Batam Butuh Anggaran dari Pusat untuk Hadapi Pandemi Global
Anggaran Pemkot Batam tidak mencukupi untuk menyokong biaya hidup pasien selama dalam pemantauan. Dengan ditetapkannya Covid-19 sebagai pandemi oleh WHO, pemerintah pusat diharapkan segera mengucurkan dana darurat.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Anggaran Pemerintah Kota Batam tidak mencukupi untuk menyokong biaya hidup pasien selama dalam pemantauan. Dengan ditetapkannya Covid-19 sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah pusat diharapkan segera mengucurkan dana darurat untuk daerah.
Wali Kota Batam Muhammad Rudi, Kamis (12/3/2020), mengatakan, sepanjang 2020 di Batam sudah ada 71 orang yang diobservasi karena menjalin kontak dekat dengan pasien positif Covid-19. Biaya hidup pasien selama dalam observasi selama ini masih ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Kota Batam.
”Kami akan lapor kepada Menteri Kesehatan karena dana cadangan untuk darurat tidak banyak, sekitar Rp 2 miliar, sebentar lagi sudah habis,” kata Rudi.
Biaya hidup pasien selama dalam observasi selama ini masih ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Kota Batam.
Sebelumnya, dua pengemudi ojek daring di Batam yang pernah menjalin kontak dengan seorang pasien positif Covid-19 menolak diobservasi karena pemerintah kota tidak memberi ganti penghasilan. Ini membuat proses observasi terkendala karena petugas direpotkan melacak keberadaan si pasien.
Meskipun begitu, menurut Rudi, Batam terbilang lebih siap menghadapi pandemi Covid-19 karena salah satu pulau di kota tersebut dipilih pemerintah untuk menjadi tempat observasi dan isolasi khusus penyakit menular. Pembangunan fasilitas kesehatan di Pulau Galang itu ditargetkan rampung dalam satu bulan.
”Minggu lalu kami mendapat perintah dari Presiden untuk membantu pembangunan rumah sakit khusus penyakit menular di bekas kamp pengungsi Vietnam, Pulau Galang. Prosesnya sedang berjalan. Mudah-mudahan pada 28 Maret sudah bisa beroperasi,” ujar Rudi.
Pembangunan fasilitas kesehatan di Pulau Galang itu ditargetkan rampung dalam satu bulan.
Menurut rencana, fasilitas kesehatan itu mampu merawat 1.000 pasien. Sebanyak 50 ruang isolasi juga disiapkan, 20 ruang di antaranya khusus digunakan sebagai unit perawatan intensif (ICU). Ruang isolasi bertekanan bertekanan udara negatif itu dilengkapi filter partikel udara efisiensi tinggi (HEPA).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmarjadi menyampaikan, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah dan Rumah Sakit Badan Pengusahaan Batam (RSBP) telah ditunjuk untuk merawat pasien terduga Covid-19. Sebanyak 17 tenaga kesehatan juga telah disiapkan menangani para pasien.
”Rumah sakit swasta di Batam yang jumlahnya belasan rata-rata juga memiliki ruang isolasi. Mereka siap membantu jika dibutuhkan,” ucap Didi. Sejak awal Februari, Pemerintah Kota Batam telah mengimbau warga agar tidak berkumpul dalam jumlah banyak di ruang tertutup. Secara khusus, Rudi juga meminta agar kebersihan tempat ibadah serta ruang publik dijaga dengan maksimal supaya risiko penularan penyakit di tempat itu bisa dikurangi.
”Pelaksanaannya tentu butuh bantuan warga. Kalau ada yang tidak beres, silakan lapor kepada saya untuk segera ditindak. Ini demi kepentingan kita semua,” kata Rudi.
Sementara itu, Kepala Dinas Operasi Pangkalan Udara Hang Nadim Mayor Wardoyo mengatakan, pesawat C-130 Hercules yang membawa material pendukung untuk membangun fasilitas kesehatan di Pulau Galang tiba di Batam. Pesawat itu membawa 12 ton material dari Halim Perdanakusuma, Jakarta.
”Pesawat C-130 ini dari Skadron Angkut Berat Lanud Abdulrachman Saleh, Malang. Satu lagi C-130 Hercules dari Skadron 31 Lanud Halim Perdanakusuma akan tiba pada Jumat (13/3/2020),” ujar Rudi.