Namanya bioskop, tetapi sebagian atapnya terbuka, sisi kanan-kirinya menerobos masuk angin malam. Itulah Bioskop Misbar, akronim gerimis bareng. Bioskop Misbar itu wahana kawula Purbalingga untuk maju
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
Namanya bioskop, tetapi sebagian atapnya terbuka, sisi kanan-kirinya menerobos masuk angin malam. Itulah Bioskop Misbar, akronim gerimis bareng di Purbalingga, Jawa Tengah, yang diresmikan Jumat (6/3/2020) malam di Taman Usman Janatin City Park.
Malam itu, peresmian dimeriahkan pertunjukan ”Urap, Urip, Urup” kolaborasi tari, musik, teater, dan seni rupa. Disuguhkan pula film pendek berjudul Peronika produksi Cinema Lovers Community (CLC) produksi tahun 2004.
”Senang, sekarang bisa ke sini nonton pertunjukan dan film karya seniman Purbalingga,” ujar Dewi Melan Susanti (18), warga Purbalingga, yang datang bersama saudaranya.
Malam itu, ratusan orang menonton pertunjukan. Bioskop itu alternatif hiburan saat akhir pekan, ketika biasanya diisi jalan-jalan di alun-alun atau menonton film di bioskop di Purwokerto, Banyumas, berjarak 20-an kilometer.
Ruang kreatif berukuran 312 meter persegi itu berkapasitas 200 penonton, berdiri atas bantuan Badan Ekonomi Kreatif yang kini jadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Total dana Rp 1,6 miliar untuk gedung dan perangkat suara, proyektor, dan layar berukuran 11 meter x 5 meter.
Manajer Program Bioskop Misbar Purbalingga Bowo Leksono mengajak semua komunitas kreatif berkarya di sana. ”Kami juga mengajak masyarakat mengapresiasinya agar kota ini hidup,” kata Bowo yang juga Direktur CLC.
Bowo sadar, keberadaan Bioskop Misbar menuntut adanya program kerja agar
berkelanjutan. Tantangan lain, bagaimana mengajak anak muda dan masyarakat mengapresiasi. ”Karena sebenarnya, bagi pemerintah itu sangat mudah membangun fasilitas ruang kreatif. Yang berat setelah itu, kita komunitas film, komunitas kreatif, mau apa?” katanya.
Dalam sambutan, Bowo membaca sepenggal syair: ”Kepada pemerintah, kami malu meminta bila kami tidak berkarya. Kami enggan menghamba jika kami tidak berprestasi. Karena itu, berilah kami fasilitas bila kami memang berkarya dan berprestasi”.
Ia sangat berharap keterlibatan semua jenis seni, mulai tari, film, musik, sastra, lukis, hingga teater. Setiap akhir pekan dijadwalkan aneka pertunjukan gratis bagi publik.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Hari Santosa Sungkari menyebutkan,
salah satu kriteria pemilihan suatu kabupaten/kota layak dapat bantuan bioskop adalah keberadaan komunitas film. ”Bobot pertama adalah adanya komunitas perfilman atau seni pertunjukan,” kata dia.
Ia mengingatkan, masa depan tak bisa selamanya bergantung pada kekayaan alam. Sangat vital adalah SDM kreatif dan inovatif. Bioskop Misbar itu wahana kawula Purbalingga untuk maju. Selamat.