Di tengah lesunya kunjungan wisatawan asing akibat merebaknya virus korona, Pemerintah Kabupaten Malang, Jawa Timur, menggalakkan promosi untuk menarik wisatawan domestik agar datang ke Malang.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Di tengah lesunya kunjungan wisatawan asing akibat merebaknya virus korona, Pemerintah Kabupaten Malang, Jawa Timur, menggalakkan promosi untuk menarik wisatawan domestik agar tetap mengunjungi obyek wisata yang ada di Kabupaten Malang. Promosi dilakukan melalui media arus utama dan juga media sosial.
”Kami memperkuat (wisata) melalui promosi. Selain melalui media sosial dan media mainstream, kami juga mengikuti agenda-agenda, seperti pameran. Duta-duta wisata kami arahkan membantu ke sana,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang Made Arya Wedanthara, Senin (9/3/2020).
Sejumlah agenda wisata yang terjadwal rutin di Kabupaten Malang tetap dilaksanakan. Salah satunya adalah Festival Pantai Malang (Malang Beach Festival) 2020 yang akan digelar September.
Selain mengandalkan obyek wisata budaya dan alam berupa pantai, saat ini Kabupaten Malang juga mengandalkan obyek wisata desa. Jumlah desa yang berpotensi dikembangkan sebagai desa wisata di kabupaten terluas kedua di Jawa Timur ini lebih dari 100 desa, tetapi yang sudah dikembangkan sampai tahun 2019 baru 18 desa. Tiga desa di antaranya merupakan desa mandiri.
Beberapa desa wisata yang sudah mandiri dan terkenal adalah Desa Pujon Kidul di Kecamatan Pujon yang terkenal dengan Kafe Sawah serta Desa Sanankerto di Kecamatan Turen yang terkenal dengan obyek wisata konservasi bambu Boon Pring.
Kunjungan wisatawan domestik masih tetap mengalir meski saat ini ada isu wabah korona.
Menurut Made, kunjungan wisatawan domestik masih tetap mengalir meski saat ini ada isu wabah Covid-19. Meski demikian, pihaknya berharap masalah ini segera berakhir.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Asosiasi Tour dan Travel Indonesia (Asita) Malang Raya Gagoek Sunar Prawito membenarkan, sejauh ini kunjungan wisatawan domestik ke Kabupaten Malang masih mengalir. Obyek wisata yang banyak dan akses menuju Malang yang mudah menjadikan banyak wisatawan dalam negeri dari sejumlah daerah tetap datang ke tempat ini.
Menurut Gagoek, 500.000-600.000 wisatawan domestik berkunjung ke Batu dan wilayah lain di Malang setiap bulan. ”Sebagai gambaran, di Batu saja ada 7 juta wisatawan per tahun. Tinggal dibagi 12 bulan saja,” katanya.
Untuk mengatasi kondisi wisata akibat virus korona, Asita Malang Raya memperbanyak kegiatan misi penjualan (sales mission) dengan Asita daerah lain dengan tujuan saling membantu mendatangkan wisatawan.
Dua pekan lalu, lanjut Gagoek, pihaknya menggelar pertemuan dengan Asita Sulawesi Selatan. Menurut rencana, pada 12 Maret ada pertemuan serupa dengan Asita Semarang (Jawa Tengah), Persatuan Hotel dan Restaurant Indonesia Jawa Tengah, serta Badan Promosi Pariwisata Jawa Tengah di Malang.
”Jadi kami menggaet travel agent di luar daerah. Kebetulan, Malang menjadi prioritas pemerintah untuk menentukan gerak terkait wisatawan domestik,” katanya.
Cara penjualan konvensional yang selama ini dilakukan, yang lebih banyak menyasar wisatawan perseorangan, ditangani agen daring. Sementara misi penjualan lebih membidik wisatawan dalam skala lebih besar, yakni kelompok.
”Besok saya juga dapat undangan dari Kementerian Pariwisata untuk membahas masalah peningkatan kunjungan wisatawan. Dari pemerintah daerah juga diundang untuk mempromosikan daerah masing-masing,” ujarnya.