Imbauan Tinggal di Rumah di Makassar Kurang Dipatuhi
Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah mengimbau warga agar tak mendatangi pusat perbelanjaan dan tempat wisata, sebagai langkah antisipasi penyebaran Covid-19. Namun, di Makassar, ruang-ruang publik masih ramai.
Oleh
Reny Sri Ayu
·2 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Imbauan Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah agar warga berdiam di rumah dan tidak mendatangi pusat perbelanjaan ataupun tempat wisata, sebagai langkah antisipasi penyebaran coronavirus disease 2019 atau Covid-19, kurang dipatuhi. Ruang-ruang publik di Kota Makassar, misalnya, masih ramai dikunjungi.
Berdasarkan pemantauan Kompas di sejumlah wilayah di Kota Makassar, Selasa (17/3/2010), walaupun sebagian jalan tak seramai biasanya, banyak ruas lain masih ramai bahkan macet menjelang malam. Pusat perbelanjaan yang sebelumnya diimbau tutup, kenyataannya tetap buka. Banyak warga masih berdatangan di mal dan ruang publik, seperti taman.
Di Mal Ratu Indah, warga menjalani pemeriksaan suhu tubuh di pintu masuk dan diminta membersihkan tangan dengan cairan antiseptik. Di mushala, pengelola tak lagi menyiapkan mukena yang bisa dipakai bersama. Selain mal, tempat hiburan malam, panti pijat, dan kafe juga tetap buka.
Sementara itu, dampak wabah Covid-19 dirasakan warga dengan naiknya harga bahan kebutuhan pokok. Sebagian malah langka, seperti gula pasir. Di pasar dan swalayan, kalaupun ada, harga gula pasir naik dari Rp 12.000 menjadi Rp 17.500-Rp 20.000 per kilogram.
”Harganya naik tinggi, tapi karena dibutuhkan, mau tak mau dibeli. Jangankan gula pasir, bumbu-bumbu yang bisa jadi bahan minuman herbal harganya juga naik tinggi, seperti jahe, temulawak, dan kencur,” kata Rafika (30), warga Kelurahan Mappala.
Di pasaran, harga jahe dan temulawak mencapai Rp 100.000 per kilogram dari yang biasanya Rp 20.000 per kilogram.
Sebelumnya, dalam pertemuan dengan media di Makassar, Jumat (13/3/2020), Pejabat Wali Kota Makassar Iqbal Suhaeb mengakui gula pasir sempat langka. Tak hanya gula, kebutuhan terkait kesehatan, seperti masker, cairan antiseptik pencuci tangan, dan pembersih alkohol, juga langka.
”Namun, kami sudah memantau dan mengecek stok, masih aman. Jadi, warga tak perlu panik. Kelangkaan sempat terjadi karena banyak yang memborong bahan kebutuhan pokok,” katanya.