Kota Solo di Jawa Tengah menjadi daerah pertama yang menetapkan status kejadian luar biasa Covid-19. Segenap daya diupayakan sebagian warga untuk melindungi diri dan sesama.
Mengenakan masker dan jubah panjang, belasan guru SMK Santo Paulus Surakarta, sejak Senin (16/3/2020), membuat cairan antiseptik atau hand sanitizer di laboratorium sekolah. Setidaknya 275 liter cairan antiseptik telah diproduksi secara mandiri untuk membantu mencegah penularan Covid-19 di masyarakat.
Membuat cairan antiseptik bukan hal baru bagi SMK Santo Paulus Surakarta yang memiliki program kompetensi Kimia Industri dan Teknologi Laboratorium Medik. Para guru SMK Santo Paulus Surakarta tergerak membuat hand sanitizer karena produk itu begitu langka di pasaran. Akibatnya, warga yang membutuhkan kesulitan memperolehnya.
”Kami membuat hand sanitizer ini utamanya untuk kemanusiaan,” kata Rini Udayanti, Ketua Program Kompetensi Kejuruan Kimia Industri SMK Santo Paulus Surakarta, Jumat (20/3). Sejak awal Covid-19 merebak, produk cairan antiseptik langka di pasaran, termasuk Solo. Kalaupun ada, harganya melonjak. Satu botol kecil takaran 50 mililiter sempat mencapai Rp 60.000, jauh di atas harga normal Rp 15.000-Rp 20.000.
Setelah ditetapkan KLB Covid-19 selama 14 hari mulai Senin lalu, aktivitas belajar siswa sekolah di Solo diganti dengan belajar di rumah. Waktu tersebut dimanfaatkan 15 guru SMK Santo Paulus untuk berkarya di laboratorium setelah memberi tugas belajar di rumah kepada siswa.
Ruang laboratorium 1 yang biasanya dipakai kegiatan siswa menjadi ruang praktik para guru dari dua program kompetensi. Di luar dugaan, permintaan cairan antiseptik membeludak. ”Pada hari pertama, kami membuat 75 liter. Hari berikutnya, kami bikin 100 liter,” ujar Rini.
Produk cairan antiseptik itu dibuat dengan bahan-bahan, antara lain, alkohol 98 persen, minyak jahe sebagai aroma, hidrogen peroksida (H2O2), dan gliserin sebagai pelembab. Selanjutnya, cairan antiseptik dikemas dalam botol-botol kecil berukuran 50 ml, 100 ml, 500 ml, dan curah. Pada botol kemasan dicantumkan merek EsTePe, produksi SMK Santo Paulus Surakarta.
Cairan antiseptik lalu didistribusikan, antara lain, ke sejumlah gereja, permukiman, dan masyarakat umum. Hand sanitizer kemasan 50 ml dijual Rp 10.000 per botol, 100 ml seharga Rp 20.000, dan botol 500 ml seharga Rp 60.000. ”Tujuan kami bukan untuk bisnis atau mencari laba. Yang penting masyarakat tertolong dulu,” kata Rini.
Upaya serupa dilakukan dosen, mahasiswa, dan karyawan D-3 Farmasi Sekolah Vokasi Universitas Sebelas Maret (UNS). Dosen D-3 Farmasi Sekolah Vokasi UNS, Heru Sasongko, mengatakan, pihaknya memproduksi cairan antiseptik yang dikemas dalam 3.000 botol semprot berukuran 50 ml dan 100 botol berukuran 250 ml. Ada pula yang dikemas dalam botol 1 liter.
Produksi cairan antiseptik di UNS melibatkan 10 orang. Produk dibuat sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Cairan antiseptik itu didistribusikan ke fakultas-fakultas dan program studi di lingkungan UNS untuk digunakan dosen dan mahasiswa.
Pemkot bergerak
Tidak hanya warga, pemerintah kota pun bergerak menekan risiko penularan Covid-19. Setelah penetapan KLB Covid-19, penyemprotan disinfektan dilakukan di sekolah-sekolah, kantor-kantor pemerintah termasuk kelurahan, tempat-tempat ibadah, terminal, pasar tradisional, dan fasilitas publik lain. Alat transportasi umum bus Batik Solo Trans (BST) dan angkutan perkotaan pengumpan BST tak luput dari penyemprotan disinfektan.
Penyemprotan digencarkan dengan menggandeng berbagai pihak, antara lain TNI, Polri, dan masyarakat. Aparatur sipil negara pun dikerahkan, seperti personel Dinas Pemadam Kebakaran, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Solo, Satuan Polisi Pamong Praja, dan Palang Merah (PMI) Indonesia Solo.
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mengatakan, penyemprotan disinfektan yang dilakukan setiap hari merupakan langkah pencegahan penyebaran virus korona baru penyebab penyakit Covid-19. ”Penyemprotan dilakukan selama 14 hari ke depan,” ujarnya. PMI Solo juga gencar mengampanyekan gerakan cuci tangan yang bersih dan benar kepada warga serta siswa-siswi sekolah. Kampanye cuci tangan yang bersih dan benar sudah dimulai sebelum penetapan KLB di Solo.
CEO dan Sekretaris PMI Solo Sumartono Hadinoto mengatakan, kampanye gerakan cuci tangan yang bersih dan benar dilakukan untuk mencegah penyebaran virus korona baru. Tak hanya mengajarkan cuci tangan yang benar, PMI juga membagikan 100 botol hand sanitizer kepada warga.
Di tengah kegentingan pandemi Covid-19, saatnya semua pihak bahu-membahu hingga ”badai” berlalu.