Kelemahan petani jagung di NTB umumnya antara lain teknik budidaya, yaitu benih jagung ditabur di ladang dan kebun. Petani tidak melakukan pemeliharaan seperti membersihkan gulma di sekitar tanaman.
Oleh
Khaerul Anwar
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Petani jagung di Nusa Tenggara Barat perlu memperbaiki teknik budidaya usaha tani dengan pendekatan mekanisasi. Upaya ini akan meningkatkan produktivitas petani sekaligus menghasikan produk jagung berkualitas berdaya saing tinggi di pasar.
”Usaha pertanian tidak bisa dikelola secara manual dan subsisten. Harus ada pembenahan pada proses produksi dan teknik budidaya yang akan memengaruhi produktivitas dan kualitas hasil panen,” kata Managing Director PT Rinjani Agri Corpora Dean Novel di Mataram, Lombok, Kamis (19/3/2020).
Menurut Dean, kelemahan petani jagung di NTB umumnya antara lain teknik budidaya, yaitu benih jagung ditabur di ladang dan kebun. Petani tidak melakukan pemeliharaan seperti membersihkan gulma di sekitar tanaman.
Petani datang ke sawah pada saat musim petik. Padahal, untuk menghasilkan jagung yang baik, perlu juga diatur jarak tanam, pemupukan, perawatan, sampai pengolahan hasil.
Sejauh ini, upaya Pemerintah Provinsi NTB secara serius membenahi sektor pertanian, khususnya produksi jagung, mulai dirasakan manfaat ekonominya oleh masyarakat. Produksi jagung NTB tahun 2019 mencapai 2,2 juta ton dari areal sekitar 200.000 hektar, yang sebagian besar ada di Kabupaten Dompu. Dari total produksi jagung, sekitar 100.000 ton untuk memenuhi kebutuhan dan sisanya dijual kepada pengusaha (penampung).
Pembenahan mulai dari proses produksi seperti olah tanah menggunakan alat mesin pertanian mengingat semakin terbatasnya sumber daya manusia buruh tani dewasa. Kemudian, penyediaan benih berkualitas, pupuk, teknik budidaya, dan pemasaran hasil.
Ada juga aktivitas yang berkaitan tidak langsung dengan kegiatan pertanian, seperti irigasi, sumur bor, dan transportasi guna memperlancar distribusi komiditas dari sentra produksi ke gudang dan kepada konsumen. Kemudian, kata Dean, pembangunan gudang untuk menampung hasil panen.
Pola kemitraan dan pemberdayaan yang berjalan selama ini juga perlu dibenahi dengan model bisnis pertanian berkelanjutan. ”Yang terjadi selama ini, petani hanya melakukan budidaya (hulu) lalu pembeli menampung hasil produksi (hilir). Mestinya ada mitra pendamping, yaitu pengusaha (jasa) yang mengontrol proses produksi sampai kualitas produk. Karena tidak ada kontrol, produk jagung tidak berkualitas, tongkol jagung tidak terisi oleh biji, dan laku dijual,” tuturnya.
Hanya saja, kemitraan perlu ditekankan pada nilai yang memberdayakan petani, bukan mendapatkan manfaat jangka pendek dan sebatas dalam bentuk kontrak bisnis semata.
Mekanisasi
Untuk membantu para petani jagung, PT Terra Agro Digital (Terra) dari Surabaya, Jawa Timur, mengadakan pelatihan kepada 28 mitra petani dan 32 operator alat dan mesin pertanian pada Selasa-Kamis (17-19/3/2020) di Mataram. ”Mereka dibekali pengetahuan mekanisasi pertanian, strategi usaha mitra, tata kelola usaha mitra serta tata cara penggunaan platform digital,” ujar Dhimas, staf Hubungan Masyarakat PT Terra.
Menurut Sanusi (44), petani jagung Desa Labangka V Jaya Makmur, Kecamatan Labangka, Kabupaten Sumbawa, dan Andi Bakri (38), warga Desa Labuhan Mapin, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, banyak ilmu pengetahuan yang didapat dalam pelatihan itu.
Misalnya, cara mengoperasikan traktor di lahan berpasir dan berlumpur, serta membajak bidang tanah yang berbentuk segitiga dan segi empat. ”Untuk sawah yang bentuknya segi empat, pembajakan dimulai dari tengah, traktor berjalan melingkar bagai lingkaran obat nyamuk dan berakhir di tengah,” ujar Bahrudin (40), warga Dusun Dasan Tapen, Desa Telaga Waru, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur.
Selama ini, sebagian pekerja perusahaan budidaya jagung tidak memiliki pengetahuan teknis tentang alat dan mesin pertanian. Atas izin pimpinan perusahaan, Bahrudin yang semula menjadi sopir diminta mengoperasikan traktor di lahan sentra budidaya jagung perusahaan.
”Saya beranikan diri mengoperasikan traktor. Yang penting pekerjaan selesai. Tetapi, saya tahu diri; salah mengoperasikan traktor setelah ikut pelatihan ini,” ujar Bahrudin.