Penumpang Kereta Api Turun 40 Persen pada Maret Ini
Jumlah penumpang kereta api turun hingga sekitar 40 persen secara nasional pada Maret 2020 dibandingkan dengan Maret tahun sebelumnya. Pandemi Covid-19 diperkirakan menjadi pemicunya.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Jumlah penumpang kereta api turun hingga sekitar 40 persen secara nasional pada Maret 2020 dibandingkan Maret tahun sebelumnya. Pembatalan kunjungan dari sejumlah rombongan wisatawan akibat terjadi pandemi Covid-19 diperkirakan menyebabkan penurunan jumlah penumpang itu.
”Penurunan secara bertahap terjadi setelah tanggal 3 Maret 2020. Seterusnya mulai terlihat penurunan. Lalu, ada beberapa kebijakan daerah yang memproteksi tempat wisata dan menutup beberapa tempat keramaian,” kata Wakil Direktur Niaga Urusan Penumpang PT Kereta Api (KAI) Asdo Artriviyanto di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta, Sabtu (21/3/2020).
Asdo menyampaikan, salah satu faktor penurunan jumlah penumpang itu adalah adanya pembatalan rencana perjalanan sejumlah rombongan wisata. Misalnya, rombongan wisata sekolah yang berlibur sekitar bulan Maret hingga Juni.
”Ini didukung adanya imbauan untuk tidak beraktivitas dalam kerumunan. Oleh karena itu, persentase (jumlah penumpang) menurun. Penurunan ini lebih dipengaruhi oleh banyaknya rombongan yang batal,” ujar Asdo.
Selain itu, Asdo menjelaskan, PT KAI telah berupaya menerapkan prinsip social distancing atau pembatasan sosial dalam operasional kereta api. Setiap rangkaian kereta selalu dikosongkan dua gerbong agar pembatasan tersebut dapat dilakukan. Gerbong yang kosong itu nanti akan diisi penumpang lain agar tidak saling duduk bersebelahan.
Penurunan secara bertahap terjadi setelah tanggal 3 Maret 2020. Seterusnya mulai terlihat penurunan.
Dalam pembatasan tersebut, satu baris kursi yang biasanya bisa diisi dua penumpang dianjurkan agar diisi satu penumpang saja. Ini untuk memberikan jarak agar mengantisipasi potensi penularan di dalam kereta.
”Tetapi, pembatasan agar tidak duduk bersebelahan di dalam kereta ini juga cukup sulit diterapkan. Tidak semua penumpang mau dipisahkan. Ini semua tergantung dari penumpang sendiri apakah pembatasan bisa diterapkan atau tidak. Prinsipnya, kami sudah menyiapkan gerbong bagi penumpang yang direlokasi agar tidak duduk bersebelahan,” kata Asdo.
Asdo menambahkan, pembatasan sosial itu juga diberlakukan di setiap stasiun. Tempat duduk yang berada di ruang tunggu ditempeli kertas pemberitahuan agar tidak diduduki. Penumpang diminta saling duduk berjarak.
Penumpang prameks berkurang
Manajer Humas PT KAI Daerah Operasional VI Eko Budiyanto mengungkapkan, penurunan jumlah penumpang juga terjadi pada kereta rute lokal, seperti prameks, yang melayani rute Yogyakarta-Solo dan sebaliknya. Penurunannya terjadi cukup drastis bagi kereta yang biasa digunakan para pelaju di kedua kota tersebut. Penumpang per hari menjadi sekitar 20 persen daripada operasional pada hari-hari biasa.
”Kondisi ini sudah terjadi sejak sepekan terakhir setelah Solo menetapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) Covid-19. Penumpang biasanya 10.000 penumpang per harinya dari total 21 perjalanan yang ada. Kini, tinggal sekitar 20 persennya saja,” ucap Eko.
Menurut Eko, dengan adanya penurunan penumpang ini, artinya sudah ada kesadaran dari setiap penumpang untuk tidak banyak beraktivitas di luar rumah. Kesadaran mandiri itu diharapkan mampu menekan angka persebaran Covid-19.
Eko menambahkan, dalam operasionalnya, kereta prameks juga diterapkan pembatasan. Hanya 75 persen tiket yang dijual untuk setiap rangkaian kereta. Biasanya, satu kali perjalanan kereta tersebut menjual hingga 150 persen tiket dari kapasitas setiap rangkaian kereta.
”Di sini diterapkan 75 persen agar terjadi pembatasan jarak duduk antarpenumpang. Pada hari biasa diterapkan 150 persen. Artinya, 100 persen itu bisa duduk di semua kursi yang tersedia, lalu 50 persen sisanya adalah penumpang yang berdiri,” kata Eko.