Menindaklanjuti laporan masyarakat mengenai temuan struktur bata kuno dan arca Wisnu di Desa Jambi Tulo, Maro Sebo, Muaro Jambi, tim Arkeologi Pelestarian Balai Cagar Budaya Jambi melakukan ekskavasi.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·2 menit baca
MUARO JAMBI, KOMPAS — Tim arkeologi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi mengekskavasi temuan bata kuno di Desa Jambi Tulo, Kecamatan Maro Sebo, Muaro Jambi, Kamis (12/3/2020). Selain mengupas bangunan tua dalam situs, tim mendapati sejumlah keramik kuno dalam lokasi.
Koordinator Tim Ekskavasi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi Sigit Ario Nugroho menuturkan, ekskavasi itu tindak lanjut dari laporan masyarakat mengenai temuan struktur bata kuno di desa mereka. Ekskavasi akan berlangsung sepekan. ”Hasilnya akan menjadi bahan kajian dan rencana pelestarian,” katanya.
Hingga hari kedua ekskavasi, Kamis ini, pihaknya mendapati susunan bata kuno sepanjang 2 meter. Pengupasan masih terus berjalan hingga tampak jelas seperti apa bentuknya. Adapun bata-bata kuno itu rata-rata berukuran 30 cm x 18 cm x 7 cm.
Arkeolog lainnya, Yanto Manurung, mengatakan, sejauh ini belum dapat disimpulkan struktur bata yang telah diekskavasi. Tinggi struktur bata-bata kuno itu diketahui baru sebatas empat lapis. Setelah dikupas terus ke bawah hingga 10 sentimeter, kemudian tidak lagi didapatkan bata, melainkan tanah padat. ”Dengan demikian, masih misteri bentuk strukturnya. Kami masih perlu terus mengupas di sekitarnya agar dapat lebih terungkap,” ujarnya.
Selain mengupas struktur bata, tim juga mendapati sejumlah temuan barang kuno di lokasi berupa mangkuk keramik dan arang. Selanjutnya bergeser sekitar 100 meter dari tempat itu, tim pun mengekskavasi lokasi temuan pecahan logam perunggu tua yang diduga sebagai arca Wisnu.
Arca peninggalan Hindu tersebut berada dalam kawasan cagar budaya Muaro Jambi yang selama ini dikenal sebagai pusat peribadatan Buddha.
Adapun pecahan-pecahan dari perunggu tua tersebut telah berwarna kehijauan ditumbuhi jamur. Setelah disatukan, pecahan-pecahan itu menunjukkan bagian tangan dan badan. Pemilik lahan, Asnawi (38), menceritakan, awalnya lahan itu berupa hutan karet. Sebulan lalu, ia membuka lahan dengan buldoser. Asnawi hendak mengganti kebun karetnya menjadi kebun sayur.
Sewaktu lahan sudah terbuka dan lubang tanam dipersiapkan, Asnawi mendapati pecahan-pecahan perunggu. Setelah dikumpulkan, ada 11 pecahan dengan warna serupa. Pecahan itu membentuk tangan yang memegang sejenis cangkang moluska.
Ada pula sebuah benda berbentuk lingkaran dengan palang di tengahnya. Pecahan-pecahan itu menyerupai perwujudan Dewa Wisnu. Lingkaran dengan palang di tengah adalah cakra yang biasanya dipegang tangan kiri. Adapun benda berbentuk seperti cangkang moluska disebut terompet sangkha.
Ketua Ikatan Arkeologi Indonesia Junus Satrio mengatakan, temuan arca Wisnu dan tumpukan bata kuno oleh petani di Desa Jambi Tulo cukup mengagetkan kalangan arkeolog. Sebab, arca peninggalan Hindu tersebut berada dalam kawasan cagar budaya Muaro Jambi yang selama ini dikenal sebagai pusat peribadatan Buddha. Ia mengindikasikan adanya pembauran pemeluk Buddha dan Hindu di masa lalu. ”Namun, ini masih perlu diteliti lebih lanjut,” katanya.