Pasien dalam Pengawasan di Sidoarjo Bertambah Jadi Enam Orang
Pasien yang dirawat karena indikasi terinfeksi virus korona jenis baru di Sidoarjo, Jawa Timur, terus bertambah. Saat ini tercatat enam orang berada pada status pasien dalam pengawasan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pasien yang dirawat karena indikasi terinfeksi virus korona jenis baru di Sidoarjo, Jawa Timur, bertambah menjadi enam orang dari sebelumnya empat orang. Mereka dirawat di ruang isolasi di tiga rumah sakit rujukan dan menunggu pemeriksaan lanjutan.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, dua pasien baru itu dirawat di RS Siti Hajar. Adapun pasien sebelumnya, dua orang, dirawat di RSUD Sidoarjo dan dua lainnya dirawat di RS Mitra Keluarga Waru. Dengan penambahan jumlah pasien dengan pengawasan (PDP) ini, sudah ada delapan orang yang dirawat sejak merebaknya virus korona.
Untuk menangani pasien tersebut, Syaf mengakui, pihaknya terkendala keterbatasan alat pelindung diri. Dinkes Sidoarjo kesulitan pengadaan alat itu karena produksinya terbatas. Barang tersebut direncanakan baru datang pada akhir Maret. Kendala lain adalah tenaga pengambilan sampel swab tenggorokan dan nasofaring yang belum tersertifikasi.
”Harapannya, swab dilakukan oleh Balitbangkes. Namun, karena keterbatasan tenaga, Balitbangkes minta tolong kepada RS yang merawat. Namun, di rumah sakit ini tenaga swab-nya belum tersertifikasi sehingga perlu dilakukan pelatihan singkat,” ujar Syaf.
Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo, Jawa Timur, membuka layanan kesehatan khusus terkait penyakit infeksi saluran pernapasan atas, terutama yang disebabkan oleh virus korona jenis baru. Hal itu untuk merespons tingginya animo masyarakat memeriksakan diri secara mandiri. Selain itu, untuk menangkal informasi bohong terkait virus penyebab coronavirus disease 2019 (Covid-19).
Layanan kesehatan yang diberi nama ”Pojok Korona” ini dibuka untuk umum. Namun, mayoritas yang mengakses adalah kelompok masyarakat yang berisiko terkena virus korona. Mereka adalah orang yang baru datang dari luar negeri atau baru bepergian dari kota-kota yang terjangkit korona, seperti Jakarta dan Depok. Selain itu, untuk orang yang pernah kontak dengan pasien terkonfirmasi Covid-19.
”Layanan pemeriksaan kesehatan ini untuk menjawab permintaan masyarakat yang ingin periksa secara mandiri. Kebanyakan merupakan orang dengan risiko korona,” ujar Direktur RSUD Sidoarjo Atok Irawan.
Menurut Atok, di Sidoarjo banyak karyawan yang bekerja pada instansi pemerintah dan perusahaan swasta. Mereka baru pulang dari luar negeri untuk menuntaskan urusan pekerjaan, urusan pribadi, seperti mengunjungi keluarga, dan liburan. Banyak juga yang baru pulang dari ibadah umrah.
Setiap orang yang baru tiba dari luar negeri ini berisiko terinfeksi virus korona jenis baru. Oleh karena itu, mereka biasanya diminta mengarantina diri secara mandiri selama 14 hari. Apabila selama menjalani masa karantina tidak mengalami gejala klinis seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas, mereka diperbolehkan bekerja kembali.
Namun, mereka biasanya diminta memeriksakan kondisi kesehatannya. RSUD Sidoarjo melayani pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh. Apabila sehat, mereka akan diberi surat keterangan sehat meskipun belum bebas sepenuhnya dari virus korona. Untuk pemeriksaan apakah terjangkit virus korona, harus dilakukan uji swab dan hasilnya keluar dalam beberapa hari.
Untuk pemeriksaan mandiri ini, tidak gratis, tetap ada biaya yang harus dibayar pasien. Besarnya biaya itu disesuaikan dengan kebutuhan pemeriksaan. Apabila menghendaki hingga pemeriksaan swab tenggorokan, biayanya diprediksi sekitar Rp 1 juta per orang.
Selain itu, orang yang periksa harus mengikuti protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19 dengan mengisolasi diri secara mandiri dan memastikan menjaga jarak sosial serta tidak mendatangi tempat kerumuman, apalagi jalan-jalan di pusat perbelanjaan.