Acara Doa Bersama di Kabupaten Muara Enim Dibatalkan
Pemerintah Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, akhirnya membatalkan acara doa bersama yang semula direncanakan digelar hari ini. Pembatalan ini untuk mencegah potensi penyebaran Covid-19.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, akhirnya membatalkan acara doa bersama yang semula direncanakan digelar hari ini. Pembatalan ini untuk mencegah potensi penyebaran Covid-19.
Hal ini disampaikan Kepala Bidang Protokol Kabupaten Muara Enim Ari Irawan, Kamis (19/3/2020). Dia mengatakan, atas pertimbangan dan masukan dari berbagai pihak, acara shalat hajat, doa, dan zikir di halaman Kantor Pemerintah Kabupaten Muara Enim, dibatalkan. ”Pembatalan baru dilakukan pagi ini,” kata Ari.
Anak-anak masih belajar seperti biasa di sekolah dan aparatur sipil negara masih bekerja.
Undangan kepada sejumlah pihak untuk menghadiri acara itu dikirimkan pada Selasa (17/3/2020). Kemudian, melihat perkembangan situasi, akhirnya acara itu dibatalkan. Doa bersama ini bertujuan meminta perlindungan Tuhan dari penyebaran wabah Covid-19.
Hingga saat ini, aktivitas di Muara Enim masih berjalan seperti biasa. ”Anak-anak masih belajar seperti biasa di sekolah dan Aparatur Sipil Negara (ASN) masih bekerja,” kata Ari.
Ari menerangkan, melihat kondisi sekarang ini, pemerintah telah melakukan pertemuan untuk menerima sejumlah masukan dari berbagai pihak untuk mengambil kebijakan selanjutnya. ”Kebijakan selanjutnya akan diputuskan siang ini,” ucapnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Sumsel Nasrun Umar mengatakan, alangkah baiknya semua pihak mengurangi pertemuan di atas 30 orang. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko penularan Covid-19 yang saat ini mewabah di seluruh dunia. Saat ini, Sumsel juga menetapkan status waspada bencana non-alam.
Saat ini, ada beberapa daerah yang terjangkit yang sangat dekat dengan Sumatera Selatan, seperti Lampung. ”Bahkan, di Sumatera Utara sudah ada satu pasien yang meninggal. Dengan ini, kita harus semakin waspada,” katanya.
Nasrun mengatakan, penanggulangan dini terhadap penularan Covid-19 terus dilakukan. Seluruh rumah sakit di Sumsel harus berperan dalam penanganan wabah ini. ”Pemerintah Provinsi Sumsel akan menyediakan rumah sakit garis kedua (second line) untuk menangani Covid-19,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy mengatakan, pembatasan acara yang melibatkan banyak orang merupakan bentuk dari social distancing. Menurut dia, dengan adanya jarak, risiko penularan Covid-19 bisa diperkecil, terutama yang berasal dari droplet (partikel kecil dari mulut berupa air liur).
Risiko droplet ini bisa diminimalisasi dengan mengurangi kerumunan. Dinas Kesehatan Sumsel sudah membatasi kegiatan yang melibatkan banyak orang. Perjalanan dinas ke daerah terjangkit dibatalkan, bahkan narasumber dari daerah terjangkit juga tidak dihadirkan lagi.
”Kalaupun tetap harus dilaksanakan, kursi harus dibuat berjarak,” ungkapnya. Hal ini dilakukan ketika acara Pertemuan Penanganan Covid-19 di Sumsel yang tempat duduk setiap peserta diberi jarak. Bahkan, setiap orang yang masuk ruangan acara harus menggunakan masker dan diperiksa suhu tubuhnya.
Lesty berharap masyarakat dapat secara mandiri sadar untuk mengurangi aktivitas dengan mengisolasi diri sendiri jika merasa tidak sehat atau pernah berkunjung ke daerah terjangkit. ”Kesadaran ini juga dapat mengurangi risiko penyebaran Covid-19,” katanya.