Sejumlah sekolah di Banyuwangi mulai menerapkan salam pengganti jabat tangan, sebagai upaya pencegahan penyebaran virus SARS-CoV-2. Sampai saat ini di Banyuwangi ada 147 orang dalam pemantauan.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·2 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS – Kendati tidak ada instruksi khusus, sejumlah sekolah di Banyuwangi, Jawa Timur, mulai menerapkan salam pengganti jabat tangan. Hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan penyebaran virus SARS-CoV-2.
Salah satu sekolah yang sudah menerapkan ialah SD Katolik Santa Maria. Para siswa dan guru tidak lagi berjabat tangan saat bertemu di gerbang sekolah pada saat jam masuk atau pulang sekolah.
Mereka hanya perlu memegang pundak kiri menggunakan tangan kanan sambil menundukkan kepala. Tak lupa para guru dan murid saling mengucap salam selamat pagi atau selamat siang.
Hal itu tampak saat para guru menyambut para murid yang masuk gerbang sekolah. Beberapa murid kadang masih mengacungkan jabat tangan. Namun setelah diingatkan para guru, murid tersebut memberikan salam pengganti jabat tangan.
“Salam pengganti jabat tangan kami terapkan seminggu terakhir. Hal ini kami lakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran virus korona (SARS-CoV-2). Kendati di Banyuwangi belum ada laporan virus tersebut, kami hanya mencoba membiasakan untuk pencegahan,” ujar Kepala SD Katolik Santa Maria Lusia Fransiska Yatinah.
Salam pengganti jabat tangan kami terapkan seminggu terakhir. Hal ini kami lakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran virus korona
Fransiska mengatakan, pihaknya juga tidak ingin berlebihan dalam menghadapi penyebaran virus SARS-CoV-2 itu. Sekolah juga tidak mewajibkan para murid dan guru menggunakan masker, kecuali bagi mereka yang sedang batuk atau sakit lainnya.
Upaya pencegahan juga dilakukan dengan membiasakan hidup bersih dan sehat. Sekolah yang mendapat gelar Adiwiyata dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejak tahun 2017 itu juga menyediakan tempat cuci tangan di halaman sekolah. Sekolah juga meyediakan sabun yang bisa digunakan oleh para siswa.
“Biasanya anak-anak kami minta cuci tangan saat memulai dan mengakhiri jam istirahat. Karena pada saat itu, mereka akan makan. Sekarang kami juga minta anak-anak cuci tangan saat hendak masuk kelas,” tutur Fransiska.
Hingga saat ini Dinas Kesehatan Banyuwangi belum melaporkan adanya pasien yang terjangkit Covid-19. Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Widji Lestariono mengatakan, ada 147 orang yang masuk dalam kategori Orang Dalam Pemantauan.
“Dari 147 orang dalam pemantauan, sebanyak 90 orang sudah selesai dipantau sedangkan 57 sisanya masih menjalani masa pemantauan. Kami juga pernah mendapat dua Pasien Dalam Pengawasan, namun keduanya negatif Covid-19,” ujarnya.
Widji mengatakan, dua Pasien Dalam Pengawasan tersebut sempat menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD Blambangan. Namun dari hasil pemeriksaan keduanya tidak menderita pneumonia (radang paru).
Karena tidak ditemukannya radang paru, maka pihak rumah sakit tidak melakukan pemeriksaan lanjutan berupa swap tenggorok (pengambilan sample). Pasien tersebut akhirnya dipulangkan kendati tetap masuk dalam pemantauan selama 14 hari.