Waspada Korona, Pelajar di Palembang Belajar di Rumah
Pemerintah Kota Palembang mengalihkan kegiatan belajar-mengajar untuk tingkat PAUD sampai SMP swasta maupun negeri di rumah masing-masing. Kebijakan ini berlaku pada 17 Maret-28 Maret 2020.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Pemerintah Kota Palembang mengalihkan kegiatan belajar-mengajar untuk tingkat pendidikan anak usia dini hingga SMP swasta maupun negeri di rumah masing-masing. Kebijakan ini berlaku pada 17 Maret-28 Maret 2020. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi penularan Covid-19 di wilayah Palembang.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Kota Palembang Ahmad Zulinto, Senin (16/3/2020). Keputusan ini mengacu pada pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). ”Ini merupakan tindakan antisipasi penyebaran Covid-19,” katanya.
Walaupun kegiatan di sekolah ditiadakan, lanjut Ahmad, pihaknya berharap orangtua siswa memastikan anaknya benar-benar belajar. ”Jangan ajak anak berlibur. Kalau bisa, kegiatan di luar rumah dibatasi,” kata Ahmad.
Ahmad juga mengimbau guru menggunakan dua metode pembelajaran, yakni sistem daring dan manual. ”Hal ini karena tidak semua siswa memiliki gawai yang bisa digunakan untuk mengakses aplikasi daring,” ujarnya.
Guru juga diminta membangun komunikasi yang baik dengan orangtua siswa untuk memastikan anak didik belajar di rumah. ”Berikan tugas-tugas berbasis proyek yang bisa membuat anak belajar di rumah,” jelasnya.
Adapun sekolah di bawah naungan Pemerintah Provinsi Sumsel maupun Kementerian Agama diharapkan bisa menyesuaikan kebijakan Pemerintah Kota Palembang. ”Ada lebih dari 300 sekolah yang siswanya dianjurkan belajar di rumah,” kata Ahmad.
Sumsel waspada
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan, setelah pertemuan dengan Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 Sumsel, dirinya memutuskan Sumsel dalam status waspada penyebaran Covid-19. Dalam kondisi ini, pengawasan terhadap orang yang datang ke Palembang akan dilakukan lebih ketat, terutama yang berasal dari delapan daerah terjangkit.
Selain itu, ada lima rumah sakit yang menjadi rujukan untuk pasien dalam pengawasan (PDP). ”Kami juga telah menyediakan rumah sakit penyangga apabila jumlah PDP melebihi kapasitas rumah sakit,” kata Herman.
Secara keseluruhan ada 4 pasien dalam pengawasan dan 76 orang dalam pemantauan di Sumsel. Namun, dari jumlah tersebut, 66 orang dinyatakan tidak terjangkit Covid-19 karena telah melewati masa inkubasi selama 14 hari.
Sumsel dalam status waspada penyebaran Covid-19.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Yusri mengatakan, secara keseluruhan ada empat orang yang masuk dalam kategori PDP. Tiga pasien sudah dinyatakan negatif Covid-19 dan satu pasien, yakni anak berusia 13 tahun, masih dalam pengawasan di ruang isolasi RSUP Mohammad Hoesin, Palembang.
Menurut Yusri, pasien tersebut dalam pengawasan karena tubuhnya demam dan mengalami batuk. ”Dia diketahui pulang dari Jakarta,” katanya. Spesimen pasien sudah diambil dan segera dibawa ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di Jakarta.
Herman mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum memutuskan menghentikan kegiatan perekonomian. Kalaupun ada kebijakan untuk bekerja dari rumah, hanya dilakukan pada instansi yang rawan.
Menurut dia, kalau Sumsel memberlakukan semua pegawai instansi dan lembaga bekerja di rumah, akan ada dampak yang diperoleh. ”Sekarang pertumbuhan ekonomi Sumsel mencapai 5,8 persen, tertinggi di Sumatera. Kalau sekarang kita hentikan kegiatan ekonomi, tentu akan berdampak signifikan. Butuh waktu lama untuk memulihkannya kembali,” jelas Herman.
Apalagi saat ini belum ada pasien yang dinyatakan positif korona di Sumatera Selatan. ”Kita harus waspada, tetapi jangan menimbulkan kepanikan di masyarakat,” katanya.
Pangdam II Sriwijaya Mayor Jenderal Irwan menyebutkan, tidak hanya di Sumatera Selatan, di wilayah Sumatera bagian selatan seperti Lampung, Bengkulu, Jambi, dan Bangka Belitung belum ada pasien yang positif terjangkit Covid-19. ”Hanya saja kita tetap harus waspada,” katanya.
Walau demikian, ungkap Irwan, pihaknya sudah menyiapkan tenda sebagai ruang isolasi di semua rumah sakit kodam jika sewaktu-waktu ruang di rumah sakit rujukan tidak bisa lagi menampung jumlah pasien dalam pengawasan. ”Tenaga kesehatan dari kodam juga telah disiagakan untuk terlibat dalam satgas ini,” kata Irwan.