Pasien Meninggal karena Positif Covid-19 di Bali Jadi Dua Orang
Jumalh pasien meninggal karena positif Covid-19 di Bali bertambah satu orang. Total ada tiga pasien positif Covid-19 di Bali.
Oleh
COKORDA YUDHISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 di Bali yang meninggal bertambah satu orang. Hingga saat ini, dari tiga kasus positif Covid-19 di Bali, dua pasien meninggal dan satu pasien lainnya masih dirawat.
Hal itu disampaikan Ketua Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 Provinsi Bali I Dewa Made Indra dalam konferensi pers, Sabtu (21/3/2020). Indra juga menyatakan terdapat pembetulan data mengenai jumlah kasus positif coronavirus disease (Covid)-19 di Bali.
Sebelumnya, dalam konferensi pers Jumat (20/3/2020), dinyatakan terdapat empat kasus positif Covid-19. Keterangan itu kemudian dikoreksi menjadi tiga kasus positif. Satu kasus positif Covid-19 yang sebelumnya dicatatkan sebagai kasus positif Covid-19 di Bali, kata Indra, datanya dipindahkan ke luar Bali karena pasien tersebut sudah dirawat di luar Bali. ”Yang bersangkutan sebelumnya bertugas di Bali,” kata Indra yang juga menjabat Sekretaris Daerah Provinsi Bali.
Secara kumulatif, jumlah pasien dengan status dalam pengawasan Covid-19 sebanyak 95 orang. (I Dewa Made Indra)
Adapun dari dua kasus positif Covid-19 yang meninggal itu, keduanya warga negara asing. Kasus pertama adalah pasien kasus 25 yang meninggal pada 11 Maret 2020, sedangkan pasien kasus positif Covid-19 yang terakhir meninggal adalah laki-laki warga negara berusia 72 tahun.
”Jenazah pasien masih di rumah sakit. Kami menunggu hasil koordinasi pihak rumah sakit dengan pihak konsulat jenderal perwakilan dari negaranya,” kata Indra.
Secara kumulatif, ujar Indra, jumlah pasien dengan status dalam pengawasan Covid-19 sebanyak 95 orang. Dari jumlah itu, 24 orang masih dirawat di rumah sakit. Selain itu, tim surveilans Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan jajarannya di daerah juga memantau kondisi 217 orang yang dari hasil penelusuran kontak diketahui pernah kontak dengan pasien kasus positif Covid-19.
Aktifkan pos Covid-19
Indra juga menerangkan, Satgas Penanggulangan Covid-19 Provinsi Bali sudah bersurat kepada Panglima Kodam IX/Udayana, Kepala Polda Bali, dan seluruh kepala daerah di Bali agar mengaktifkan pos koordinasi penanggulangan Covid-19 di daerah hingga di tingkat desa dengan melibatkan aparat babinsa dan bhabinkamtibmas. Satgas Penanggulangan Covid-19 Provinsi Bali juga bersurat ke Majelis Desa Adat Bali agar pihak desa adat terlibat menanggulangi penyebaran penyakit Covid-19, di antaranya dengan disinfeksi di lingkungannya.
Indra mengatakan, pihaknya sedang menyiapkan UPTD Balai Pelatihan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Bali menjadi tempat karantina bagi para pekerja migran Indonesia dari Bali yang akan pulang dari negara tempatnya bekerja. Pemerintah menyiapkan tempat karantina itu untuk mengantisipasi kepulangan pekerja migran Indonesia asal Bali dari negara-negara yang terjangkit penyakit Covid-19.
Terkait ketersediaan sarana medis di rumah sakit, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Ketut Suarjaya mengatakan, pemerintah melalui Satgas Penanggulangan Covid-19 sedang mengupayakan penambahan alat dan sarana medis untuk mendukung rumah sakit, khususnya rumah sakit pemerintah yang menangani pasien dengan status dalam pengawasan. ”Kami sudah berkoordinasi dengan pihak distributor untuk menyediakan alat kesehatan itu,” kata Suarjaya.
Inovasi kampus
Menyusul kesiagaan daerah menghadapi penyakit Covid-19, pihak Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primakara, kampus pengembangan dan inkubator bisnis berbasis teknologi (technopreneurship) di Denpasar, membuat purwarupa peralatan penyemprot disinfektan otomatis dengan memanfaatkan teknologi sensor dan internet of things (IoT). Alat penyemprot disinfektan yang dikembangkan STMIK Primakara itu bekerja secara otomatis. Setiap orang yang melewati pintu langsung disemprot cairan.
”Alat penyemprot otomatif ini masih tahap pengembangan dan pengujian, tetapi dapat difungsikan,” kata Ketua STMIK Primakara I Made Artana, Sabtu.
Alat penyemprot disinfektan otomatis itu dibangun Artana bersama tim, di antaranya Made Adi Paramartha Putra, dosen di Jurusan Teknik Informatika STMIK Primakara yang merancang sistem komputasinya. Mereka merancang dan membuat alat purwarupa itu berikut sistemnya dalam waktu singkat, yakni sekitar dua hari.
Adi menambahkan, alat penyemprot disinfektan itu menggunakan alat sensor jarak yang dihubungkan dengan perangkat IoT sehingga dapat dijalankan otomatis. ” Sensor akan mendeteksi jika ada orang yang mendekat dalam jarak 1,5 meter, lalu sensor memicu relay yang akan menghidupkan pompa,” kata Adi.
Alat penyemprot disinfektan otomatis itu menyerupai alat pendeteksi metal (metal detector gate) dengan tinggi 220 sentimeter (2,2 meter) dan lebar 80 sentimeter (0,8 meter). Alat penyemprot otomatis berbentuk seperti kusen pintu dan memiliki lima alat penyemprot, yakni satu alat di bagian atas dan masing-masing dua alat penyemprot di bagian kiri dan kanannya. Adapun alat sensor dipasang di sisi depan bagian atas. Saat dicobakan, alat penyemprot otomatis itu berfungsi dan menyemprotkan air ke seluruh bagian tubuh selama dua detik.
Artana menambahkan, mereka terpacu berinovasi di tengah situasi perkembangan penyakit Covid-19, khususnya di Bali. ”Awalnya saya di-tag teman melalui Facebook yang menantang kami untuk membuat teknologi yang dapat membantu masyarakat,” kata Artana. ”Kami masih memperbaiki alat penyemprot disinfektan otomatis ini dan kami berharap ide semacam ini dapat dimanfaatkan. Kami juga siap membantu pemerintah apabila ingin memanfaatkan teknologi ini,” ujar Artana.