”Pil Pahit” untuk Melawan Covid-19 di Solo
Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah, mengambil sejumlah langkah untuk membatasi kerumunan masyarakat setelah adanya kasus positif Covid-19. Keputusan ini berdampak terhadap menurunnya pendapatan sejumlah pihak
Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah, mengambil sejumlah langkah untuk membatasi kerumunan masyarakat setelah adanya kasus positif Covid-19. Keputusan ini berdampak terhadap menurunnya pendapatan sejumlah pihak, tetapi dinilai sudah tepat dan terukur untuk menekan risiko penularan Covid-19.
Tarno (71) duduk bersandar di bangku becak miliknya yang diparkir persis di depan pagar Museum Keraton Surakarta, Kota Solo, Jawa Tengah, Sabtu (14/3/2020) pagi. Pada akhir pekan, Museum Keraton Surakarta biasanya dijejali wisatawan.
Terkadang, sebagian wisatawan itu memilih naik becak untuk berkeliling ke beberapa tempat di sekitar Keraton Surakarta, misalnya Pasar Klewer dan alun-alun. Dari para wisatawan inilah Tarno biasa mendapat rezekinya. Dalam sehari, ia bisa mengantar penumpang hingga enam kali. Sekali mengantar, bayarannya berkisar Rp 20.000-Rp 30.000.
Namun, Sabtu pagi itu, Tarno belum juga mendapat penumpang. Museum Keraton Surakarta hari itu sepi. Pintu pagar museum itu tertutup rapat. ”Katanya hari ini Keraton tutup karena ada kejadian korona di Solo,” ujar Tarno. Meski tahu Museum Keraton Surakarta tutup, Tarno tetap menunggu.
”Saya sudah biasa mangkal di sini, jadi kalau pindah malah bingung pindah ke mana,” katanya. Penutupan Museum Keraton Surakarta itu merupakan dampak dari penetapan status kejadian luar biasa (KLB) Covid-19 di Solo. Pada Jumat (13/3) malam, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menetapkan status KLB setelah ada kasus positif Covid-19 di kota itu.
Setelah penetapan status KLB Covid-19, Pemkot Solo mengambil sejumlah langkah untuk membatasi kerumunan orang dalam jumlah banyak. Salah satu langkah itu adalah menetapkan siswa-siswi dari tingkat taman kanak-kanak hingga SMA untuk belajar di rumah mulai Senin (16/3) hingga dua pekan ke depan.
Selain itu, obyek wisata dan angkutan transportasi wisata juga ditutup sementara. Kegiatan car free day atau hari bebas kendaraan bermotor ditiadakan, demikian pula kegiatan olahraga di kompleks Stadion Manahan dan Stadion Sriwedari.
Wayang orang
Penetapan status KLB Covid-19 di Solo turut berpengaruh pada pementasan wayang orang yang rutin digelar di Gedung Wayang Orang Sriwedari. Sesuai keputusan Pemkot Solo, pentas wayang orang di Sriwedari diliburkan sementara.
Sebelum ada penetapan status KLB, pementasan wayang orang rutin digelar pada hari Senin-Sabtu di Sriwedari. Pementasan wayang orang ini pun menjadi salah satu ikon Kota Solo karena sudah berlangsung sangat lama.
”Pementasan wayang orang di Sriwedari diliburkan sampai 28 Maret,” kata salah seorang sutradara wayang orang Sriwedari, Billy Aldi Kusuma, Sabtu sore, di Solo.
Billy menuturkan, pada Sabtu malam, para pemain wayang orang Sriwedari sebenarnya berencana mementaskan pertunjukan dengan lakon ”Punakawan Sungging”. Seluruh persiapan sudah dilakukan.
”Sabtu malam itu sebenarnya ada 150 penonton yang sudah memesan tiket untuk nonton pentas wayang orang Sriwedari. Tapi, ya, terpaksa dibatalkan karena ada masalah ini,” ucap Billy.
Menurut Billy, para pemain wayang orang Sriwedari bisa memahami keputusan Pemkot Solo yang menghentikan sementara pertunjukan tersebut. Sebab, penghentian itu harus dilakukan untuk mengantisipasi penularan Covid-19.
Apalagi, selama beberapa waktu terakhir, pentas wayang orang Sriwedari kerap dihadiri oleh penonton dalam jumlah banyak. Bahkan, pada waktu-waktu tertentu, Gedung Wayang Orang Sriwedari yang berkapasitas 700 orang itu bisa terisi penuh oleh penonton.
”Kami sangat setuju dengan penghentian sementara karena jumlah penonton wayang orang Sriwedari itu cukup banyak. Jadi, untuk berjaga-jaga, alangkah baiknya memang harus diliburkan,” ujar Billy.
Billy menuturkan, penghentian sementara pertunjukan di Sriwedari itu tak berpengaruh pada pendapatan para pemain wayang orang. Sebab, para pemain wayang orang Sriwedari berstatus sebagai pegawai Dinas Kebudayaan Solo.
Aktivitas perdagangan
Aktivitas perdagangan di pasar tradisional dan pusat perbelanjaan di Solo tetap diperbolehkan berjalan. Meski begitu, di sebagian tempat, terjadi penurunan jumlah pembeli setelah penetapan status KLB di Kota Solo. Kondisi itu antara lain di Pusat Grosir Solo (PGS), salah satu sentra penjualan pakaian di Solo.
Salah seorang penjual batik di PGS, Siti (53), menuturkan, pada Sabtu, jumlah pembeli di kiosnya mengalami penurunan drastis dibandingkan dengan akhir pekan sebelumnya. Hingga Sabtu pukul 14.00, pakaian batik dagangan Siti belum ada yang laku. Padahal, pada akhir pekan, biasanya dia bisa menjual hingga 10 potong pakaian batik per hari.
Penjual batik lain di PGS, Karsiyati (53), juga mengakui adanya penurunan pembelian tersebut. Dia menuturkan, hingga Sabtu siang, baru lima potong dagangannya yang dibeli oleh pengunjung. Padahal, saat normal, dia bisa menjual hingga 50 potong pakaian per hari.
”Biasanya kalau Sabtu itu banyak rombongan wisatawan yang datang ke sini. Tapi, hari ini dari pagi sepi pengunjungnya,” ujar Karsiyati. Meski begitu, Karsiyati setuju dengan keputusan Pemkot Solo yang menetapkan status KLB Covid-19. ”Saya, sih, setuju (penetapan status KLB) karena ini demi kesehatan
masyarakat. Daripada penyakit ini menular ke mana-mana,” ungkap Karsiyati.
Siap disalahkan
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mengakui, sejumlah langkah yang diambil Pemkot Solo itu berpotensi mengurangi pendapatan sejumlah pihak. Namun, langkah itu harus dilakukan demi menekan risiko penularan Covid-19.
Keputusan tersebut ibarat pil pahit yang terasa tak enak saat diminum, tetapi berguna untuk menyembuhkan penyakit. Rudy pun mengaku siap jika ada pihak yang menyalahkan dirinya terkait keputusan itu.
”Mending saya disalahkan orang waras daripada disalahkan orang sakit. Kalau yang waras menyalahkan, kan, karena pendapatannya akan berkurang, ya saya mending dicibir oleh mereka yang waras saja. Daripada saya nanti dicibir yang sakit kena korona,” ujarnya.
Anggota Satuan Tugas Covid-19 Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Riris Andono Ahmad, menilai, langkah Pemkot Solo dalam penanganan Covid-19 sudah tepat. Dia menyebut, penetapan status KLB Covid-19 oleh Pemkot Solo benar karena kriteria penetapan KLB sudah terpenuhi.
Riris menambahkan, langkah yang diambil Pemkot Solo, misalnya meliburkan sekolah dan menutup sementara obyek wisata, sudah tepat. Sebab, upaya-upaya itu akan membatasi kerumunan warga sehingga bisa mengurangi risiko penularan Covid-19.
”Faktor risiko utama penularan Covid-19 adalah adanya kerumunan. Nah, sumber-sumber kerumunan yang ada setiap hari itu, kan, misalnya sekolah dan tempat wisata,” kata Riris yang merupakan dokter ahli pengendalian penyakit menular.
Di sisi lain, Riris menilai, langkah Pemkot Solo itu merupakan respons terukur. Pemkot Solo tidak sampai melarang masyarakat keluar rumah dan menghentikan aktivitas perekonomian. ”Jadi, apa yang dilakukan oleh Pemkot Solo sudah cukup terukur,” ujarnya.