Warga Jateng Didorong Deteksi Mandiri lewat Aplikasi Digital
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengonfirmasi satu lagi kasus positif Covid-19 dari Kota Semarang, Kamis (19/3/2020) siang. Sebagai upaya preventif, warga diminta deteksi mandiri melalui aplikasi digital.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengonfirmasi satu lagi kasus positif Covid-19 dari Kota Semarang, Kamis (19/3/2020) siang. Dengan begitu, total sudah ada 10 kasus positif di provinsi itu, termasuk di antaranya kluster seminar Bogor. Warga didorong deteksi mandiri Covid-19 melalui aplikasi digital.
Satu pasien positif terbaru kini masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah KRMT Wongsonegoro, Kota Semarang. Ia berjenis kelamin laki-laki dan merupakan warga Kota Semarang. Pasien yang sudah dirawat lima hari itu memiliki riwayat perjalanan dari sejumlah kota di Indonesia.
Pada Kamis, juga ada satu pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal di RSUD Dr Moewardi, Solo. Pasien itu laki-laki berusia 60 tahun dan warga Kabupaten Sukoharjo. Namun, hasil pengujian spesimen belum keluar. Pasien itu tak terkait kluster seminar Bogor.
Sebelumnya, Jumat-Rabu (13-18/3/2020), Pemprov Jateng mengonfirmasi sembilan kasus positif coronavirus disease (Covid)-19. Lima orang dirawat di RSUD Dr Moewardi, dengan dua orang meninggal. Selain itu, tiga orang ditangani di RSUP Dr Kariadi, dengan seorang meninggal serta satu lagi di RSUD Tidar, Magelang.
Sejak Januari hingga Kamis (18/3/2020) pukul 07.00, di luar 10 kasus positif, terdata 84 pasien dalam pengawasan Covid-19 di Jateng. Adapun orang dalam pemantauan mencapai 1.870 orang.
Hingga Kamis siang, sudah ada empat kasus positif terkait kluster tersebut di RSUD Dr Moewardi, Solo. Dua di antaranya meninggal.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menuturkan terus melacak riwayat pasien positif, termasuk kluster seminar di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hingga Kamis siang, di Jateng, sudah ada empat kasus positif terkait kluster tersebut di RSUD Dr Moewardi, Solo. Dua di antaranya meninggal.
”Tindakan paling penting (ketimbang penetapan status kejadian luar biasa) ialah menelusuri perjalanan mereka. Jadi dibuat petanya, lalu ketemu siapa saja. Jadi, lokalisasi dengan lebih cepat. Apa pun statusnya, Covid-19 ini sudah pandemi dan di tingkat nasional pun sudah darurat,” kata Ganjar.
Pihaknya juga terus bekerja sama dengan Pemprov Jawa Barat terkait pelacakan orang-orang yang hadir pada seminar terkait bisnis syariah itu. Dinas Kesehatan Jateng juga terus berkomunikasi dengan Dinas Kesehatan Jabar terkait penelusuran kluster tersebut.
Sambil menunggu hasil kerja sama pelacakan dengan Pemprov Jabar, Ganjar juga mendorong penilaian secara mandiri (self assessment) kepada warga. ”Orang-orang bisa menggunakan aplikasi self assessment ini. Jadi, misal ada yang pernah tahu atau jumpa pasien positif bisa mengisi sendiri,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo menambahkan, warga sudah bisa menggunakan aplikasi self assessment atau deteksi mandiri Covid-19 di https://corona.jatengprov.go.id/screening. Melalui aplikasi itu, warga yang merasa memiliki kontak diharapkan tergugah untuk melapor.
Aplikasi ini untuk mengukur faktor risiko dalam diri kita atau tidak. Nanti ada jawaban-jawaban dan selanjutnya bisa berlanjut dengan mengontak jalur layanan telepon. (Yulianto Prabowo)
”Jadi deteksi mandiri itu semacam tes mandiri. Sudah ada di dalam web. Aplikasi ini untuk mengukur apakah ada faktor risiko dalam diri kita atau tidak. Nanti ada jawaban-jawaban dan selanjutnya bisa berlanjut dengan mengontak jalur layanan telepon,” ucap Yulianto.
Dari pantauan, terdapat sejumlah pertanyaan pada fitur deteksi mandiri Covid-19 itu. Di antaranya terkait apakah sedang demam, batuk atau pilek, kesulitan bernapas, dan nyeri tenggorokan. Juga ada pilihan untuk menjawab riwayat kontak dengan pasien serta riwayat mobilitas.