PT ASDP Cabang Ketapang-Gilimanuk memprediksi terjadinya penurunan jumlah penumpang yang menyeberang Selat Bali selama libur Nyepi tahun ini. Pada H-4 hingga H-1 saja penurunan mencapai 75 persen.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Cabang Ketapang-Gilimanuk memprediksi terjadinya penurunan jumlah penumpang yang menyeberang Selat Bali selama libur hari raya Nyepi tahun ini. Penurunan telah tampak pada H-4 hingga H-1 yang mencapai 75 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
”Kami mencatat jumlah penumpang turun hingga 75 persen, sedangkan roda dua turun 26 persen dan roda empat turun 23 persen. Penurunan ini kami hitung berdasarkan perbandingan periode H-4 hingga pukul 12.00 H-1 tahun ini dengan tahun lalu,” ujar General Manager PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Ketapang-Gilimanuk Fahmi Alweni ketika ditemui di Pelabuhan Ketapang, Selasa (24/3/2020).
Saat liburan Nyepi, banyak masyarakat yang memilih keluar dari Bali menggunakan penyeberangan via Pelabuhan Gilimanuk menuju Pelabuhan Ketapang. Namun, tak sedikit juga warga yang justru memilih menyeberang dari Jawa untuk berlibur di Bali saat hari raya Nyepi.
Data PT ASDP Cabang Ketapang-Gilimanuk menunjukkan pada tahun 2019 terdapat 4.464 penumpang, 9.485 unit kendaraan roda dua, dan 7.998 unit kendaraan roda empat yang menyeberang pada masa angkutan hari raya Nyepi. Tahun ini, hanya terdapat 1.104 penumpang, 7.059 unit kendaraan roda dua, dan 6.127 unit kendaraan roda empat yang menyeberang.
Penurunan yang terjadi memang sangat terasa. Bahkan, jika dibandingkan dengan hari biasa, jumlah penyeberang mengalami penurunan hingga 40 persen.
Penurunan tersebut tidak terjadi pada angkutan logistik.
”Namun, penurunan tersebut tidak terjadi pada angkutan logistik. Kami justru melihat ada kenaikan sekitar 3 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu,” ujarnya.
Fahmi memprediksi penurunan jumlah penyeberang akan terjadi pada arus balik seusai hari raya Nyepi. Karena itu, ia cukup yakin tidak akan ada penumpukan kendaraan seperti yang biasanya terjadi di Pelabuhan Ketapang sehari setelah hari raya Nyepi.
Terkait penutupan jalur penyeberangan Ketapang-Gilimanuk saat perayaan Nyepi, Manager Usaha dan Operasional PT ASDP Cabang Ketapang Heru Wahyono mengatakan, penutupan di dua pelabuhan dilakukan dalam waktu yang berbeda.
”Pelabuhan Ketapang akan mulai ditutup sejak Selasa, (24/3/2020) malam pukul 24.00 WIB. Sementara Pelabuhan Gilimanuk baru akan ditutup pada Rabu (25/3/2020) pada pukul 05.00 Wita. Nantinya pelabuhan kembali dibuka pada Kamis (26/3/2020),” tuturnya.
Pandemi
Sepinya penyeberang pada Nyepi kali ini dampak dari pandemi Covid-19. Guna mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2, PT ASDP cabang Ketapang bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah Banyuwangi juga menyediakan tenda khusus untuk penyemprotan disinfektan. Penyemprotan disinfektan tersebut dilakukan pada semua penumpang.
Pantauan Kompas di Pelabuhan Ketapang, seluruh penumpang bus dan mobil pribadi diminta turun dan masuk ke dalam tenda penyemprotan. Adapun pengendara sepeda motor masuk ke dalam tenda beserta dengan barang bawaan dan motornya.
Mereka diminta melewati petugas yang membawa penyemprot disinfektan. Penyemprot disinfektan tersebut memanfaatkan semprotan pertanian dan kipas angin yang dilengkapi penyemprot air.
Namun, PT ASDP sempat mengistirahatkan alat tersebut beberapa saat. Pasalnya, mereka kehabisan cairan disinfektan. Namun, setelah berkoordinasi dengan Kantor Karantina Kesehatan Pelabuhan dan Dinas Kesehatan, PT ASDP membuat sendiri cairan disinfektan tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Widji Lestariono mengatakan, libur Nyepi menjadi perhatian bagi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Pasalnya, Banyuwangi sebagai pintu masuk Pulau Jawa dari Bali kerap kebanjiran wisatawan yang memilih keluar dari Bali saat Nyepi.
Saat ini sudah ada enam orang dinyatakan positif Covid-19 di Bali. Sementara di Banyuwangi belum ada satu pun warga yang dinyatakan positif Covid-19.
”Kami tentu tidak mungkin menutup penyeberangan. Kami hanya bisa melakukan pencegahan-pencegahan. Harapan kami tidak ada penyeberang yang menjadi carier (pembawa) virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan persebaran baru terjadi di Banyuwangi,” ujarnya.
Hingga saat ini Dinas Kesehatan Banyuwangi mencatat, terdapat 70 orang dalam pemantauan dan 1 pasien dalam pengawasan di Banyuwangi.