Antisipasi Lonjakan Pasien, Jawa Barat Siapkan Hotel dan Gedung Pemerintahan untuk Ruang Perawatan
Pemprov Jabar memiliki 34 rumah sakit rujukan berkapasitas sekitar 1.000 orang untuk menampung pasien Covid-19. Hotel dan gedung pemerintahan juga disiapkan sebagai ruang perawatan guna mengantisipasi lonjakan pasien.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Barat kini memiliki 34 rumah sakit rujukan dengan kapasitas sekitar 1.000 orang untuk menampung pasien Covid-19. Pemerintah juga menyiapkan hotel, gedung pemerintahan, dan rumah sakit yang belum diresmikan sebagai ruang perawatan untuk mengantisipasi lonjakan pasien.
Hotel tersebut terletak di Jalan Hegarmanah. Adapun rumah sakit (RS) yang belum diresmikan berada di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung. Sementara gedung pemerintahan bakal menggunakan asrama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Jabar di Kota Cimahi.
”Total kapasitasnya sekitar 1.000 tempat tidur. Jadi, di luar rumah sakit, kami menyiapkan fasilitas lain untuk mengantisipasi jika jumlah pasien (Covid-19) melebihi kapasitas RS,” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Sabtu (21/3/2020).
Hingga Jumat (20/3/2020) malam, terdapat 41 pasien positif Covid-19 di Jabar. Sebanyak tujuh orang meninggal dan empat orang lainnya sembuh.
Pasien dalam pengawasan (PDP) berjumlah 136 orang. Sejumlah 92 orang masih dalam proses pengawasan. Sementara 44 orang sudah selesai pengawasan.
Sejumlah 1.506 orang berstatus orang dalam pemantauan (ODP). Sebanyak 815 orang masih proses pemantauan dan 691 orang sudah selesai pemantauan.
Hingga Jumat (20/3/2020) malam, terdapat 41 pasien positif Covid-19 di Jabar. Sejumlah tujuh orang meninggal dan empat orang lainnya sembuh.
Kamil mengatakan, pihaknya telah membuat skenario untuk mengantisipasi lonjakan pasien. Jika ruang isolasi di RS penuh, ruangan lain akan digunakan untuk menampung pasien Covid-19.
”Fasilitas di luar RS akan digunakan setelah ruangan di RS penuh. Untuk saat ini, pasien masih bisa ditampung di RS,” ujarnya.
Pemprov Jabar juga mengirimkan alat pelindung diri (APD) untuk tenaga kesehatan, di antaranya pakaian pelindung, kacamata pelindung, dan sarung tangan, kepada rumah sakit rujukan. Bantuan APD itu bersumber dari tanggung jawab sosial perusahaan PT Jasa Medivest, anak perusahaan PT Jasa Sarana yang merupakan BUMD Jabar.
”Ini bentuk kepedulian kami dalam mendukung Pemprov Jabar untuk melawan penyebaran virus korona,” ujar Direktur Investasi PT Jasa Sarana Indrawan Sumantri.
Masker gratis
Pemprov Jabar juga memberikan bantuan masker secara gratis kepada masyarakat. Masker akan dibagikan melalui puskesmas.
”Jumlahnya mendekati satu juta masker. Bantuan ini diberikan untuk orang yang sakit dan mempunyai gejala sakit,” ujar Kamil.
Mantan Wali Kota Bandung itu mengatakan, pihaknya memprioritaskan bantuan itu untuk puskesmas di daerah yang terdapat kasus positif Covid-19, seperti Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cirebon, Kota Bandung, dan Kabupaten Bandung. Puskesmas diminta mengajukan jumlah bantuan masker lewat aplikasi Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar).
Kepala Dinas Kesehatan Jabar Berli Hamdani Gelung Sakti mengatakan, permintaan dari 1.087 puskesmas di Jabar dan unit kesehatan lainnya mencapai 28 juta masker. Namun, pihaknya tidak dapat memenuhi semua permintaan itu sekaligus dan akan memprioritaskan daerah yang sudah ditemukan kasus positif Covid-19.
Kamil menambahkan, sejak sepekan terakhir, pihaknya telah melakukan tes proaktif Covid-19 secara massal untuk tahap pertama. Tes terhadap 300 orang ini diprioritaskan bagi orang yang berisiko, seperti tenaga kesehatan, PDP, ODP, dan keluarga pasien.
Tes dilakukan di Laboratorium Kesehatan Jabar dengan menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR). Metode ini menguji swab rongga hidung dan tenggorokan.
Pemprov Jabar juga mengajukan tes cepat (rapid test) untuk 10.000 orang yang direncanakan oleh pemerintah pusat. ”Jadi, tetap tidak bisa untuk semua orang. Kami akan dahulukan orang-orang yang paling berpotensi tertular Covid-19,” ujarnya.