Banjarmasin Sasirangan Festival 2020 digelar selama lima hari di Banjarmasin, 4-8 Maret. Festival ini digelar untuk lebih mempopulerkan kain sasirangan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS – Kain sasirangan mendapat ruang promosi luas dalam kegiatan Banjarmasin Sasirangan Festival 2020. Keberadaan kain asli Kalimantan Selatan itu perlu terus dilestarikan dan dipromosikan untuk mendorong tumbuhnya industri kreatif berbasis kain sasirangan.
Sasirangan merupakan kain khas Banjar, sejenis batik, yang dibuat dengan teknik menyirang (menjelujur atau menjahit jarang-jarang). Kegiatan Banjarmasin Sasirangan Festival 2020 yang digelar selama lima hari di Banjarmasin, 4-8 Maret, mencoba untuk lebih mempopulerkan kain sasirangan.
Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina mengatakan, tahun ini merupakan tahun keempat pelaksanaan Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF). Tema BSF tahun ini yaitu Glory of Heritage, yang menunjukkan kebanggaan terhadap warisan budaya kain sasirangan. BSF memberi ruang untuk promosi kain sasirangan dari 13 kabupaten/kota di Kalsel.
”Sasirangan adalah kain kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan. Melalui kegiatan Banjarmasin Sasirangan Festival, mudah-mudahan kain sasirangan semakin dikenal dan mendunia,” kata Ibnu Sina pada saat acara pembukaan BSF 2020 di Banjarmasin, Rabu (4/3/2020) sore.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pameran BSF tahun keempat ini digelar di dua tempat sekaligus, yaitu pusat perbelanjaan modern Duta Mall Banjarmasin dan Taman Siring Menara Pandang, Banjarmasin. ”Kami ingin menggencarkan promosi pada semua kalangan masyarakat,” ujarnya.
Menurut Wakil Ketua Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Kalsel Cathrine Ambarsari, peminat kain sasirangan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Untuk itu, pelaku ekonomi kreatif perlu terus mengembangkan motif-motif kain sasirangan dan desain busana sasirangan yang menarik.
”Kebanyakan orang luar lebih tertarik pada busana sasirangan atau pakaian jadinya. Pakaian yang saya desain pun pernah dikirim sampai ke Jerman dan Swiss,” tuturnya.
Kebanyakan orang luar lebih tertarik pada busana sasirangan atau pakaian jadinya. Pakaian yang saya desain pun pernah dikirim sampai ke Jerman dan Swiss
Selain meminati pakaian jadi, ujar Cathrine, orang luar daerah dan luar negeri juga lebih menyukai sasirangan dengan warna kalem atau lembut (soft). Berbeda dengan orang asli Banjar yang lebih menyukai sasirangan berwarna cerah. ”Saat ini, kain sasirangan berpewarna alam juga lebih disukai. Cara pembuatannya harus diperhatikan betul agar tidak mudah luntur,” katanya.
Bupati Tanah Laut Sukamta menyambut gembira adanya kegiatan BSF di Banjarmasin. BSF adalah ruang yang tepat untuk mempromosikan produk kain sasirangan dari Tanah Laut. ”Promosi semacam ini membuat para perajin kami bersemangat. Sebab, produk dari Tanah Laut bisa lebih dikenal luas dan peluang pasarnya juga semakin besar,” ujarnya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dalam sambutan tertulis yang dibacakan Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Kalsel Faried Fakhmansyah berharap kegiatan BSF bisa memperkuat kain sasirangan sebagai ikon Kalsel, mendorong berkembangnya industri kain sasirangan, serta dapat meningkatkan daya saing ekonomi di daerah.
Menurut Sahbirin, Kalsel memiliki beragam potensi dan anak muda kreatif yang merupakan modal dalam membangun industri kreatif di Kalsel. ”Pemprov dan pemerintah kabupaten/kota harus bisa memberikan dukungan dan motivasi pada pelaku industri kreatif agar kreativitas dan hasil karya mereka serta potensi yang dimiliki dapat terus digali dan dikembangkan,” katanya.