Pemprov NTT Siapkan Anggaran Rp 4 Miliar Menangani Korona
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menyediakan anggaran senilai Rp 4 miliar dari pos anggaran darurat untuk menangani virus korona. Sebanyak lima rumah sakit ditunjuk menangani virus ini.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menyediakan anggaran senilai Rp 4 miliar dari pos anggaran darurat untuk menangani virus korona. Sebanyak lima rumah sakit ditunjuk menangani virus ini. TKI asal NTT yang pulang dari luar negeri pun akan diperiksa sebelum bertemu dengan anggota keluarga.
Kepala Dinas Kesehatan NTT Dominggus Mere di Kupang, Kamis (5/3/2020), mengatakan, saat ini sembilan unit thermal scanner bantuan dari pemerintah pusat dipasang di beberapa tempat, antara lain di Pelabuhan Tenau Kupang, Bandara Komodo di Labuan Bajo, dan Bandar El Tari Kupang. Pemprov mempertimbangkan akan mengadakan beberapa unit thermal scanner lagi untuk daerah dengan lalu lintas wisatawan asing.
”Dana yang telah disiapkan Rp 4 miliar, diambil dari pos anggaran darurat APBD provinsi. Pemprov akan mengadakan sarana dan prasarana ruang isolasi di lima rumah sakit yang menangani virus korona, penambahan thermal scanner, alat pelindung petugas kesehatan, dan dukungan lain,” kata Dominggus.
Kelima rumah sakit rujukan korona itu adalah RSUD WZ Yohannes Kupang, RSUD TC Hillers Maumere di Sikka, RSUD Komodo di Labuan Bajo, RSUD Umbu Rara Meha, dan RSUD Gabriel Manek di Atambua. RSUD Yohannes Kupang menangani pasien yang diduga terinfeksi virus korona di dalam ruang isolasi. Namun, setelah 13 hari pasien dirawat, hasil laboratorium memperlihatkan keduanya negatif.
Dana yang telah disiapkan Rp 4 miliar, diambil dari pos anggaran darurat APBD provinsi. Pemprov akan mengadakan sarana dan prasarana ruang isolasi di lima rumah sakit yang menangani virus korona, penambahan thermal scanner, alat pelindung petugas kesehatan, dan dukungan lain.
Dominggus mengatakan, lima rumah sakit tersebut dinilai sangat strategis. RSUD Umbu Rara Meha di Pulau Sumba ditunjuk sebagai rujukan pasien korona untuk empat kabupaten di pulau itu. RSUD Komodo dipilih karena di sana banyak wisatawan asing masuk dan keluar. RSUD Atambua sebagai rumah sakit yang berbatasan dengan Timor Leste, sementara RSUD Yohannes sebagai pusat provinsi, selama ini menjadi rumah sakit rujukan dari 22 kabupaten/kota.
Dana Rp 4 miliar itu dimanfaatkan untuk meningkatkan sarana dan prasarana di lima rumah sakit tersebut. Paling penting, pengadaan thermal scanner karena saat ini alat itu belum dimiliki semua rumah sakit tersebut, kecuali RSUD Yohannes.
Rumah sakit-rumah sakit itu sedang melakukan simulasi standar operasional penanganan virus korona sesuai ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan. Ini penting agar semua petugas medis dan paramedis memiliki pemahaman dan keterampilan yang sama menangani pasien yang terinfeksi virus korona atau Covid-19.
Gubernur NTT pada 30 Januari 2020 mengirim surat kepada 22 kabupaten/kota tentang kesiapsiagaan dan kewaspadaan dini masuknya virus korona. Penanganan korona sesuai dengan pedoman penatalaksanaan yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan dan WHO yang sudah direvisi. Ini sebagai pedoman pokok menangani virus korona.
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) III Kupang Putu Alit Sudarma mengatakan, setiap kapal yang datang dari luar negeri atau negara terjangkit harus minta izin ke pihak Karantina. Sebelum minta izin, mereka tidak boleh melakukan aktivitas.
KKP akan menerjunkan petugas melakukan pemeriksaan sesuai standar yang tertulis dalam dokumen ”Maritime Declaration of Health”. Di dalamnya, antara lain, disebutkan, kapten kapal memberi laporan kepada KKP tentang kondisi kesehatan penumpang dan kru selama pelayaran.
Terkait korona, petugas KKP pun akan memeriksa suhu tubuh semua penumpang. Jika ada penumpang yang suhu tubuhnya melebihi 38 derajat celsius, kapal bersangkutan tidak diizinkan masuk pelabuhan.
Ia menyebutkan, warga NTT yang saat ini menjadi TKI/TKW di luar negeri, lalu pulang ke NTT, baik melalui laut, darat, maupun udara, akan diperiksa suhu tubuhnya dan dilakukan pemeriksaan klinis sebelum bertemu anggota keluarga. Langkah ini untuk mengantisipasi penyebaran virus korona ke masyarakat di desa-desa.
Jangan panik
Wakil Ketua Komisi V DPR Melki Lakalena yang melakukan kunjungan kerja di Kupang mengatakan, masyarakat tidak perlu panik secara berlebihan menyikapi korona karena bakal memicu penyakit lain yang sudah ada di dalam tubuh. Virus korona memiliki kemampuan membunuh hanya 2 persen. Jauh lebih kecil dibandingkan dengan virus demam berdarah dengue yang saat ini sedang mewabah di NTT.
Saat ini di NTT ada pihak yang menjual masker dengan harga sampai Rp 300.000 per boks. Lakalena meminta Polri dan TNI menindak tegas mereka yang memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkaya diri.
”Orang-orang ini tidak memiliki semangat solidaritas dan berperikemanusiaan dalam menghadapi masalah korona yang menjadi kekhawatiran banyak pihak,” kata Lakalena. Ia juga berjanji akan menindaklanjuti usulan pemprov soal pengadaan sarana dan prasarana dalam menanggulangi korona.