Peringatan untuk menunda studi banding sebenarnya sudah disampaikan sejumlah kalangan. Yang pertama, komite sekolah dua kali menyurati Kepala SMA 1 Anwar Musadat, yang merangkap ketua panitia pelaksana.
Oleh
Irma Tambunan
·3 menit baca
Kepulangan 68 siswa dan guru SMA Negeri 1 Kota Jambi disambut tangis para orangtua di Jambi, Jumat (20/3/2020). Histeria bertambah saat menyaksikan rombongan studi banding turun dari bus. Satu per satu mereka harus melewati petugas yang menyemprotkan cairan disinfektan.
Di mata Eva (40), pemandangan itu terasa menyedihkan. Ia pun tak dapat menahan tangis. Setelah petugas menyemprotkan disinfektan, dari kejauhan ia mengikuti putrinya dibawa untuk menjalani pemeriksaan kesehatan umum. Lalu dikumpulkan dengan semua siswa lainnya dalam satu ruangan tertutup. Mereka dibekali sejumlah instruksi untuk mengarantina diri di rumah masing-masing selama 14 hari ke depan.
Setelah lebih dari sejam menunggu di luar gedung, akhirnya Eva dapat menjemput putrinya. Namun, terselip rasa khawatir. Bagaimana jika ternyata putrinya tertular coronavirus disease (Covid)-19 yang tengah mewabah di mana-mana.
Ia sebenarnya berharap ada penanganan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jambi untuk mengarantina semua siswa. Jika ada yang positif Covid-19 dalam rombongan itu, jangan sampai yang lain tertular. Nyatanya, kebijakan karantina tidak dilakukan.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Samsiran, langkah karantina tidak diambil karena keterbatasan ruang untuk penanganan. Apalagi, hasil pengecekan suhu tubuh semua siswa diketahui cukup baik.
Suhu tubuh para siswa rata-rata 36 derajat celsius. Itu dianggap aman. ”Hanya satu orang yang suhu tubuhnya 37 derajat celsius,” ujar Johansyah, Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jambi.
Jika selama 14 hari ke depan ada siswa mengeluh sakit, orangtua siswa diminta untuk melapor ke puskesmas terdekat. Akan dilakukan penanganan setelahnya.
Disesalkan
Sejak awal Eva ragu melepas putrinya ikut studi banding sekolah. ”Sudah saya melarang, tetapi Isel ingin tetap pergi karena seluruh temannya ikut,” katanya.
Studi banding siswa SMAN 1 Kota Jambi dikecam banyak pihak. Bagaimana mungkin pihak sekolah nekat memberangkatkan siswa ke sejumlah kota besar di tengah meluasnya pandemi virus SARS-CoV-2. Di kota-kota yang rombongan itu singgahi sudah cukup banyak penderitanya. Hingga Kamis (19/3/2020), kasus positif penderita Covid-19 mencapai 309 orang dan korban meninggal sudah 25 orang.
Peringatan untuk menunda studi banding sebenarnya sudah disampaikan sejumlah kalangan. Yang pertama, komite sekolah dua kali menyurati Kepala SMAN 1 Anwar Musadat, yang merangkap ketua panitia pelaksana.
Begitu pula Dinas Pendidikan Provinsi Jambi. ” Kami sudah meminta kepala sekolah agar menunda dulu. Rupanya mereka tetap berangkat,” kata Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jambi Syahran.
Keberangkatan rombongan siswa ke luar kota jelas menyalahi instruksi Gubernur Jambi terkait penanganan penyebaran Covid-19. Gubernur Jambi Fachrori Umar telah menginstruksikan sekolah agar seluruh siswanya untuk sementara waktu belajar di rumah, bukannya malah bepergian ke luar kota.
Di pihak lain, Anwar Musadat beralasan studi banding itu tak bisa dibatalkan karena telah direncanakan tiga bulan sebelumnya. ”Semuanya dipersiapkan jauh-jauh hari,” katanya.
Agenda perjalanan telah disusun semenarik mungkin. Dari Jambi, rombongan ke Jakarta untuk berkunjung ke kampus Universitas Indonesia. Selanjutnya ke kampus-kampus ternama di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Malang. Tak lupa, rombongan singgah di sejumlah lokasi wisata dan belanja.
Menurut Anwar, studi banding itu ditunggu-tunggu lama oleh siswanya. Perjalanan telah dipersiapkan oleh agen. Jika dibatalkan, pihak sekolah harus membayar penalti kepada agen.
Studi banding diakuinya menuai pro dan kontra. Jika semua siswa ikut, semestinya berjumlah 91 orang. Sebagian siswa akhirnya memutuskan tak ikut. ”Hanya 63 siswa dan lima guru pendamping yang akhirnya berangkat,” katanya.
Perjalanan para siswa yang menuai kecaman belakangan juga tak berjalan mulus. Studi banding tak sesuai yang diharapkan karena banyak lokasi yang tak dapat dikunjungi.
Sejumlah kampus ditutup sementara demi mengantisipasi penyebaran penyakit Covid-19. Hal serupa pada beberapa lokasi wisata. Perjalanan itu akhirnya benar-benar tak sebanding dengan risiko yang harus ditanggung para siswa.