755 Gempa sejak Awal 2019, Selatan Jawa Paling Rentan
Sebanyak 755 gempa bumi terjadi pada periode Januari 2019-Maret 2020 di wilayah Pulau Jawa. Sebagian besar gempa terjadi di kawasan selatan Pulau Jawa. Mitigasi bencana penting terus ditanamkan pada warga.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
BANJARNEGARA, KOMPAS -- Stasiun Geofisika Banjarnegara, Jawa Tengah mencatat sebanyak 755 gempa bumi pada periode Januari 2019-Maret 2020 di wilayah Pulau Jawa. Sebagian besar gempa terjadi di selatan Pulau Jawa. Di tengah ancaman wabah penyakit Covid-19, masyarakat diingatkan tetap mewaspadai potensi gempa bumi guna mengurangi risiko dan korban jiwa.
“Gempa bumi didominasi aktivitas gempa bumi dangkal sebanyak 682 kali, gempa menengah 64 kali, dan gempa dalam 9 kali. Rata-rata gempa bumi yang terjadi memiliki Magnitudo 3,2 SR dan paling banyak terjadi di laut selatan Jateng, selatan DIY serta selatan Jatim,” kata Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie, saat dihubungi dari Purwokerto, Banyumas, Selasa (24/3/2020).
Setyoajie menyampaikan, secara umum, penyebab gempa diakibatkan aktivitas di zona subduksi, di mana Lempeng Indo-Australia menyusup masuk ke dalam Lempeng Eurasia. Adapun gempa yang berlokasi di darat secara umum disebabkan aktivitas patahan lokal.
Selama periode tersebut, lanjut Setyoajie, BMKG tidak merilis peringatan dini tsunami untuk wilayah Jawa Tengah. Pada periode itu, gempa bumi yang cukup signifikan yang tercatat adalah gempa yang terjadi di 37 kilometer arah timur dari Rembang. Gempa itu memiliki Magnitudo 6,7. “Gempa itu terjadi pada 19 September 2019,” ujarnya.
Gempa di Rembang tersebut, dari pemberitaan Kompas, Jumat (20/9/2019), disebut sebagai gempa yang langka di Laut Jawa. Laut Jawa jarang dilanda gempa bumi karena tidak berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng. Selain itu, gempa dengan hiposenter yang melebihi 300 kilometer termasuk fenomena alam yang jarang terjadi.
Dua gempa langka masing-masing berkekuatan Magnitudo 6,1 dan Magnitudo 6 terjadi di Laut Jawa, sebelah timur laut Kota Rembang, Jawa Tengah, pada Kamis (19/9/2019) pukul 14.06 WIB dan 14.31 WIB. Kedua gempa dengan sumber dalam ini dipicu deformasi batuan pada lengan Lempeng Indo-Australia yang menyusup di bawah Lempeng Eurasia.
Menurut Setyoajie, terhadap gempa bumi dan tsunami, masyarakat diharapkan dapat memahami konsep evakuasi mandiri. “Langkah-langkah mitigasi dan antisipasi, misalnya mempersiapkan tas siaga bencana dan paham langkah-langkah yang harus dilakukan ketika terjadi gempa bumi terutama sebelum, saat terjadi, dan setelah terjadi gempa bumi,” paparnya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala UPT Wilayah Cilacap Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cilacap Andi Susilo menyampaikan, sebagai langkah mitigasi, kegiatan simulasi bencana alam termasuk gempa bumi dan tsunami dilatihkan kepada pelajar di sekolah dan karyawan di perusahaan. Untuk di pesisir Cilacap juga telah dipasang alat peringatan dini tsunami. Namun ada sebagian yang rusak. “Jumlah EWS (early warning system) ada 41 unit, tapi sebanyak 16 unit rusak,” tutur Andi.
Seperti diberitakan Kompas (11/4/2018), hingga saat ini, ilmu pengetahuan belum bisa meramalkan di mana dan seberapa kuat gempa serta tsunami berikutnya bakal terjadi. Namun, daerah-daerah berpotensi tsunami di Indonesia telah dipetakan.
Kawasan selatan Jawa dan Selat Sunda termasuk yang dinilai punya potensi gempa dan tsunami besar. Sesuai Peta Sumber dan Bahaya Gempa Bumi Nasional yang dirilis Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada September 2017, potensi gempa dari zona megathrust atau patahan raksasa di selatan Jawa bisa mencapai kekuatan Magnitudo 8,7.
Selain dari zona megathrust ini, kawasan selatan Jawa bagian barat juga berisiko terdampak gempa dari Selat Sunda yang pada tahun 1903 dilanda gempa berkekuatan Magnitudo 8,1.
Rahma Hanifa, peneliti geodesi kebumian dari Intsitut Teknologi Bandung (ITB) yang turut menyusun peta gempa ini mengatakan, dalam narasi di peta ini, jika segmen zona megathrust dari selatan Bengkulu runtuh bersamaan hingga ke selatan Jawa, potensi gempa yang dihasilkan bisa mencapai Magnitudo 9,2.