Dua Orang Positif Covid-19 di Malang Pernah Satu Mobil
Dua pasien Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, Jawa Timur, dinyatakan positif Covid-19. Satu orang mahasiswa Universitas Brawijaya masih dirawat dan satu lagi telah meninggal. Keduanya pernah berada dalam satu mobil.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Dua orang yang dirawat di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, Jawa Timur, sejak pertengahan Maret 2020 dinyatakan positif Covid-19. Satu dari dua pasien tersebut meninggal setelah dua hari dirawat di RSSA. Keduanya pernah bersama-sama dalam satu kendaraan.
Pasien dengan Covid-19 yang masih dirawat adalah R (20-an tahun), mahasiswa di Kota Malang. Ia masuk ke RSSA Malang pada 9 Maret 2020. Saat ini kondisinya terus membaik, bisa beraktivitas sendiri, meski tetap bernapas menggunakan tabung oksigen.
Adapun pasien positif lain adalah Ny S (51), warga Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Ny S masuk RSSA pada 12 Maret 2020 dan meninggal dua hari kemudian. Dia datang dengan penyakit penyerta jantung dan diabetes melitus. Ny S meninggal sebelum hasil uji laboratorium keluar.
Antara R dan Ny S sebenarnya tidak ada hubungan langsung. Ayah R (HS) dan S (suami Ny S) adalah teman. Saat itu, HS pernah dikirim oleh perusahaan tempatnya bekerja mengikuti kegiatan kantor berskala internasional di Yogyakarta. Sepulang dari Yogyakarta, HS, R, S, dan Ny S pernah satu mobil.
Tak lama, HS jatuh sakit dan kemudian meninggal. Berikutnya, S pun sakit dan dirawat di sebuah rumah sakit swasta di Kota Malang. Saat dirawat itu, S ditunggui istrinya, Ny S. S kemudian sembuh dan Ny S jatuh sakit dan akhirnya meninggal.
”Untuk Covid-19, RSSA saat itu merawat sebanyak 10 orang. Tiga di antaranya sudah meninggal, dan satu di antara yang meninggal itu diketahui terkonfirmasi Covid-19. Adapun sisanya, satu orang terkonfirmasi Covid-19, saat ini dirawat di ruang isolasi RSSA, dua orang berstatus PDP (pasien dalam pengawasan), dan sisanya sudah sembuh dan pulang karena negatif. Jadi saat ini kami masih merawat tiga orang,” kata Wakil Direktur Pelayanan dan Perawatan RSSA Malang Syaifullah Asmiragani, Rabu (18/3/2020), seusai konferensi pers di Malang.
”Saat ini dalam merawat pasien, sifatnya kami adalah suportif. Menjaga kondisi tubuh pasien, meningkatkan imunitasnya,” kata dr Ungky Agus Setiawan, SpP, dokter perawat pasien Covid-19 di RSSA Malang.
Menurut Ungky, Covid-19 memang belum ada obatnya. Namun, dengan kondisi imun yang baik, seorang penderita Covid-19 bisa sembuh. ”Kita harus optimistis. Keresahan yang berlebihan dan membuat tak rasional harus disingkirkan karena memperburuk kondisi. Berpikir optimistis itu sangat membantu penguatan daya tahan tubuh,” katanya.
Dengan status dua pasien positif Covid-19 di RSSA Malang, saat ini satgas Covid-19 Kota Malang melakukan tracing atau pencarian jejak terkait dua pasien tersebut. ”Tracing sudah dilakukan dan mereka yang berkontak langsung akan di-swab. Tracing mulai dari mana saja pasien dimungkinkan berada, seperti kampus, mungkin warung yang disinggahi, bahkan lokasi perusahaan tempat ayahnya bekerja di mana R pernah magang,” kata Husnul Muarif dari Humas Satgas Covid-19 Kota Malang.
Husnul mengatakan, masyarakat diminta tidak panik sebab semua sudah ditangani sebaik-baiknya. ”Jika masyarakat merasa sakit, sebaiknya periksa ke puskesmas terlebih dahulu dan kalau butuh dirujuk, akan dirujuk ke rumah sakit yang memungkinkan,” katanya.
Saat ini di Kota Malang, RSSA Malang masih menjadi salah satu rumah sakit rujukan penanganan Covid-19. Meski begitu, menurut Husnul, tiga rumah sakit lain juga bisa menjadi rujukan, yaitu RST Soepraoen, Rumah Sakit Panti Waluyo Sawahan, dan RS Lavalette.
Wali Kota Malang Sutiaji mengatakan, sejak 16 Maret, Pemerintah Kota Malang sudah menetapkan Kota Malang sebagai darurat bencana non-alam Covid-19. Dengan penetapan status itu, semua elemen terkait bisa bergerak leluasa dengan dukungan dana yang ada.
”Pemkot Malang juga sudah menyiapkan RSUD Kota Malang sebagai rumah sakit rujukan Covid-19. Di sana bisa untuk ruang isolasi pasien dan menampung 200 orang. Jika dibutuhkan, kami juga bisa mengerahkan seluruh tenaga dokter paru-paru di Kota Malang untuk membantu. Jadi soal kapasitas, masyarakat tidak perlu khawatir,” kata Sutiaji.
Dengan terkonfirmasinya mahasiswa UB sebagai pasien Covid-19, UB bergerak untuk mendata orang-orang yang dimungkinkan berkontak dengan pasien.
Adapun Eriko Prawestiningtyas dari Tim Humas Satgas Covid-19 Universitas Brawijaya (UB), Malang, mengatakan, dengan terkonfirmasinya mahasiswa UB sebagai pasien Covid-19, UB bergerak untuk mendata orang-orang yang dimungkinkan berkontak dengan pasien.
”Sudah sebanyak 3.300-an dosen dan 1.100-an mahasiswa mengisi formulir terkait penelusuran itu. Nanti datanya akan kami serahkan ke Dinas Kesehatan untuk ditindaklanjuti,” kata Eriko.
Saat ini, kampus UB melakukan penyemprotan disinfektan di gedung dan ruangan-ruangan yang dimungkinkan pernah disinggahi pasien.
Meski sudah terkonfirmasi memiliki dua kasus positif Covid-19, RSSA Malang mengaku kesulitan mendapatkan alat pelindung diri bagi petugas medis.
”Bukannya tidak siap, tetapi memang tidak ada. Jumlahnya terbatas. Alternatifnya sekarang kami bekerja sama dengan rekanan untuk membuatkan alat pelindung diri yang sesuai standar. Semoga bisa berjalan,” kata Wakil Direktur Pelayanan dan Perawatan RSSA Malang Syaifullah Asmiragani. Selain itu, RSSA juga melapor ke Kementerian Kesehatan agar bisa dikirimkan alat pelindung diri.