Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan mendorong pengembangan desa wisata melalui dana desa. Dari 1.864 desa di Kalimantan Selatan, setidaknya ada 70 desa yang berpotensi dikembangkan menjadi desa wisata.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BARITO KUALA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan mendorong pengembangan desa wisata melalui dana desa. Dari 1.864 desa di Kalimantan Selatan, setidaknya ada 70 desa yang berpotensi dikembangkan menjadi desa wisata. Kegiatan pariwisata diharapkan akan menghidupkan perekonomian desa.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) Zulkifli menyampaikan, orientasi pembangunan dengan menggunakan dana desa di Kalsel sudah mulai bergeser, dari pembangunan infrastruktur ke pembangunan ekonomi, termasuk pembangunan sektor pariwisata.
”Ada 70 desa yang berpotensi dikembangkan menjadi desa wisata. Bersama dinas kehutanan, dinas pariwisata, dan pemerintah pusat, kami mendorong desa-desa itu menjadi desa wisata,” kata Zulkifli dalam Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Hukum Adat dan Pembangunan Desa Wisata di Balai Latihan Masyarakat Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala, Selasa (10/3/2020).
Zulkifli mengatakan, pembangunan desa wisata adalah pembangunan yang sangat ramah lingkungan dan memberikan keuntungan ekonomi pada masyarakat desa. Salah satu desa wisata di Kalsel, yaitu Desa Tiwingan Lama di Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, bahkan telah berhasil menjadi desa wisata terbaik keempat se-Indonesia pada 2019.
Desa Tiwingan Lama di Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, bahkan telah berhasil menjadi desa wisata terbaik keempat se-Indonesia pada 2019.
”Karena itu, dana desa yang ada harus dimanfaatkan secara optimal untuk pembangunan ekonomi desa. Dalam hal ini, pembangunan dan peningkatan kualitas pariwisata menjadi salah satu yang sangat potensial,” ujarnya.
Desa-desa di Kalsel mengalami perubahan signifikan pada 2016-2019 karena adanya dana. Desa sangat tertinggal yang dulu berjumlah 264 desa, sekarang tinggal 28 desa. Desa mandiri yang dulu tidak ada, sekarang ada 4 desa. ”Kami berharap dana desa yang dikucurkan bisa terus meningkat,” ujar Zulkifli.
Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Anwar Sanusi mengatakan, desa wisata berpotensi mendatangkan orang dan menghasilkan uang. Karena itu, desa-desa di Indonesia terus didorong untuk mengembangkan desa wisata.
Wisata yang dikembangkan desa bisa terkait dengan alam, seni budaya, dan kuliner. Kekayaan alam yang ada hendaknya tidak dibiarkan, tetapi dikelola dengan baik. Kekayaan seni budaya juga bisa dipelihara, dikembangkan, dan dikreasikan dengan kreativitas baru tanpa menghilangkan pakem utamanya.
”Jika kekayaan alam, seni budaya, dan kuliner bisa dikombinasikan atau disatukan, hal itu akan menjadi satu paket pertunjukan yang bisa menghasilkan nilai ekonomi bagi perdesaan,” katanya.
Menurut Anwar, potensi ekonomi dari desa wisata sangat luar biasa. Untuk mengemas desa menjadi daerah wisata, sarana dan prasarana penunjang pariwisata harus diperbaiki. Masyarakat desa juga harus memiliki budaya menjadi tuan rumah yang baik dan ramah.
”Mudah-mudahan dana desa akan menjadi jembatan emas bagi desa-desa di Indonesia untuk mengubah nasib atau kondisinya, dari kondisi tertinggal menjadi kondisi yang maju, berkembang, bahkan mandiri,” ujarnya.
Percontohan
Anwar menambahkan, desa wisata merupakan suatu proses bisnis yang memberikan dampak relatif cepat, terutama dalam penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi produktif. Kemendes PDTT akan mendukung pembangunan beberapa desa wisata percontohan di Barito Kuala.
”Desa wisata itu akan menjadi model yang nanti bisa dilihat oleh desa-desa yang lain dan akan mengilhami serta diaplikasikan di tempat lain,” katanya.
Bupati Barito Kuala Noormiliyani AS mengatakan, program desa percontohan akan dibuat di Kecamatan Anjir Pasar dan Mandastana. Anjir Pasar adalah daerah penghasil padi, sedangkan Mandastana adalah daerah penghasil jeruk. ”Kami berkomitmen mengembangkan desa wisata berbasis pertanian atau agrowisata,” ujarnya.
Kami berkomitmen mengembangkan desa wisata berbasis pertanian atau agrowisata.
Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat RI Rifqinizamy Karsayuda berharap implementasi desa percontohan di Barito Kuala bisa menjadi percontohan desa-desa lain di Indonesia, terutama di Kalsel. ”Kami akan terus melaksanakan fungsi pengawasan terkait bagaimana pelaksanaan program desa percontohan itu,” katanya.
Kepala Balai Latihan Masyarakat Banjarmasin Pepen Ependi mengatakan, potensi desa wisata di Kalsel sangat luar biasa. Untuk mendukung pengembangan desa wisata itu, pihaknya menggelar pelatihan selama lima hari, yakni 9-13 Maret 2020.
Pelatihan diikuti 80 perangkat desa dari 16 desa yang tersebar di Kabupaten Banjar, Tanah Laut, dan Hulu Sungai Tengah. ”Kami ingin menumbuhkan kemandirian dan kesadaran masyarakat hukum adat akan pentingnya pengembangan dan pelestarian nilai-nilai adat dan kebudayaan. Selain itu, mereka juga diharapkan mampu menganalisis potensi pariwisata dan memahami kearifan lokal sebagai modal utama pengembangan desa wisata,” ujarnya.
Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Surai Bekantan Desa Panjaratan, Asmani, mengatakan, Desa Panjaratan di Kecamatan Pelaihari, Tanah Laut, sudah mengembangkan wisata susur sungai untuk menengok bekantan (Nasalis larvatus) pada 2016. Setiap akhir pekan, kunjungan wisatawan cukup ramai. ”Di samping menggunakan dana desa, kami juga mendapat dukungan dari pemerintah daerah dan perusahaan swasta dalam pengembangan wisata itu,” katanya.