Komunikasi tidak lancar membuat ribuan wisatawan di Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air, NTB, kebingungan. Perhotelan juga menilai surat edaran pemprov tak memberi kejelasan.
Oleh
Ismail Zakaria/Nino Citra Anugrahanto/Regina Rukmorini/Aditya Putra Perdana
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Keputusan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menutup sementara akses masuk wisatawan pengguna kapal cepat dari Bali ke kawasan tiga Gili, Lombok Utara, mulai berdampak. Ribuan wisatawan, Senin (16/3/2020), meninggalkan kawasan Gili menuju Bali. Jumlahnya meningkat hampir 100 persen dibandingkan sebelum ada penutupan.
Menurut Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Pemenang Heru Supriyadi, jumlah wisatawan yang meninggalkan kawasan tiga Gili, yakni Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air, mencapai 2.330 orang. Wisatawan yang datang 828 orang. Minggu (15/3), jumlah wisatawan yang keluar dari kawasan tiga Gili 1.323 orang, sedangkan Sabtu ada 1.108 orang.
Meningkatnya wisatawan yang meninggalkan Gili membuat kapal yang dioperasikan bertambah. Jika Sabtu hanya 17 kapal, Senin ini 24 kapal dioperasikan. Sementara itu, jumlah wisatawan yang tiba di tiga Gili menurun. Dua hari sebelumnya, jumlah wisatawan yang tiba setiap hari berkisar 1.000-1.100 orang. Senin ini, jumlahnya 828 orang.
Dalam Rapat Koordinasi Pelaku Usaha Pariwisata ”Dampak Virus Corona terhadap Kepariwisataan NTB”, Senin sore, para pengelola hotel juga menyampaikan soal banyaknya wisatawan yang meninggalkan Gili, padahal masih bisa tinggal beberapa hari lagi. Rapat dihadiri Gubernur NTB Zulkieflimansyah, Kepala Dinas Pariwisata Lalu Moh Faozal, Kepala Dinas Perhubungan Lalu Bayu Windia, pelaku pariwisata di kawasan Gili, Senggigi, Kuta, Mandalika, Mataram, dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia.
Ketua Asosiasi Hotel Gili yang juga General Manager Wilson’s Retreat Lalu Kusnawan mengatakan banyak wisatawan meninggalkan Gili karena ketidakjelasan informasi dari Pemprov NTB terkait penutupan akses ke Gili. Itu termasuk nasib wisatawan yang sudah ada di Gili sebelum keputusan penutupan.
Seperti diberitakan, Minggu sore, Pemprov NTB mengambil sejumlah langkah mengantisipasi merebaknya Covid-19. Selain menetapkan Status Siaga Darurat Bencana Non-Alam Covid-19, pemprov juga menutup pintu masuk ke kawasan tiga Gili dan meliburkan aktivitas belajar-mengajar. Perjalanan dinas juga dilarang dan sejumlah ajang pariwisata dan pertemuan dibatalkan.
Keputusan diambil dalam rapat Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkieflimansyah dan Wagub Sitti Rohmi Djalillah dengan bupati/wali kota se-NTB, termasuk forum komunikasi pimpinan daerah dan Kepala Organisasi Perangkat Daerah tingkat Provinsi NTB. Dalam surat edaran Dinas Perhubungan, Senin, penutupan akses kapal cepat dari Bali ke Gili dimulai Selasa ini. Penutupan akan berlangsung 14 hari sejak ditetapkan dan akan dilakukan evaluasi lebih lanjut.
Karena informasi tidak jelas sampai bawah, banyak tamu pulang. Semoga tidak ada kesalahpahaman di tamu dan merasa diusir.
”Akan tetapi keputusan itu tidak detail. Padahal, kami perlu prosedur standar operasi yang jelas apa yang harus dilakukan terhadap tamu yang masih di Gili. Apakah tetap atau keluar. Kalau dibaca, suratnya bersifat general sehingga kami kebingungan,” kata Kusnawan. Pemilik Martas Hotel Gili Trawangan, Marta Saputra, yang hadir dalam rapat menambahkan, 10 tamunya memutuskan meninggalkan Gili. ”Teman dari agen perjalanan bahkan tadi melaporkan, tamu sudah sempat masuk di salah satu hotel di kawasan Gili, tetapi begitu check in malah disuruh keluar. Alasannya karena Gili ditutup,” kata Marta.
Menanggapi itu, Zulkieflimansyah menyayangkan adanya ketidakjelasan informasi itu. ”Mestinya jangan keluar dari Gili karena masih aman. Justru kalau ke Bali potensi terpapar besar. Ini peluang sehingga wisatawan bisa tinggal lebih lama, bukan eksodus,” kata Zulkieflimansyah. Terkait jawaban itu, kata Kusnawan, informasi terlambat. Wisatawan telanjur pergi. ”Karena informasi tidak jelas sampai bawah, banyak tamu pulang. Semoga tidak ada kesalahpahaman di tamu dan merasa diusir,” katanya.
Prambanan-Borobudur
Di Provinsi DI Yogyakarta, Taman Wisata Candi Prambanan tetap membuka kunjungan bagi wisatawan walau hanya di Zona II atau taman wisatanya. Upaya preventif berupa pemeriksaan kesehatan dan kebersihan kawasan wisata dikedepankan sebagai langkah antisipasi penyebaran Covid-19.
”Kami tetap membuka pelayanan, tetapi hanya di Zona II atau taman wisatanya, tidak bisa naik sampai candi (Prambanan). Pengunjung tetap bisa menikmati candi dari kejauhan dengan melihat dari Zona II,” kata Sekretaris Perusahaan PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Emilia Eny Untari. Hari Senin (16/3), semua komponen batuan Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai disemprotkan cairan antijamur dan antibakteri.
Penyemprotan akan dilakukan berkala sehingga candi dipastikan aman bagi wisatawan, hingga candi dibuka lagi untuk kunjungan 30 Maret 2020. ”Penyemprotan ini, upaya membuat Candi Borobudur steril, bebas dari beragam virus dan bakteri,” ujar Kepala Seksi Konservasi Balai Konservasi Borobudur Yudi Suhartono.