Di Kabupaten Lampung Tengah, misalnya, petani yang membudidayakan melon berinovasi menawarkan konsep agrowisata. Pembeli bisa berkeliling kebun dan memilih sendiri melon yang akan dibelinya.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
LAMPUNG TENGAH, KOMPAS — Sejumlah petani di Lampung mulai melirik budidaya melon untuk agrowisata. Selain peluang pasar yang semakin terbuka, harga jual buah tersebut juga relatif stabil.
Di Kabupaten Lampung Tengah, misalnya, petani yang membudidayakan melon berinovasi menawarkan konsep agrowisata. Pembeli bisa berkeliling kebun dan memilih sendiri melon yang akan dibelinya.
Sudarman (40), warga Desa Tempuran, Kecamatan Trimurjo, Lampung Tengah, Lampung, misalnya, sukses menanam 2.000 batang melon di lahan seluas 1.700 meter persegi. ”Hasil panennya sekitar 7 ton. Keuntungannya cukup besar mencapai Rp 40 juta,” ujar Sudarman di sela-sela acara pembukaan agrowisata melon di Desa Adipuro, Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah, Rabu (18/3/2020).
Peluang pertanian melon semakin terbuka, khususnya untuk memenuhi pasar dalam negeri.
Kini, ia memperluas kebun melonnya menjadi 4.200 meter persegi. Saat ini tanaman melon mulai berbuah dan siap dipanen pada libur Lebaran tahun ini.
Ia sengaja mengatur musim panen melon agar bertepatan dengan momen libur. Hal itu agar banyak pengunjung yang bisa datang langsung ke kebun untuk memetik dan membeli melon.
Kesuksesan Sudarman itu kini diikuti petani lain. Sobri Mahendra (50), warga Desa Adipuro, mengatakan tertarik menanam melon setelah mengetahui peluang pasar tanaman holtikultura itu. Ia pun menyulap lahan tidur seluas 0,75 hektar untuk menanam melon. Sebagian melon di kebunnya mulai panen.
”Sudah ada beberapa calon pembeli tertarik memborong dalam jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan swalayan dan perusahaan kosmetik. Namun, saya tertarik menjadikan kebun ini sebagai agrowisata,” katanya.
Dengan konsep agrowisata, harga jual melon ditingkat petani lebih tinggi dibandingkan jika dijual kepada pengepul. Selisih harga jual sebesar Rp 2.000-Rp 4.000 per kilogram.
”Kami mematok harga jual melon Rp 15.000 per kilogram. Kelebihannya, pembeli bisa menikmati sensasi berkeliling, berfoto, dan memilih melon di kebun,” katanya.
Selain pasar yang kian terbuka, harga jual melon dinilai cukup stabil. Selama ini, harga jual melon di tingkat petani sebesar Rp 10.000-Rp 15.000 per kg.
Para petani yang sukses menanam melon itu dibina pendamping dari PT East West Seed Indonesia, perusahaan swasta yang bergerak di pertanian. Koordinator Wilayah Lampung PT East West Seed Indonesia Didik Efendi mengatakan, petani diberikan pendampingan tentang cara tanam yang baik dan penanganan penyakit tanaman. Selain itu, pihaknya juga membantu membuka jaringan pemasaran hasil pertanian.
Kepala Seksi Sayuran dan Tanaman Obat Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Lampung Suhendar Arsol mengatakan, peluang pertanian melon semakin terbuka, khususnya untuk memenuhi pasar dalam negeri.
Meski demikian, petani kecil biasanya terkendala modal yang cukup besar. Untuk satu hektar lahan, diperlukan modal sebesar Rp 30 juta-Rp 40 juta.
Hingga saat ini, katanya, pemerintah daerah belum memiliki program khusus untuk budidaya melon. Namun, minat petani menanam melon sudah tumbuh dengan sendirinya, seperti virus, karena keuntungan juga menjanjikan.