Seusai Diliburkan Hindari Penyebaran Covid-19, Aktivitas Keseharian Warga Malang Berjalan Biasa
Pembatasan aktivitas akibat Covid-19 di Kota Malang tidak begitu banyak terlihat. Pusat perbelanjaan tetap ramai. Adapun siswa di Malang diberi tugas pengganti pelajaran sekolah.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Pembatasan aktivitas akibat coronavirus disease 2019 atau Covid-19 di Kota Malang, Jawa Timur, tidak begitu banyak terlihat. Pusat perbelanjaan tetap ramai. Hanya sekolah yang terlihat sepi karena siswa mengerjakan tugas di rumah.
Selasa (17/03/2020), suasana sepi terlihat di Jalan Bandung, Kota Malang, lokasi yang selama ini sehari-hari macet akibat kendaraan antar-jemput sekolah yang diparkir di tepi jalan. Siswa di sejumlah sekolah pun diberikan tugas rumah sebagai pengganti pelajaran. Prasetyo, orangtua siswa SD kelas III di Kelurahan Mojolangu, mengatakan, anaknya diminta mengerjakan lembar kerja sekolah (LKS) sampai selesai sebagai tugas sekolah. ”Mulai hari ini juga tidak ada les, diganti dengan pemberian PR cukup banyak kepada anak,” katanya.
Sekolah tempat anaknya belajar, menurut Prasetyo, belum memiliki piranti pembelajaran daring (online) sehingga tidak bisa melakukan pembelajaran daring setiap hari. ”Jadinya, guru meminta siswa belajar sendiri, salah satunya dengan mengerjakan LKS. Bagi kami, hal ini tidak masalah karena memang kondisinya darurat,” katanya.
Berbeda dengan sekolah, jalan-jalan di sekitar Pasar Besar seperti Jalan Sersan Harun dan Jalan Kyai Tamin masih ramai. Di tempat itu kemacetan akibat lalu-lalang kendaraan pengunjung serta truk-truk pengangkut sembako tetap terlihat seperti biasanya. Kondisi ramai serupa terjadi di Pasar Tawangmangu. Di pasar tradisional itu, pedagang dan pembeli tetap riuh seperti biasanya.
”Orang-orang di pasar memang sesekali membicarakan virus korona. Tapi, ya sekadarnya saja, sekadar tahu dan membuat kita harus hati-hati untuk sering-sering cuci tangan. Tapi, orang-orang tetap berkumpul dan ngobrol seperti biasa,” kata Titik, pembeli di Pasar Tawangmangu.
Penjual sayur keliling juga tetap berjualan dari satu perumahan ke perumahan lain. ”Ya tetap jualan. Kalau tidak jualan, mau makan apa? Lebih ngeri tidak punya uang daripada virus korona. Sebab, katanya, (pasien) korona sudah ada yang sembuh,” kata Andi, penjual sayur keliling asal Tunjungsekar.
Lebih ngeri tidak punya uang daripada virus korona. Sebab, katanya, (pasien) korona sudah ada yang sembuh.
Adapun untuk stok sembako, pembelian gula pasir tampak dibatasi. Di pusat perbelanjaan di wilayah Dieng, Kota Malang, harga gula masih Rp 12.500 per kilogram (kg). Hanya saja, setiap pembeli hanya bisa membeli 1 kg.
Di warung sembako di Kelurahan Sudimoro, harga gula pasir saat ini adalah Rp 19.000 per kg. Harga telur pun naik dari Rp 20.000 per kg jadi Rp 25.000 per kg. ”Harganya memang naik seperti itu sejak beberapa waktu lalu. Ya, sejak ramai-ramai ada virus korona itu harga mulai naik. Katanya barangnya tidak banyak,” kata Iwan, pedagang sembako di Kelurahan Sudimoro.
Hingga kini terdapat beberapa pasien dalam pantauan (PDP) Covid-19 di Kota Malang. Hanya saja hingga kini hasil uji laboratorium mereka belum diketahui. ”Hasil semua uji lab menunggu rilis dari kementerian atau pemerintah pusat,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Malang Husnul Muarif.