Indonesia menguasai 80 persen produksi sarang walet. Pasar ekspor pun meluas dari China hingga Amerika Serikat. Wabah Covid-19 turut meningkatkan permintaan pasar global.
MEDAN, KOMPAS — Setelah menguasai pasar China, sarang walet Indonesia kini mulai masuk pasar Amerika Serikat. Permintaan dari China pun melonjak di tengah merebaknya wabah Covid-19 karena sarang walet bisa meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan paru.
”Hari ini Sumatera Utara ekspor perdana sarang burung walet ke AS. Pasar sarang walet kini semakin luas dan 80 persen produksi di seluruh dunia dikuasai Indonesia,” kata Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara Sabrina saat melepas ekspor sarang walet PT Ori Ginalnest Indonesia di Kabupaten Deli Serdang, Sumut, Selasa (10/3/2020).
Sabrina mengatakan, sarang burung walet sangat berpotensi dikembangkan karena berorientasi ekspor, menyerap banyak tenaga kerja, dan bernilai tinggi. Sumut merupakan salah satu penghasil utama sarang walet di Indonesia. Pada 2018, misalnya, ekspor sarang walet dari Bandara Kualanamu 21 ton, Bandara Soekarno-Hatta 16 ton, dan Bandara Juanda 15 ton.
Terbukanya pasar ke Amerika Serikat membuka peluang yang lebih luas untuk mengembangkan industri sarang walet di Indonesia.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan Hafni Zahara mengatakan, sarang walet sangat membantu peningkatan nilai ekspor pertanian Sumut. Balai Karantina berkomitmen mempermudah layanan ekspor komoditas pertanian. CEO Ori Ginalnest Indonesia Rusianah mengatakan, mereka mengekspor 593 kilogram sarang walet.
Selain ke Amerika Serikat, ekspor bernilai total Rp 11,6 miliar itu juga akan dikirim ke China, Eropa, dan Australia. ”Terbukanya pasar ke Amerika Serikat membuka peluang yang lebih luas untuk mengembangkan industri sarang walet di Indonesia,” katanya. Ori Ginalnest Indonesia telah menandatangani kontrak penjualan sarang walet dengan 200 pembeli dari 14 negara tahun 2020. ”Nilai kontrak yang telah kami tanda tangani 70 juta dollar AS (Rp 1 triliun) untuk volume total 35 ton,” katanya.
Permintaan meningkat
Rusianah mengatakan, saat ini, lebih dari 90 persen sarang walet dari Indonesia diekspor ke China. Di negara tersebut, budaya mengonsumsi sarang walet sudah berjalan ribuan tahun. Bahan pangan seharga hingga 2.200 dollar AS (setara Rp 30 juta) per kilogram itu juga sangat baik untuk pertumbuhan otak dan kesehatan paru. ”Hal itu yang membuat permintaan sarang walet dari China semakin meningkat di tengah wabah Covid-19,” kata Rusianah.
Permintaan pasar yang masih stabil pun turut dirasakan petani sayur di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Ulus Pirmawan (46) bersama sedikitnya 20 petani Desa Suntenjaya, Lembang, memanen 300 kilogram buncis super dan 300 kg baby buncis untuk diekspor ke Singapura.
Ulus mengungkapkan, dua bulan terakhir permintaan baby buncis melonjak dari 30 ton per bulan menjadi 50 ton per bulan. Adapun buncis super masih stabil 15 ton per bulan. ”Pasar masih terbuka,” tuturnya.
Triana (41), petani Desa Suntenjaya, Lembang, menuturkan, dia masih mengekspor sekitar 500 kg baby buncis dan 150 kg buncis super ke Singapura. ”Paling yang menjadi kendala adalah pembayaran. Beberapa klien belum membayar dengan alasan sedang kesulitan karena isu Covid-19,” tuturnya.
Kapal pesiar
Dari Gerung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, kapal pesiar Columbus diizinkan bersandar di Pelabuhan Gili Mas, Lembar, Lombok Barat, NTB, Selasa. Columbus, yang membawa 1.027 penumpang, termasuk kru, diizinkan bersandar setelah diperiksa petugas dan dinyatakan negatif
Covid-19.
Sabri, agen kapal pesiar di Lombok, mengapresiasi berjalannya prosedur tersebut. ”Jadi, sebaiknya tidak asal tolak. Beri kesempatan untuk kapal berlabuh dan melewati pemeriksaan sesuai dengan prosedur. Jika memang ada terduga Covid-19, ada prosedur penanganannya juga,” kata Sabri.