Jadwal Penyintas Bencana Alam di Palu Huni Rumah Baru Tidak Terganggu Covid-19
Isu Covid-19 tidak mengganggu jadwal penyintas gempa bumi, likuefaksi, dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah, menempati rumah barunya. Sekitar 600 rumah tangga bakal memulai hidup di hunian tetap mulai 21 April 2020.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·2 menit baca
PALU, KOMPAS — Isu penyebaran coronavirus disease 2019 atau Covid-19 tidak mengganggu jadwal penyintas gempa bumi, likuefaksi, dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah, menempati rumah barunya. Sekitar 600 rumah tangga bakal memulai hidup di hunian tetap mulai 21 April 2020.
Hunian tetap (huntap) yang pertama kali ditempati ada di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu. Huntap itu dibangun Yayasan Buddha Tzu Chi. Sebanyak 366 rumah sudah dibangun dan sekitar 800 unit lainnya sedang dikerjakan. Yayasan Buddha Tzu Chi membangun 1.500 huntap di Kota Palu hingga 2020.
”Sejauh ini belum ada perubahan, masih sesuai target,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palu Singgih B Prasetyo di Palu, Sulteng, Selasa (17/3/2020).
Singgih menyatakan, pengundian untuk calon penerima huntap sudah dilakukan. Tahap terakhirnya digelar pada akhir pekan lalu. Total ada 1.100 rumah tangga penyintas sudah diundi untuk menghuni rumah-rumah itu.
Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Sulteng, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR), Ferdinand Kana Lo mengatakan, tak hanya bangunan huntap, sarana pendukungnya juga terus dikerjakan, seperti jalan dan pipa air bersih. Khusus pipa air bersih, saat ini sudah terpasang untuk 300 rumah.
”Untuk cadangan air, kami tengah membangun sumur bor,” katanya.
Huntap itu disiapkan pemerintah untuk penyintas yang rumahnya rusak berat atau hilang akibat likuefaksi, tsunami, dan dekat patahan utama Sesar Palu Koro, pemicu gempa M 7,4 pada 28 September 2018. Lokasi itu kini ditetapkan sebagai zona merah atau terlarang ditempati manusia.
Di lokasi tersebut tak boleh lagi ada pembangunan hunian. Total, pemerintah menyiapkan 11.400 huntap untuk penyintas yang rumah lamanya berada di zona merah. Rumah itu tersebar di Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi.
Selain Buddha Tzu Chi, Kementerian PUPR saat ini juga membangun 230 huntap di Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga. Total 11.400 huntap ditargetkan selesai hingga akhir 2020.
Huntap itu disiapkan pemerintah untuk penyintas yang rumahnya rusak berat atau hilang akibat likuefaksi, tsunami, dan dekat patahan utama Sesar Palu Koro, pemicu gempa M 7,4 pada 28 September 2018.
Terkait pola kerja di tengah ancaman Covid-19, Ferdinand menyatakan, secara umum semua kegiatan tetap berjalan normal. Untuk mencegah penyebaran penyakit, di setiap unit proyek akan dibentuk gugus tugas yang dilengkapi kehadiran posko atau klinik. Minimal satu perawat selalu berada di posko untuk memantau kesehatan pekerja dengan mengukur suhu tubuh. Posko kesehatan tersebut secepatnya akan dibentuk.
Selain pembangunan hunian tetap, Kementerian PUPR juga membangun infrastruktur lain, seperti tanggul di Teluk Palu dan sejumlah ruas jalan. Meskipun tak menyebutkan secara spesifik, Ferdinand menyatakan diperkirakan ada perubabahan capaian proyek terkait dengan pandemi Covid-19.
”Pasti ada penurunan, misalnya ada tukang yang berhenti bekerja. Namun, kami tetap jalan dengan standar kesehatan yang sudah diatur,” katanya.