Dua kampus di Surabaya, Jawa Timur, berinovasi membuat bilik sterilisasi untuk membantu pemerintah dan tim kesehatan terpadu dalam penanganan pandemi Covid-19.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Dua kampus di Surabaya, Jawa Timur, berinovasi membuat bilik sterilisasi untuk membantu pemerintah dan tim kesehatan terpadu dalam penanganan pandemi Covid-19. Bilik-bilik itu nantinya akan dioperasikan di tempat-tempat umum dan rumah sakit yang menangani kasus Covid-19.
Kedua kampus itu adalah Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Institut Teknologi (IT) Telkom. Bilik buatan IT Telkom dipesan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Bilik telah selesai dibuat dan diserahkan kepada Pemerintah Kota Surabaya untuk dioperasikan. Sementara bilik buatan ITS yang dipesan oleh Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) dan Badan Intelijen Negara (BIN) hampir selesai.
Cuci tangan hanya membersihkan virus dan kuman di tangan, tetapi bilik ini bisa membersihkan seluruh badan.
”Bilik ini sempurna ketimbang cuci tangan. Cuci tangan hanya membersihkan virus dan kuman di tangan, tetapi bilik ini bisa membersihkan seluruh badan,” kata Risma di Surabaya, Senin (23/3/2020). Bilik itu telah selesai dibuat dan diserahkan IT Telkom ke rumah dinas Wali Kota Surabaya pada akhir pekan lalu.
Meski demikian, lanjut Risma, masih diperlukan penyempurnaan pada bilik sterilisasi itu, terutama soal cairan yang akan disemprotkan yang masih dibuat oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Bagian bawah bilik juga masih perlu diganti dengan bahan khusus antikuman, seperti bahan lantai yang dipakai setelah keluar dari kamar operasi.
”Bilik-bilik semacam ini akan dibuat sebanyak-banyaknya, paling tidak setiap hari bisa selesai delapan bilik untuk ditempatkan di pintu masuk ke Surabaya, seperti bandara, terminal, pelabuhan, dan stasiun. Dinas cipta karya juga baru bikin semacam ini,” ujar Risma.
Rektor IT Telkom Surabaya Tri Arif Sarjono mengatakan, ide pembuatan bilik memang berasal dari Risma. ”Pada Selasa (17/3/2020) lalu, beliau menyampaikan keinginan itu, kemudian saya diskusi dengan staf khusus, kami buat, dan jadilah,” ujarnya.
Tri mengatakan, pihaknya membuat dua tipe bilik, yakni tipe ruang (chamber) dan tipe terowongan (tunnel). Perbedaan terletak pada sistem penyemprotan disinfektan. Untuk model ruang, cairan diputar jadi uap, lalu diarahkan ke bilik. Untuk tipe terowongan, cairan disedot dan disemprotkan dari berbagai sisi. ”Kami belum tahu mana yang lebih efektif, tetapi pasti akan banyak tipenya karena buatan ini masih amat mendasar,” katanya.
Risma cenderung menyukai tipe terowongan sehingga meminta IT Telkom menyempurnakan desain dan sistemnya. Bilik ini kemudian perlu dibuat lebih banyak untuk ditempatkan di beberapa lokasi. Bilik tipe terowongan yang sudah dibuat akan diletakkan di sekitar Balai Kota Surabaya dan rumah dinas Wali Kota Surabaya. Adapun bilik ruang segera digunakan di rumah dinas Wali Kota.
Pengujian perlu waktu sehingga yang ada bisa digunakan terlebih dahulu untuk memutus mata rantai penyebaran.
Tri mengatakan, faktor terpenting dalam pembuatan bilik ialah disinfektannya. IT Telkom juga bekerja sama dengan kampus-kampus lain mencari formula terampuh pembasmi virus korona baru penyebab Covid-19 ini.
”Untuk sementara, ini bisa digunakan dulu sembari kami dan kampus lain menguji formula pembasmi virus korona. Pengujian perlu waktu sehingga yang ada bisa digunakan terlebih dahulu untuk memutus mata rantai penyebaran,” ujar Tri.
Sementara itu, Wakil Rektor ITS Bambang Pramujati mengatakan, tim terpadu dosen, mahasiswa, dan alumni bahu-membahu menyelesaikan tiga tipe bilik ruang bentuk balok. Tipe pertama adalah bilik penyemprot ozon dilengkapi dengan aplikasi pendeteksi panas tubuh. Tipe kedua adalah bilik penyemprot disinfektan. Sementara tipe ketiga semacam bilik sauna.
Ketiga tipe bilik tidak menggunakan pintu, tetapi tirai plastik tebal. Proses seseorang disterilkan di dalam bilik lebih kurang 20 detik. Bilik-bilik itu, lanjut Bambang, merupakan permintaan RSUA dan BIN.
Saat ini, tim teknik kimia ITS dan RSUA sedang memacu diri untuk menemukan formula disinfektan guna dipakai dalam bilik-bilik itu. ”Yang pesanan BIN harus sampai di Jakarta, Kamis ini, karena harus segera dioperasikan di Istana Negara,” katanya.
Manajer Penelitian dan Pengembangan RSUA Anggraini Dwi Sensusiati menambahkan, selain tipe ozon, pihaknya masih perlu berdiskusi dengan tim ITS, mana bilik yang lebih sesuai untuk tim kesehatan. ”Tetapi, yang jelas, mana yang lebih dahulu siap dioperasikan, itu yang dipakai karena sudah mendesak,” katanya.
Anggraini juga menyampaikan, kebutuhan alat pelindung diri bagi tim kesehatan menipis. Untunglah, ITS membuatkan dan mengirim cairan pembersih tangan dan segera menyerahkan setidaknya 500 pelindung wajah berbahan plastik mika. Pelindung wajah itu bisa dipakai beberapa kali, tetapi harus terus disemprot disinfektan. Plastiknya pun bisa diganti jika sudah berembun.
Bambang mengatakan, Satuan Tugas Covid-19 ITS menggalang dana untuk pembuatan alat-alat itu. Cairan pembersih dan pelindung wajah diproduksi cepat dengan prioritas untuk tim kesehatan di rumah sakit. ITS pun agak kewalahan memenuhi permintaan cairan pembersih sebanyak beribu-ribu liter dari RS-RS di Indonesia.
Adapun permintaan pelindung wajah sejauh ini mencapai 270.000 buah. Selama bahan-bahan serta dana tersedia, Bambang mengatakan, produksi pelindung wajah bisa ditingkatkan dari 500 buah per hari menjadi 1.000 buah per hari.