Galakkan Budaya Cuci Tangan, Surabaya Pasang 39 Wastafel di Fasilitas Umum
Pemerintah Kota Surabaya membangun sejumlah wastafel untuk sarana mencuci tangan di sejumlah fasilitas umum dan menyosialisasikan konsumsi rempah-rempah. Hal itu sebagai upaya mencegah penyebaran virus korona.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Untuk mengurangi risiko penularan virus korona tipe baru atau SARS-CoV-2, Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, membangun wastafel untuk sarana mencuci tangan di sejumlah fasilitas umum. Sosialisasi konsumsi empon-empon atau rempah-rempah juga dilakukan guna meningkatkan daya tahan tubuh.
Kepala Bidang Bangunan dan Gedung Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Cipta Karya, dan Tata Ruang Kota Surabaya Iman Krestian, di Surabaya, Jumat (6/3/2020), mengatakan, hingga kini sudah terpasang 39 wastafel di sejumlah fasilitas umum, seperti Mal Pelayanan Publik Siola, sekolah, dan masjid.
”Jumlahnya akan terus ditambah agar warga semakin mudah menemukan fasilitas untuk mencuci tangan ketika berada di luar rumah,” katanya.
Pihaknya menargetkan di setiap fasilitas publik setidaknya ada satu wastafel yang dipasang. Lokasinya harus mudah diakses oleh masyarakat, seperti di dekat pintu masuk. Sabun di wastafel itu juga akan terus diisi petugas agar warga tidak kehabisan saat hendak mencuci tangan.
”Saya berharap pengelola gedung juga ikut memasang wastafel secara mandiri,” ujar Imam.
Pemerintah Kota Surabaya juga mulai menyosialisasikan konsumsi empon-empon atau rempah-rempah.
Selain membangun fasilitas wastafel, Pemerintah Kota Surabaya juga mulai menyosialisasikan konsumsi empon-empon atau rempah-rempah. Sosialisasi dilakukan di sekolah, puskesmas, dan media sosial. Saat sosialisasi di Puskesmas Sidotopo, misalnya, dihadirkan pembuat jamu dari rempah-rempah.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Supomo menuturkan, setiap sekolah akan dipasang wastafel. Siswa sudah diajari untuk rajin mencuci tangan dengan sabun guna mengurangi risiko penularan virus SARS-CoV-2.
”Siswa diajarkan untuk menanam tanaman obat keluarga di lahan sekolah yang masih tersedia. Mereka bisa mengonsumsi untuk meningkatkan ketahanan tubuh,” ucapnya.
Ketua Tim Riset Korona-Formulasi Vaksin Professor Nidom Foundation Prof Chairul Anwar Nidom mengatakan, rempah-rempah mengandung kurkumin yang mampu mengontrol produksi sitokin yang berlebihan ketika terpapar virus SARS-CoV-2.
Saat SARS-CoV-2 mulai menyerang paru-paru, organ tersebut akan meresponsnya dengan memproduksi sitokin. Adapun sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi dan penting dalam penanda sinyal sel. Pelepasan atau keluarnya sitokin ini dapat memengaruhi perilaku sel di sekitarnya.
Produksi sitokin yang berlebih bisa membuat rusak sel-sel lain. Jika hal itu terjadi, sel-sel yang rusak juga akan mengeluarkan sitokin sehingga membuat sel paru menjadi rusak karena banjir sitokin. Dampaknya bisa mengakibatkan kematian.
Saat ini, tim sedang melakukan preklinik untuk mendapatkan formula yang tepat agar bisa dijadikan vaksin. Percobaan dilakukan pada ferret yang diimpor dari China. Hewan ini dinilai memiliki metabolisme mirip manusia.
”Warga tidak tidak perlu menunggu hasil vaksin yang masih dalam tahap penelitian. Mereka bisa mengonsumsi rempah-rempah, seperti jahe, kunyit, temulawak, dan serai, untuk tetap menjaga produksi sitokin dalam tubuh dan meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan virus,” ujarnya.