Perpusda Banyuwangi Mulai Konservasi Manuskrip Kuno
Dinas Perpustakaan dan Arsip Banyuwangi, Jawa Timur, memulai proyek konservasi manuskrip kuno Kitab Rengganis. Kitab Rengganis masuk dalam kategori babad yang menceritakan tentang kehidupan Putri Rengganis.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Dinas Perpustakaan dan Arsip Banyuwangi, Jawa Timur, memulai proyek konservasi Manuskrip Kuno Kitab Rengganis. Kitab ini ditargetkan rampung alih aksara dan alih bahasa pada akhir tahun.
Kitab Rengganis masuk dalam kategori babad yang menceritakan tentang kehidupan Putri Rengganis. Kitab ini ditemukan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Banyuwangi dari salah satu pesantren tua di Banyuwangi yang didirikan KH Abdullah Faqih (1878–1952) pada 1911.
Pustakawan Ahli Muda Perpustakaan Daerah Banyuwangi Yusup Khoiri mengatakan, misi konservasi manuskrip kuno berangkat dari minimnya konten lokal dalam koleksi Perpustakaan Daerah Banyuwangi. ”Dari 21.000 judul buku yang kami miliki, konten lokal jumlahnya hanya sekitar 100 judul. Dari jumlah itu, tak satu pun berupa naskah kuno,” ujarnya, di Banyuwangi, Jumat (13/3/2020).
Perpusda Banyuwangi lantas menemukan informasi mengenai sebuah manuskrip kuno yang disimpan salah satu warga yang merupakan anak dari pengasuh pondok pesantren tua di Banyuwangi. Perpusda Banyuwangi segera memeriksa kabar tersebut dan meminta izin untuk meneliti dan mengonservasi naskah kuno tersebut.
Yusup mengatakan, pihaknya menemukan catatan tahun dalam kitab tersebut. Pada catatan tersebut tertulis angka 1763. Adapun aksara yang digunakan dalam kitab tersebut ialah arab pegon atau biasa dikenal arab gundul.
Aksara arab pegon ialah aksara Arab dengan sejumlah modifikasi. Aksara pegon tidak sesuai dengan pakem huruf hijaiyah karena penulisannya berdasarkan bahasa Jawa atau Melayu.
”Kami melibatkan sejumlah komunitas, misalnya Komunitas Pegon, Komunitas Mocoan Lontar Yusup Millenial, serta sejumlah budayawan dan sejarawan di Banyuwangi. Harapannya naskah kuno nanti tidak hanya dialih aksara dan alih bahasakan, tetapi dapat disertai penjelasan tentang konteks budaya dan sejarahnya,” ujar Yusup.
Ayung Notonegoro, pendiri Komunitas Pegon, mengaku pernah menelaah kitab kuno tersebut. Ia menyebut naskah yang akan dikonservasi oleh Perpusda Banyuwangi ialah Kitab Rengganis yang disimpan oleh KH Abdullah Faqih (1878-1952) di pondok pesantren yang didirikan sejak 1911.
Ayung mengatakan, Kitab Rengganis menceritakan tentang seorang bangsawan muslimah bernama Ratu Rengganis yang hidup pada masa Majapahit akhir. Ia tinggal di Gunung Argopuro, Probolinggo, Jawa Timur.
Naskah tersebut, lanjut Ayung, cukup lengkap karena bagian sampul dan lembar awal masih utuh. Namun, di bagian akhir ada sejumlah kerusakan. Naskah tersebut disalin pada kertas daluwang dan diawali dengan sebuah kolofon (identitas buku) yang belum teridentifikasi secara tepat oleh Komunitas Pegon
”Kami menemukan kolofon berupa tulisan ’Purwaning sastra wonten arba’ kathik ping saptu ing sa’ba(n?) nuju sasine, wolu likur mangsa tanggal ngidere, waras ehe ingkang lumastu, suci gurda resi cindera’,” ujar Ayung.
Namun, Ayung menemukan petunjuk berupa angka 1764 pada bagian atas dan 1294 di bagian bawah. Ia menduga angka-angka tersebut menunjukkan tahun penulisan manuskrip tersebut.
”Kami menduga angka 1764 merupakan tahun kalender Jawa, sedangkan 1294 merupakan tahun kalender Hijriyah. Jika dikonversi ke Masehi, diperkirakan manuskrip ini ditulis pada paruh pertama abad ke-19 sekitar tahun 1800 hingga 1850,” ungkap Ayung.
Ayung mengatakan, dirinya dan Komunitas Pegon siap mendukung langkah Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk mengonservasi naskah-naskah kuno. Ia berharap semakin banyak naskah yang dapat dialih aksara dan alih bahasa agar semakin banyak khazanah sastra Banyuwangi yang muncul.