Guru Besar UGM Positif Covid-19 Meninggal, Kolega Diimbau Tak Hadiri Pemakaman
Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Iwan Dwiprahasto, meninggal pada Selasa (24/3/2020) dini hari. Beberapa hari sebelumnya, Iwan dinyatakan positif Covid-19. Atas izin keluarga, identitas Iwan dibuka.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Iwan Dwiprahasto meninggal pada Selasa (24/3/2020) dini hari. Beberapa hari sebelumnya Iwan dinyatakan positif menderita Covid-19 yang disebabkan virus korona jenis baru. Atas izin keluarga, manajemen UGM telah membuka identitas Iwan sebagai salah satu penderita Covid-19.
Berdasarkan informasi resmi yang disampaikan Humas UGM, Iwan Dwiprahasto meninggal pada Selasa pukul 00.04 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Iwan yang merupakan guru besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, meninggal pada usia 58 tahun.
”Keluarga besar UGM merasa sangat berduka atas kepergian guru besar kami, sahabat kami, teman, dan kolega yang sangat baik dan memiliki kontribusi yang luar biasa bagi UGM,” kata Kepala Bagian Humas dan Protokol UGM Iva Ariani, Selasa pagi, melalui keterangan tertulis.
Semua pihak diimbau untuk mendoakan almarhum dari tempat masing-masing dan tidak perlu datang ke pemakaman.
Iva menuturkan, jenazah Iwan Dwiprahasto akan dimakamkan di pemakaman keluarga besar UGM di wilayah Sawitsari, Sleman, pada Selasa ini. Namun, semua pihak diimbau untuk mendoakan almarhum dari tempat masing-masing dan tidak perlu datang ke pemakaman. Sementara itu, pada Selasa pagi, beberapa pimpinan dan dosen UGM menggelar doa bersama di Balairung UGM sebagai bentuk penghormatan terhadap Iwan.
”Kami memohonkan maaf jika selama berhubungan dengan beliau ada hal-hal yang membuat kurang berkenan. Mohon doa dari tempat masing-masing untuk almarhum Prof Iwan, juga mohon doa untuk keluarganya agar diberikan kesabaran dan ketabahan,” ujar Iva.
Juru Bicara Pemerintah Daerah DIY untuk Penanganan Covid-19, Berty Murtiningsih, membenarkan adanya satu orang pasien positif Covid-19 yang meninggal di RSUP Dr Sardjito. ”Setelah kami konfirmasi ke RSUP Dr Sardjito, kematian kasus positif di RSUP Dr Sardjito itu benar. Pasien adalah laki-laki berusia 58 tahun,” katanya.
Meski begitu, belum ada informasi resmi mengenai penyebab kematian Iwan Dwiprahasto. Sebab, untuk menentukan penyebab kematian seorang pasien, dibutuhkan pembahasan lebih dulu di antara para dokter yang menangani. ”Untuk menentukan penyebab kematian di rumah sakit harus melalui diskusi dari tim dokter,” ujar Berty.
Untuk menentukan penyebab kematian di rumah sakit harus melalui diskusi dari tim dokter.
Identitas dibuka
Berdasarkan catatan Kompas, Iwan dirawat RSUP Dr Sardjito sejak Minggu (15/3/2020) malam. Gejala yang ditunjukkan Iwan membuatnya dirawat di ruang isolasi khusus dengan pemeriksaan sesuai standar Covid-19. Sampel swab dari Iwan lalu dikirimkan ke Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan di Jakarta pada Senin (16/3/2020).
Sesudah itu, pada Rabu (18/3/2020), Iwan diumumkan positif terinfeksi Covid-19. Identitas Iwan sebagai penderita Covid-19 juga dibuka oleh manajemen UGM setelah adanya izin dari keluarga. Pembukaan identitas itu bertujuan untuk mempermudah penelusuran orang-orang yang pernah melakukan kontak dengan Iwan.
”Ini diumumkan atas persetujuan keluarga. Nama beliau diumumkan agar siapa pun yang pernah kontak dengan beliau berhati-hati,” kata Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni UGM Paripurna Sugarda.
Berdasarkan informasi di situs resmi UGM, Iwan Dwiprahasto dikukuhkan sebagai guru besar pada 2008. Dalam pengukuhannya, Iwan menyampaikan pidato yang berjudul ”Farmakoterapi Berbasis Bukti: antara Teori dan Kenyataan”. Selain menjadi sebagai dosen dan guru besar, Iwan Dwiprahasto juga pernah menjabat sebagai Wakil Rektor UGM.
Kabar meninggalnya Iwan ini menjadi kasus kematian pertama penderita Covid-19 di DIY. Hingga Selasa pagi, total pasien positif Covid-19 di DIY berjumlah lima orang, terdiri dari satu orang dinyatakan sembuh, satu orang meninggal, dan tiga orang lainnya masih dirawat di ruang isolasi.
Sementara itu, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) di DIY sebanyak 61 orang. Dari jumlah tersebut, ada dua orang PDP yang meninggal tetapi hasil pemeriksaan laboratoriumnya belum keluar. Oleh karena itu, dua orang PDP yang meninggal itu belum diketahui apakah positif terinfeksi Covid-19 atau tidak.