Pengecekan Suhu Tubuh Berlaku bagi Penumpang Penerbangan Domestik
Pengecekan suhu tubuh bagi para penumpang, baik internasional maupun domestik diterapkan di Bandara Ahmad Yani Semarang. Pengecekan dengan menggunakan thermal scanner dan termometer inframerah.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah, menerapkan pengecekan suhu tubuh bagi para penumpang, baik internasional maupun domestik. Itu sebagai gerbang awal antisipasi penyebaran virus korona baru yang menyebabkan penyakit Covid-19.
General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Ahmad Yani Semarang Hardi Ariyanto, di Kota Semarang, Rabu (11/3/2020), mengatakan, sejak akhir Januari, pengecekan suhu tubuh sudah dilakukan, tetapi hanya penerbangan internasional. Mulai pekan ini, penumpang penerbangan domestik juga dicek.
Hal itu tak terlepas dari terus meningkatnya jumlah kasus pasien positif Covid-19 di Indonesia, yang hingga Rabu mencapai 34 kasus. “Ini untuk menjaga Kota Semarang mengingat bandara ialah gerbang masuk. Pengecekan suhu tubuh dengan thermal scanner dan termometer inframerah,” kata Hardi.
Dari pantauan, Rabu, dua petugas Bandara Ahmad Yani mengecek para penumpang di area kedatangan penerbangan domestik. Mereka menggunakan termometer inframerah yang diarahkan ke kepala penumpang. Petugas pun lalu memperlihatkan hasilnya kepada penumpang itu.
Hardi menuturkan, apabila ada penumpang dengan suhu tubuh 38 derajat Celcius atau lebih, maka akan ditangani lebih lanjut. “Penumpang akan diperiksa oleh pihk KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan). Nanti, dokter yang menentukan apakah ada gejala terjangkit atau tidak” ujarnya.
Terkait pembatasan penerbangan, ujar Hardi, saat ini rute Semarang-Jeddah, yang biasa melayani perjalanan umrah (seminggu 3 kali) telah dihentikan. Namun, penerbangan Semarang-Malaysia (setiap hari) dan Semarang-Singapura (sepekan 4 kali) tetap beroperasi seperti biasa.
Menurut data PT Angkasa Pura I Bandara Ahmad Yani Semarang, total pergerakan penumpang di bandara tersebut, pada Januari-Februari 2020 yakni 612.006 penumpang. Jumlah itu menurun dibandingkan pergerakan penumpang pada Januari-Februari 2019 yakni 628.087 penumpang.
Jumlah kedatangan penumpang penerbangan internasional di Bandara Ahmad Yani juga menurun antara sebelum dan sesudah virus korona baru mewabah. Pada 3 Desember 2019-20 Januari 2020, terdapat 14.590 penumpang, sedangkan pada 21 Januari-10 Maret 2020 terdata 11.184 penumpang, atau lebih rendah 23 persen.
Hardi menuturkan, akibat penurunan jumlah penumpang pada dua bulan pertama 2020, ada potensi pendapatan yang hilang sekitar Rp 9 miliar. “Kalau (Covid-19) ini belum bisa teratasi, pengaruhnya akan semakin besar. Ini sudah mendunia dan semua aspek atau bidang terpengaruh,” katanya.
Akibat penurunan jumlah penumpang pada dua bulan pertama 2020, ada potensi pendapatan yang hilang sekitar Rp 9 miliar.
Kesiapan APD
Selain deteksi dini suhu tubuh di sejumlah gerbang masuk seperti bandara dan pelabuhan, fasilitas kesehatan juga disiapkan di Jateng terkait penanganan Covid-19. Sebanyak 13 rumah sakit rujukan disiapkan, berikut kesiapan alat pelindung diri (APD) bagi petugas.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, menuturkan, telah meminta Dinas Kesehatan Jateng untuk memastikan ketersediaan APD. Laporan keterbatasan ketersediaan APD itu juga diterimanya langsung dari RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, Kabupaten Banyumas, beberapa waktu lalu.
“Dinas sudah saya minta untuk mencari pabrik peralatan-peralatan itu. Kalau memang mesti didorong, kami dorong Kementerian Perindustrian agar kapasitasnya ditambah. Pengumuman (positif) korona ini kan terus bertambah, jangan sampai nanti ada kepanikan soal itu,” katanya.
Adapun 13 RS rujukan di Jateng yakni RSUP Dr Kariadi Semarang, RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang, RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, RSUD Kraton Kota Pekalongan, RSUD Kardinah Tegal, RSUD dr Soeselo Slawi, RSUD dr. H. Soewondo Kendal, RSUD Tidar Kota Magelang, RSUD Dr Moewardi Solo, RSUD Banyumas, RSUD dr Loekmono Hadi Kudus, dan RS Paru dr Ario Wirawan Salatiga.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Jateng, Yulianto Prabowo menuturkan, telah mengupayakan agar seluruh rumah sakit di Jateng memiliki ketersediaan APD yang cukup. Menurut Yulianto, saat ini berbagai rumah sakit memiliki ketersediaan APD yang beragam. Ada yang sedia untuk sebulan, tetapi ada juga yang hanya untuk 1-2 minggu.
“Yang diutamakan agar pasien dirujuk ke RS yang APD-nya mencukupi. Namun, pemerintah pusat pun sedang melakukan pengadaan. Kami mengajukannya, seperti kaca mata google, masker N95, dan sepatu but. Ini perlu karena terkadang kebutuhan bisa sampai 20 set per hari,” kata Yulianto.
Sejak awal hingga kini, total sudah ada 38 pasien pasien dalam pengawasan (PDP) atau terduga Covid-19 di Jateng dan belum ada yang positif. Adapun satu meninggal, kemudian terdeteksi terinfeksi flu babi atau virus H1N1.