Sejumlah warga Kota Semarang mulai membatasi aktivitas di luar rumah. Tempat wisata dan pusat perbelanjaan sepi. Bandara Jenderal Ahmad Yani, Semarang, juga menerapkan sejumlah konsep pembatasan jarak antarpengguna.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sejumlah warga Kota Semarang, Jawa Tengah, mulai membatasi aktivitas di luar rumah, Minggu (22/3/2020), seiring anjuran pemerintah menekan laju penyebaran Covid-19. Sejumlah kawasan wisata dan fasilitas publik relatif sepi dibandingkan pekan-pekan sebelumnya.
Dari pantauan, Minggu siang hingga sore, jalanan Kota Semarang lebih lengang daripada akhir pekan biasanya. Bus rapid transit (BRT) Trans Semarang cenderung sepi penumpang. Suasana di kawasan Kota Lama Semarang pun tidak seramai biasanya.
Sejumlah pusat perbelanjaan di Kota Semarang juga sepi pengunjung. Adapun tempat wisata Lawang Sewu memang ditutup untuk umum dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19.
Sebelumnya, sejak pekan lalu, Pemerintah Kota Semarang telah meniadakan hari bebas kendaraan (car free day) yang setiap Minggu digelar di Jalan Pahlawan dan Jalan Pemuda. Penyelenggaraan Semarang Night Carnival, yang sedianya dilaksanakan pada 30 Maret, juga ditunda.
Sementara itu, Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang, menerapkan pembatasan sosial (social distancing) di sejumlah area pelayanan. Kebijakan itu, antara lain, diterapkan dengan konsep pengaturan jarak minimal 1 meter antar-orang. Selain itu, dengan menempelkan stiker kuning sebagai panduan jarak.
General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Hardi Ariyanto menuturkan, langkah-langkah itu dilakukan untuk meminimalkan potensi penyebaran virus korona. ”Penumpang juga agar lebih tertib dan membiasakan diri tidak berdesakan dengan penumpang lain,” ujarnya.
Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang, menerapkan pengaturan jarak minimal 1 meter antar-orang. Selain itu, dengan menempelkan stiker kuning sebagai panduan jarak.
Ariawan (36), warga Kecamatan Tugu, Kota Semarang, yang bekerja sebagai pegawai swasta, mengatakan, bukan hal mudah untuk benar-benar diam di rumah. ”Karena untuk membeli keperluan apa-apa harus keluar rumah. Bagi saya, yang penting tidak ke keramaian,” katanya.
Sementara itu, Tatik (51), warga Kecamatan Pedurungan, mulai menyadari pentingnya mencegah penyebaran Covid-19 dengan tidak keluar rumah. Maka, ia pun membeli bahan-bahan makanan setidaknya untuk dua minggu ke depan. ”Meski waspada, tidak panik juga,” ujar Tatik.
Hingga Minggu (22/3/2020) pukul 16.05 terdapat 15 kasus positif Covid-19 di Jateng. Sebanyak 12 masih dirawat dan 3 orang meninggal. Kota Semarang dan Solo menjadi daerah dengan kasus positif terbanyak, masing-masing 6 kasus, disusul Kabupaten Magelang, Banyumas, dan Kota Pekalongan masing-masing 1 kasus positif.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, pembatasan sosial perlu terus disosialisasikan, termasuk kepada para siswa. Materi terkait itu dapat dijadikan bahan ajar jarak jauh atau daring kepada para siswa sekolah sehingga pemahaman akan Covid-19 meningkat.
”Guru bisa memanfaatkan (pembelajaran daring) dengan memberi materi tentang korona, apa itu korona, bagaimana mencegah dan perilaku apa yang harus diubah. Ini agar semua mengerti apa itu social distancing,” kata Ganjar.
Materi terkait pembatasan sosial dapat dijadikan bahan ajar jarak jauh atau daring kepada para siswa sekolah sehingga pemahaman akan Covid-19 meningkat.
Pemerintah Kota Semarang menyiapkan anggaran sebesar Rp 27 miliar yang bersumber dari pergeseran APBD Kota Semarang serta dana tidak terduga untuk penanganan dan pencegahan pandemi Covid-19. Uang itu nantinya akan digunakan untuk membeli sejumlah peralatan medis, obat, vitamin, cairan antiseptik, disinfektan, pakaian pelindung diri, serta kapsul evakuasi.
Dana itu juga akan digunakan untuk keperluan rapid diagnostic test (RDT) kepada warga di Kota Semarang kategori orang dalam pemantauan (ODP). ”Ada 10.000 lebih rapid diagnostic test yang dilakukan RSUD KMRT Wongsonegoro,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam.