Persaudaraan NU dan Muhammadiyah Penting bagi Bangsa
Peringatan Hari Lahir Nahdlatul Ulama (NU) ke-97 di Yogyakarta, Kamis (5/3/2020) malam, menegaskan hubungan persaudaraan NU dan Muhammadiyah. Kerja sama dua organisasi besar ini penting demi kemajuan bangsa.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS -- Peringatan Hari Lahir Nahdlatul Ulama (NU) ke-97 di Yogyakarta, Kamis (5/3/2020) malam, menjadi momen penegasan hubungan persaudaraan NU dan Muhammadiyah. Persaudaraan dua organisasi ini penting demi kemajuan bangsa.
Demikian diungkapkan perwakilan pengurus Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah dalam pengajian akbar peringatan Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama ke-97, Kamis malam, di kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta. Meski sempat diwarnai insiden pemindahan tempat, acara tersebut berlangsung lancar, dihadiri perwakilan sejumlah elemen masyarakat, termasuk pengurus Muhammadiyah.
"Terima kasih banyak kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah Yogyakarta yang malam ini hadir. Ini saudara tua kita. Semoga NU dan Muhammadiyah bisa membawa negeri ini tetap lestari sampai kapan pun," kata Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Yogyakarta, Yazid Afandi, dalam acara itu.
Semoga NU dan Muhammadiyah bisa membawa negeri ini tetap lestari sampai kapan pun. (Yazid Afandi-PCNU Yogyakarta)
Peringatan Harlah NU ke-97 itu digelar oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Yogyakarta. Pembicara utama dalam pengajian itu adalah salah seorang ulama NU, Kiai Haji Ahmad Muwafiq.
Selain dihadiri sejumlah ulama dan warga NU, acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Yogyakarta, kerabat Keraton Yogyakarta, dan perwakilan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah di Yogyakarta.
Yazid mengatakan, peringatan hari lahir (harlah) Nahdlatul Ulama ke-94 itu awalnya akan digelar di Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta atau dikenal dengan sebutan Masjid Gedhe Kauman. Dia menyebut, pengurus PCNU Kota Yogyakarta telah mendapat izin dari Keraton Yogyakarta selaku pemilik Masjid Gedhe untuk menggelar acara.
Namun, beberapa hari sebelum pelaksanaan acara, muncul keberatan dari beberapa pihak terkait lokasi acara. Menurut Yazid, keberatan itu antara lain disampaikan melalui surat kepada PCNU Kota Yogyakarta dan munculnya beberapa banner atau spanduk.
"Hal ini kemungkinan terjadi karena kurangnya komunikasi yang sehat kepada semua pihak sehingga ada surat masuk ke PCNU Kota Yogyakarta dan muncul beberapa banner yang mengisyaratkan keberatan atas rencana kegiatan Harlah NU ke-94 oleh PCNU Kota Yogyakarta," tutur Yazid.
Memperhatikan dinamika masyarakat dan menjaga kemaslahatan serta kondusivitas Yogyakarta, PCNU memindahkan lokasi acara ke kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta.
Oleh karena itu, dengan memperhatikan dinamika masyarakat dan untuk menjaga kemaslahatan serta kondusivitas Yogyakarta, PCNU memutuskan memindahkan lokasi acara ke kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta.
"Tentu pergeseran tempat ini adalah sesuatu yang sangat berat bagi PCNU. Tapi demi keamanan, kenyaman dan keharmonisan masyarakat, PCNU memandang lebih mashlah (bermanfaat) jika lokasi tersebut digeser ke tempat lain," ujar Yazid.
Yazid memaparkan, bagi NU, keamanan dan keharmonisan masyarakat jauh lebih penting daripada hal lain. "Akan tidak bermakna jika kegiatan yang sedianya ditujukan untuk menjalin ukhuwah, namun nantinya akan dicederai dengan kerusuhan dan pertikaian," ungkapnya.
Yazid menambahkan, acara peringatan Harlah NU itu dikemas dengan konsep "Dhahar Kembul Nasi Ingkung" atau makan bersama nasi ingkung. Konsep "Dhahar Kembul Kembul Nasi Ingkung" mencerminkan semangat kebersamaan antara warga NU dan elemen masyarakat lain.
"Tema silaturrahmi ini sengaja kami angkat mengingat nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan di antara elemen bangsa mulai terdegradasi dengan munculnya paham-paham transnasional dan oleh gerakan-gerakan yang menggunakan kekerasan untuk memaksakan tujuan," ujar Yazid dalam keterangan tertulis.
Dalam acara tersebut, PCNU Kota Yogyakarta juga mengundang berbagai elemen masyarakat dan organisasi keagamaan, termasuk Muhammadiyah dan Majelis Ulama Indonesia. Perwakilan elemen masyarakat dan organisasi keagamaan itu diharapkan bisa hadir dan makan ingkung bersama-sama dalam acara tersebut.
Dengan begitu, diharapkan peringatan Harlah NU bisa menguatkan nilai persaudaraan, persahabatan, dan kebersamaan di antara berbagai elemen bangsa. "Di situlah akan ada pelajaran toleransi yang sangat bermakna bagi kesatuan negeri yang plural ini, khususnya antara warga NU dan Muhammadiyah sebagai dua ormas benteng Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tangguh dan sudah teruji," kata Yazid.
Saat hadir dalam peringatan Harlah NU ke-94, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta, Akhid Widi Rahmanto menyatakan, warga NU dan Muhammadiyah merupakan saudara. Oleh karena itu, ke depan, hubungan persaudaraan tersebut diharapkan terus bertahan.
"Insya Allah kita tetap bersaudara antara Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah," ujar Akhid.
Akhid menambahkan, ke depan, NU dan Muhammadiyah juga diharapkan bisa bersatu dan bekerja sama mendukung program-program pemerintah. Persatuan dan kerja sama, menurut dia penting demi kemajuan bangsa Indonesia.
"Ke depan, semoga kita tetap bersatu mendukung program pemerintah, program Nahdlatul Ulama, dan program Muhammadiyah demi kejayaan bangsa Indonesia," ungkap Akhid.