Penanaman Mangrove Dukung Pariwisata Pesisir Timur Cilacap
Sebanyak 50.000 bibit mangrove ditanam di Pulau Momongan, muara Sungai Bodo Ijo, Kecamatan Nusawungu, Cilacap, Jawa Tengah. Tujuan penanaman mangrove agar alam lestari sekaligus meningkatkan pariwisata kawasan pesisir.
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Sebanyak 50.000 bibit mangrove ditanam di Pulau Momongan di muara Sungai Bodo Ijo, Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Bibit bantuan PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap itu ditanam untuk mendukung pengembangan pariwisata setempat.
”Mangrove ini adalah benteng terakhir wilayah-wilayah yang berbatasan dengan laut. Jika tak dibudidayakan dan dikembangkan, mangrove lama-lama akan rusak karena, misalnya, terkena abrasi sehingga masyarakat pesisir laut juga akan terimbas,” kata General Manager PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap Joko Pranoto di Cilacap, Kamis (12/3/2020).
Joko menyampaikan, sebagai badan usaha milik negara, tugas Pertamina tidak hanya mencari untung. Tugas Pertamina yang pertama adalah menjaga ketahanan energi nasional serta memastikan kebutuhan energi seluruh Indonesia terpenuhi. Tugas yang lain yaitu sebagai agen pembangunan. Untuk itu, Pertamina mesti bisa bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk memberdayakan masyarakat demi kemajuan bangsa.
Sebanyak 50.000 bibit mangrove itu diserahkan kepada Kelompok Tani Alam Lestari yang bertanggung jawab menanam dan merawatnya. Penanaman dilakukan di Pulau Momongan yang berada di perbatasan Cilacap dan Kabupaten Kebumen.
”Pulau ini luasnya sekitar 3 hektar. Pengunjung bisa berwisata mengelilingi pulau menggunakan perahu dengan harga Rp 10.000-Rp 20.000 per orang,” kata Ketua Kelompok Alam Lestari Tasimin.
Menurut Tasimin, mangrove di pulau itu mulai ditanam sejak 2018. Namun, jumlahnya masih sedikit dan sebagian besar pulau ditumbuhi nipah serta semak-semak belukar. ”Dulu mangrove masih jarang. Sekarang jumlahnya ada sekitar 70.000 pohon mangrove,” ujarnya.
Wilayah Desa Jetis berada di ujung timur Kabupaten Cilacap. Desa ini dikenal dengan pantainya dan juga tempat pelelangan ikan serta warung-warung kuliner dengan menu seafood. Di tempat ini, pengunjung bisa memilih hasil tangkapan nelayan yang masih segar, seperti udang, kepiting, cumi-cumi, lobster, dan aneka ikan untuk kemudian dimasak dan dinikmati.
Kepala Desa Jetis Muharno berharap desa tersebut menjadi pintu gerbang pariwisata untuk Kabupaten Cilacap.
Ketua Kelompok Patra Krida Wana Lestari Thomas Heri Wahyono, pelestari mangrove di wilayah Kampung Laut Cilacap yang mendampingi kelompok Alam Lestari di Desa Jetis, menyampaikan, mangrove memiliki banyak manfaat. Selain sebagai penahan gelombang tinggi, flora tersebut juga menjadi habitat ikan-ikan serta kepiting.
”Mangrove juga bisa diolah menjadi pewarna batik dan olahan makanan ringan seperti stik mangrove,” kata Wahyono.
Menurut Wahyono, tantangan pembibitan dan budidaya mangrove adalah ancaman sampah di perairan serta bibit yang rusak akibat terkena jaring atau perahu nelayan. Sebab, sampah bisa menimbun bibit sampai mati. Sementara perahu nelayan kadang menabrak, dan jika terkena baling-balingnya, bibit bisa patah.
Ia menambahkan, pihaknya sering menerima pesanan bibit mangrove dari luar wilayah Cilacap dengan harga berkisar Rp 2.000-Rp 10.000 per batang.