Ekspor Batubara dari Kalimantan Selatan Mulai Tertekan akibat Pandemi Covid-19
Dampak pandemi Covid-19 mulai dirasakan pelaku usaha pertambangan batubara di Kalimantan Selatan. Kini mereka hampir tidak bisa lagi membuat kesepakatan bisnis baru dengan para pembeli batubara dari luar negeri.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Dampak pandemi Covid-19 mulai dirasakan pelaku usaha pertambangan batubara di Kalimantan Selatan. Kini mereka hampir tidak bisa lagi membuat kesepakatan bisnis baru dengan para pembeli batubara dari luar negeri.
Sampai saat ini, batubara masih menjadi komoditas utama penyumbang ekspor terbesar Kalimantan Selatan dengan kontribusi mencapai 90,64 persen dari total nilai ekspor Kalsel pada Januari 2020 sebesar 574,05 juta dollar AS. Lima negara tujuan utama ekspor adalah China, India, Jepang, Filipina, dan Korea Selatan.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pemegang Izin dan Kontraktor Tambang (Aspektam) Kalsel Muhammad Solikin mengatakan, kesepakatan bisnis baru dengan para pembeli batubara dari luar negeri kini hampir tidak ada. Hal itu terjadi sejak penyakit Covid-19 yang disebabkan virus SARS-Cov-2 atau korona baru merebak di China dan menyebar ke banyak negara di dunia.
Saat ini, untuk pasar ekspor, pengusaha hanya memenuhi kontrak bisnis yang sudah berjalan atau dibuat sebelumnya. Kontrak baru hampir tidak ada. ”Jika situasi pandemi ini berlarut hingga tiga bulan ke depan, bisnis batubara untuk pasar ekspor bisa sangat terpuruk,” ungkap Solikin saat dihubungi dari Banjarmasin, Jumat (13/3/2020).
Akibat pandemi Covid-19, para pembeli batubara, terutama dari China, India, Jepang, dan Korea Selatan, tidak bisa lagi bebas masuk ke Indonesia. Begitu pula para pengusaha batubara di Kalsel menahan diri untuk tidak menemui para pembeli di luar negeri.
”Karena tidak ada pertemuan, maka tidak terjadi kesepakatan bisnis,” ujarnya.
Menurut Solikin, situasi pandemi Covid-19 bisa sangat memukul bisnis batubara jika berlangsung lama. Sebab, sebagian besar produksi batubara saat ini untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri. ”Kami sekarang hanya bertahan mengerjakan apa yang ada, sudah tidak lagi menambah bukaan lahan tambang,” katanya.
Dengan situasi seperti sekarang, pengusaha batubara pun tidak bisa lagi berharap banyak pada pasar luar negeri. Bukan karena permintaan pasar tidak ada, tetapi karena proses transaksi bisnis dengan tatap muka tidak bisa dilakukan. Semua menjaga diri dan membatasi perjalanan ke tempat umum, apalagi ke luar negeri.
”Jika kondisi pandemi ini berlangsung lama, kami harus mengoptimalkan pasar dalam negeri, terutama untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik tenaga uap dan industri semen,” tuturnya.
Jika kondisi pandemi ini berlangsung lama, kami harus mengoptimalkan pasar dalam negeri, terutama untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik tenaga uap dan industri semen.
Terkoordinasi
Solikin pun berharap Pemerintah Indonesia mengendalikan penyebaran virus korona baru di dalam negeri secara serius dan terkoordinasi dengan baik agar tidak mengganggu kondisi pasar dalam negeri. ”Apa yang dilakukan pemerintah saat ini sudah bagus karena membuat penyebaran Covid-19 di Indonesia relatif terkendali dan tidak menimbulkan kepanikan,” katanya.
Untuk mengantisipasi penyebaran virus korona baru, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor sudah membuat surat edaran yang ditujukan kepada seluruh masyarakat Kalsel. Ada 10 poin yang disampaikan dalam surat edaran itu. Salah satunya meminta masyarakat membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal itu dilakukan dengan rutin mencuci tangan memakai sabun atau hand sanitizer, mengenakan masker jika flu, mengonsumsi makanan bergizi, serta rutin berolahraga.
”Semua harus tetap tenang menghadapi penyakit Covid-19. Dengan ketenangan, kita bisa menguasai keadaan. Kita harus bersatu dan menjadi garda terdepan melawan penyebaran virus korona baru di daerah kita,” kata Sahbirin saat membuka kegiatan Rapat Kerja Kesehatan Daerah Kalsel 2020 di Banjarmasin, Senin (9/3/2020).