Terdampak Covid-19, Kunjungan Wisatawan ke Sumbar Menurun
Pariwisata Sumatera Barat semakin terdampak sejak ditemukannya pasien positif terinfeksi SAR-CoV-2 di Indonesia. Pembatalan pemesanan hotel banyak terjadi.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Pariwisata Sumatera Barat semakin terdampak sejak ditemukannya pasien positif terinfeksi SAR-CoV-2 di Indonesia. Pemerintah daerah diharapkan memberikan insentif kepada pelaku usaha pariwisata agar usaha mereka tetap bertahan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumbar Maulana Yusran, Kamis (5/3/2020), mengatakan, sejak adanya warga di Indonesia yang positif terjangkit Covid-19, terjadi banyak pembatalan pemesanan kamar hotel. Kondisi ini membuat pelaku usaha terpukul karena dampak penurunan wisatawan akibat tiket pesawat mahal tahun lalu masih terasa.
”Ini sebenarnya bukan masalah di Sumbar saja, tetapi nasional. Imbasnya ke Sumbar. Begitu terjadi itu (ditemukan kasus positif), lusanya
cancel semua. Jadi drop semua (tingkat okupansi),” kata Maulana.
Maulana melanjutkan, tingkat keterisian atau okupansi hotel di Sumbar saat ini hanya 30-40 persen, bahkan ada yang 20 persen. Normalnya, pada bulan-bulan yang termasuk musim lengang (low season) ini, okupansi hotel berada pada kisaran 50-60 persen.
Menurut Maulana, penurunan kunjungan wisatawan, terutama mancanegara, sebenarnya mulai terjadi sejak Covid-19 mewabah di China dan menjangkiti sejumlah negara. Namun, sejak ada kasus positif Covid-19 di Indonesia, kondisi memburuk karena jumlah kunjungan wisatawan domestik juga menurun.
Jumlah kunjungan wisatawan domestik merupakan yang terbesar di Sumbar. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Novrial, jumlah kunjungan wisatawan domestik ke Sumbar lebih dari 11 juta orang, sementara jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sekitar 61.000 orang.
Menurut Maulana, penurunan jumlah wisatawan domestik ke Sumbar terjadi karena adanya kepanikan di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, semua pihak mesti menyosialisasikan langkah mengantisipasi virus korona baru sehingga kepanikan dapat diatasi.
Penurunan jumlah wisatawan domestik ke Sumbar terjadi karena adanya kepanikan di tengah masyarakat.
Pemantauan suhu tubuh dan kesehatan penumpang di pintu masuk domestik bandara, pelabuhan, dan stasiun kereta api, kata Maulana, juga perlu diterapkan seperti halnya di pintu kedatangan internasional. Dengan demikian, potensi penularan di dalam negeri dan kekhawatiran warga bepergian dapat diminimalkan.
Maulana juga mengharapkan pemerintah kabupaten/kota di Sumbar memberikan insentif agar usaha pariwisata bisa bertahan. ”Misalnya, pajak hotel dan restoran didiskon dulu menjadi 5 persen supaya kami bisa menarik minat wisatawan (dengan paket promo). Ini kondisi force majeur, jadi harus bersama-sama membuat situasi ideal kembali. Jangan tinggalkan pengusaha sendiri,” tutur Maulana.
Hal serupa diungkapkan Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sumbar Ian Hanafiah. Usaha biro perjalanan wisata di Sumbar mulai terdampak sejak adanya kasus positif infeksi SARS-CoV-19 di Indonesia.
Menurut Ian, bulan-bulan ini sebenarnya memang masa sepi kunjungan wisatawan ke Sumbar. Namun, periode ini adalah momen wisatawan memesan paket perjalanan wisata untuk masa ramai bulan April atau sebulan menjelang Ramadhan.
”Pemesanan paket perjalanan wisata untuk Maret-April sepi. Angka reservasi hanya setengah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Karena pemesanan sepi, kami khawatir kunjungan wisata ke Sumbar bulan April lengang,” kata Ian.
Ian menambahkan, sebenarnya saat fase awal munculnya wabah korona baru di China dan sejumlah negara, pelaku wisata melihat peluang untuk menggenjot wisata domestik, terutama bagi Sumbar yang mayoritas wisatawannya adalah domestik. Namun, ketika peluang itu mulai digarap, wabah Covid-19 ditemukan di Indonesia yang menjadikan wisatawan domestik mengurangi perjalanan. Ian pun berharap wabah korona baru di Indonesia cepat berlalu.
Angka reservasi hanya setengah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Novrial mengakui memang terjadi penurunan kunjungan wisatawan ke Sumbar. Untuk menyikapi hal itu, dinas melakukan sejumlah upaya untuk menarik kunjungan wisatawan, terutama wisatawan domestik.
Salah satu upaya menarik wisatawan domestik adalah dengan melakukan penjualan khusus ke sejumlah kota yang merupakan pusat (hub) atau kantong-kantong wisatawan dan kantong-kantong perantau. ”Akhir Maret ini, kami akan melakukan sales mission ke Yogyakarta dan Surabaya,” kata Novrial.
Sejumlah acara, seperti festival dan pergelaran bernuansa Minangkabau, di kota-kota luar Sumbar, kata Novrial, juga didukung dan difasilitasi Dinas Pariwisata Sumbar. Dukungan, misalnya, berupa paket tarian ataupun pertunjukan randai. Pengenalan budaya itu diharapkan menarik orang berkunjung ke Sumbar.
Wisatawan domestik di Sumbar terdiri atas tiga kategori, yaitu warga luar Sumbar, perantau Minangkabau, dan anak para perantau (Minangkabau overseas). ”Kami juga sedang menyiapkan surat gubernur untuk ikatan-ikatan perantau, sekadar membagikan kalender kegiatan wisata Sumbar. Harapannya para perantau itu dapat memilih dan merencanakan tanggal kunjungannya ke kampung halaman. Jadi, ada alasan perantau pulang kampung, selain ritual rutin saat mudik Ramadhan atau Lebaran,” ujar Novrial.