Setelah MV Albatros, Giliran Kapal Pesiar MV Columbus Bersandar di Lombok
Setelah kapal pesiar MV Albatros pada Senin (9/3/2020), kapal pesiar lain, yakni MV Columbus, juga diizinkan bersandar di Pelabuhan Gili Mas, Lembar, Lombok Barat, NTB. MV Columbus dinyatakan negatif Covid-19.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
GERUNG, KOMPAS — Setelah kapal pesiar MV Albatros singgah pada Senin, 9 Maret 2020, giliran kapal pesiar MV Columbus diizinkan bersandar di Pelabuhan Gili Mas, Lembar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Selasa (10/3/2020). Seperti MV Albatros, kapal pesiar MV Columbus yang membawa 1.027 penumpang, termasuk kru, diizinkan bersandar setelah dinyatakan negatif Covid-19.
MV Columbus tiba di Pelabuhan Gili Mas, sekitar 27 kilometer selatan Mataram, ibu kota NTB, pukul 04.00 Wita. Sebelumnya, kapal berbendera Bahama itu bersandar di Benoa, Bali. Begitu tiba, kapal langsung berlabuh di area yang sudah ditentukan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Lembar.
Sekitar pukul 04.15 Wita, tim dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Mataram datang memeriksa kesehatan penumpang dan awak kapal. Setelah dinyatakan sehat dan negatif Covid-19, pihak KSOP Lembar mengizinkan kapal bersandar.
Kepala KKP Kelas II Mataram I Wayan Diantika mengatakan, pemeriksaan yang mereka lakukan sama dengan pemeriksaan pada MV Albatros. Mereka memeriksa validitas delapan dokumen, antara lain kesehatan kapal, sanitasi, daftar kunjungan poliklinik kapal, dan riwayat pelabuhan-pelabuhan yang disinggahi sebelumnya.
”Setelah dipastikan validitasnya, baru kami periksa kru dan penumpang. Setelah dipastikan sehat, kami berikan sertifikat bebas karantina dan melapor ke KSOP Lembar,” kata Wayan.
Menurut dia, dibandingkan dengan kapal sebelumnya, proses pemeriksaan dan izin sandar untuk MV Columbus kapal lebih lama. Alasannya, jumlah penumpangnya lebih banyak. ”Setelah sandar, semua penumpang yang akan turun, kembali kami periksa lagi satu persatu,” kata Wayan.
Pantauan Kompas, begitu turun dari kapal, para penumpang melakukan berbagai aktivitas. Sebagian ikut paket perjalanan ke sejumlah obyek wisata di Lombok. Namun, ada juga yang tinggal di terminal untuk menunggu keberangkatan berikutnya atau berbelanja di gerai oleh-oleh dari usaha mikro, kecil, dan menengah di halaman bandara. Beberapa terlihat berjalan kaki keluar dari pelabuhan. Sekitar pukul 16.00 Wita, sebagian besar sudah kembali dari perjalanan wisata. MV Columbus akan berangkat sekitar pukul 20.00 Wita menuju Surabaya.
Tidak menolak
Kedatangan MV Albatros dan MV Columbus ke Lombok menarik perhatian sejumlah pihak, bahkan menimbulkan pro kontra. Apalagi sejumlah daerah memutuskan menolak kapal pesiar bersandar sebagai antisipasi terhadap merebaknya SARS-Cov-2.
Setelah dipastikan validitasnya, baru kami periksa kru dan penumpang. Setelah dipastikan sehat, kami berikan sertifikat bebas karantina dan melapor ke KSOP Lembar.
Pemerintah Nusa Tenggara Barat memutuskan untuk menerima kapal pesiar itu, hanya saja harus melalui pemeriksaan ketat terlebih dahulu. Keputusan diambil mengingat kehadiran kapal pesiar penting bagi sektor pariwisata yang tengah dikembangkan di daerah tersebut.
Dari tiga kapal yang dijadwalkan masuk Lombok pada bulan Maret, hanya dua yang diterima, yakni Albatros dan Columbus. Sementara Viking Sun ditolak karena khawatir ada indikasi Covid-19.
”Mereka juga sudah mengonfirmasi membatalkan perjalanan ke Lombok,” kata Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalillah.
Keputusan menerima kapal pesiar tersebut diapresiasi agen kapal pesiar di Lombok. Sabri, salah satu agen kapal pesiar di Lombok, mengatakan, pembatalan di sejumlah daerah membawa dampak yang besar bagi sektor pariwisata.
”Kami sebagai agen kalang kabut. Agen perjalanan wisata misalnya sudah menyiapkan bus juga ikut terdampak,” kata Sabri.
Kami sebagai agen kalang kabut. Agen perjalanan wisata misalnya sudah menyiapkan bus juga ikut terdampak.
Sabri mengakui bahwa setiap daerah punya kebijakan tersendiri. Hanya saja, telah ada prosedur standar operasi bagi kapal pesiar yang akan bersandar di suatu daerah.
”Jadi sebaiknya tidak asal tolak. Kasih mereka kesempatan berlabuh dan melewati pemeriksaan sesuai prosedur. Jika memang ada terduga Covid-19, ada prosedur penanganannya juga,” tutur Sabri.
Negatif
Sementara itu, tujuh pasien dalam pengawasan di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) NTB dinyatakan negatif Covid-19. Selain karena kondisi mereka semakin membaik, hasil pemeriksaan apusan (swab) tenggorokan dan hidung juga negatif.
Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUD NTB dr I Nyoman Wijaya Kusuma mengatakan, mereka adalah warga negara India berinisial NF (35) dan bayi warga negara China berusia 1,5 tahun. Selain itu, ada lima warga NTB, yaitu G (10), A (49), T (50), R (70), dan E (77).
”Pasien R berasal dari Kabupaten Sumbawa Barat pulang kemarin,” kata Nyoman.
Selain pasien dalam pengawasan yang harus diisolasi, setidaknya ada 107 warga NTB yang masuk orang dalam pemantauan. Menurut Kepala Dinas Kesehatan NTB Nurhandini Eka Dewi, dari jumlah itu, 85 orang sudah tidak dipantau. Sementara 22 orang lainnya masih dalam pemantauan, baik di rumah maupun di Graha Mandalika RSUD NTB.