Sebanyak 400 warga dari sejumlah kampung Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, kembali mengungsi pada Minggu (8/3/2020) akibat gangguan keamanan kelompok kriminal bersenjata di sekitar areal tambang PT Freeport.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS- Sebanyak 400 warga dari sejumlah kampung Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, kembali mengungsi pada Minggu (8/3/2020) ke Timika, ibukota Kabupaten Mimika. Dengan demikian, sebanyak 1.373 warga telah mengungsi ke Timika akibat gangguan keamanan kelompok kriminal bersenjata di sekitar areal tambang PT Freeport Indonesia itu.
Berdasarkan data yang dihimpun Kompas dari Polsek Tembagapura, lebih seribuan pengungsi ini berasal dari lima kampung di Distrik Tembagapura, yakni Opitawak, Banti, Jadera, Waa, Kombeli dan Utikini.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua, Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal saat dikonfirmasi pada Minggu sore membenarkan adanya tambahan pengungsi. "Jajaran Polsek Tembagapura bersama satuan lainnya telah membantu proses evakuasi 400 warga menggunakan bus milik PT Freeport," kata Ahmad.
Ahmad mengimbau warga tak perlu panik dengan teror kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Tembagapura. Sebab, pasukan gabungan Polri dan TNI telah bersiaga untuk menghadapi kelompok tersebut secara langsung. "Kami akan membantu semua warga yang ingin mengungsi sementara ke Timika. Warga masih merasa trauma dengan aksi teror serupa tahun 2017 lalu," tutur Ahmad.
Ahmad mengatakan KKB selalu menggunakan strategi serangan dari area pemukiman warga. Hal ini untuk memancing aparat keamanan menyalahi prosedur dalam upaya penegakan hukum.
Gelombang pengungsian warga ke Timika terjadi sejak Jumat, (6/3) lalu untuk menghindari kontak tembak antara pihak keamanan dan KKB di bawah pimpinan Jony Botak dan Lekagak Telenggen.
Salah seorang warga bernama Septinus Magal mengaku, dia dan keluarga meninggalkan kampung halaman setelah barang-barang kebutuhan pokok mereka diambil KKB. "Kami merasa sudah tidak aman jika tinggal di kampung. Lebih baik kami mengungsi supaya selamat dan mendapatkan bahan makanan di Timika, " tutur Septinus.
KKB menyerang aparat keamanan yang sedang berpatroli wilayah perkampungan di Distrik Tembagapura dan Markas Polsek Tembagapura sejak akhir Februari lalu. Perbuatan mereka telah menyebabkan satu anggota Brimob meninggal dunia pada Jumat (28/2) dan satu anggota lainnya mengalami luka akibat terkena rekoset atau serpihan peluru pada Senin (2/3).
Kepala Perwakilan Komisi Nasional Hak Asasi Wilayah Papua Frits Ramandey berpendapat, gangguan keamanan di Tembagapura telah menyebabkan ribuan warga kehilangan hak untuk hidup aman. Ia berharap aparat keamanan tetap memastikan seluruh harta benda milik para pengungsi yang ditinggalkannya Tembagapura tetap aman dan tidak dirampas KKB.
"Pemda setempat juga harus memastikan para pengungsi mendapatkan bantuan dan pasokan makanan selama mengungsi ke Timika," kata Frits. Komnas HAM juga akan menerjunkan tim ke Timika agar secara langsung melihat kondisi para pengungsi dan mendalami penyebab mereka mengungsi.
Sementara itu, juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka Sebby Sambom membantah pihaknya meneror warga sipil di Tembagapura sehingga terjadi pengungsian warga ke Timika. Ia menyatakan ribuan warga mengungsi karena takut adanya kontak tembak antara OPM dan pihak TNI Polri sejak tanggal 26 Februari lalu. "Perjuangan kami hanya untuk meraih kemerdekaan bagi Papua. Tidak mungkin kami menyakiti warga setempat," tegas Sebby.