Seorang Warga Kaltim Positif Covid-19, Rumah Sakit Masih Kekurangan Alat Pelindung Diri
Seorang warga Samarinda, Kalimantan Timur, positif terjangkit Covid-19. Pasien tersebut mengalami gejala batuk-batuk setelah mengunjungi Bogor, Jawa Barat, pada akhir Februari 2020.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Seorang warga Samarinda, Kalimantan Timur, positif terjangkit Covid-19. Pasien itu mengalami gejala batuk-batuk setelah mengunjungi Bogor, Jawa Barat, akhir Februari 2020.
Hal itu disampaikan Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor dalam siaran pers di Samarinda, Rabu (18/3/2020). Pasien tersebut diketahui mengunjungi Bogor pada 28 Februari. Dia lalu pergi ke Jakarta pada 29 Februari.
Pasien itu kemudian mengalami batuk-batuk pada 5-8 Maret. Setelah itu, pasien kembali ke Samarinda pada 8 Maret dan pulang ke rumah. Pasien kemudian berinisiatif mengisolasi diri dan menggunakan masker di rumah hingga 13 Maret.
”Pasien kemudian dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Syahranie, Samarinda, sejak 13 Maret. Hasil uji laboratorium keluar hari ini dan dia dinyatakan positif Covid-19. Sampai saat ini, kondisi pasien stabil dan kian membaik,” kata Isran.
Menurut penelusuran kegiatan pasien, ia sempat membuka salon kecantikan pada 12 Maret di Samarinda bersama dua pegawai. Para pegawai kemudian masuk dalam pemantauan Dinas Kesehatan Kaltim. Mereka dilaporkan dalam kondisi sehat dan tidak mengalami keluhan.
Ini merupakan kasus pertama positif Covid-19 di Kaltim. Pada 31 Januari-18 Maret 2020, total pasien dalam pengawasan yang diobservasi di rumah sakit sebanyak 35 orang. Dari jumlah itu, seorang dinyatakan positif Covid-19, negatif (10), dan masih menunggu hasil uji laboratorium (24).
Di luar itu, sebanyak 208 orang masuk kategori orang dalam pemantauan dan mengisolasi diri di rumah masing-masing. Sebanyak 100 orang sudah selesai masa pemantauan dan tidak mengalami gejala Covid-19. Adapun 108 orang lainnya masih dipantau.
Kekurangan
Agar siap menghadapi kemungkinan terburuk, Kaltim kini memperbanyak rumah sakit rujukan Covid-19, dari awalnya hanya 5 rumah sakit menjadi 15 rumah sakit. Total ada 70 ruang isolasi dengan 111 tempat tidur. Hingga Rabu malam, baru 23 tempat tidur yang terpakai untuk observasi pasien.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Balikpapan mencatat, hingga Rabu pukul 16.00 Wita, tiga pasien dari 17 pasien dalam pengawasan dinyatakan negatif Covid-19. Namun, masih terdapat enam pasien yang masih mengantre untuk diobservasi di rumah sakit. Sementara ruang isolasi hanya berjumlah 17 unit dan sudah terisi penuh.
”Berdasarkan hasil koordinasi kami, RSUD Dr Kanujoso Djatiwibowo yang menjadi rujukan utama akan menambah ruang isolasi menjadi 21 ruangan. Imbasnya, 51 pasien lain di rumah sakit itu akan dipindah ke rumah sakit lain,” kata Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi.
Berdasarkan hasil koordinasi kami, RSUD Dr Kanujoso Djatiwibowo yang menjadi rujukan utama akan menambah ruang isolasi menjadi 21 ruangan. Imbasnya, 51 pasien lain di rumah sakit itu akan dipindah ke rumah sakit lain.
Selain itu, rumah sakit rujukan di Balikpapan juga mengalami kekurangan alat pelindung diri dan peralatan medis sekali pakai. Saat ini tersisa 26 alat pelindung diri di dua rumah sakit rujukan di Balikpapan. Semuanya hanya sekali pakai saat memeriksa pasien dalam pengawasan Covid-19.
Pemerintah Kota Balikpapan baru saja mendapat bantuan dari pemerintah pusat sebanyak lima alat pelindung diri. Selain itu, ada pula bantuan dari perusahaan swasta di Balikpapan sebanyak 18 alat pelindung diri. Pemkot Balikpapan sudah mengajukan 70 alat pelindung diri untuk Dinas Kesehatan Balikpapan dan 1.400 alat untuk rumah sakit rujukan.
”Sementara itu, menunggu bantuan dari pusat, saat ini pihak rumah sakit berhemat alat pelindung diri. Misalnya, dokter tidak setiap hari harus tatap muka dengan pasien. Ada kalanya konsultasi dilakukan melalui aplikasi pesan Whatsapp,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Andi Sri Juliarti.