15.000 Tiket Kereta Api dari Yogyakarta Dibatalkan
Sebanyak 15.000 tiket perjalanan kereta api yang berangkat dari stasiun di wilayah Yogyakarta dibatalkan oleh calon penumpang.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 15.000 tiket perjalanan kereta api yang berangkat dari stasiun di wilayah Yogyakarta dibatalkan oleh calon penumpang. Pembatalan tiket tersebut terkait imbauan agar perantau tidak pulang ke kampung halamannya selama masa Lebaran mengingat perpanjangan masa darurat Covid-19 hingga 29 Mei 2020.
Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional (PT KAI Daop) VI Yogyakarta Eko Budiyanto mengungkapkan, pembatalan tiket itu dihitung sejak 1 Maret 2020 hingga 25 Maret 2020. Dalam kurun waktu yang sama, ada juga penumpang yang mengganti jadwalnya, yakni sebanyak 4.500 perjalanan.
”Tujuannya merata. Mulai dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Namun, karena banyak kereta dari Yogyakarta yang menuju Jakarta, perjalanan yang menuju Jakarta tentu lebih banyak dibatalkan,” kata Eko saat dihubungi dari Yogyakarta, Kamis (26/3/2020).
Adapun tiket yang dibatalkan ataupun diganti jadwal keberangkatannya itu merupakan tiket perjalanan kereta api yang seharusnya berangkat pada 23 Maret 2020 hingga 29 Mei 2020. PT KAI juga memberlakukan pengembalian 100 persen sesuai harga pembelian tiket bagi penumpang yang memiliki tiket keberangkatan pada tanggal tersebut.
Eko menyampaikan, kebijakan itu didasari oleh imbauan pemerintah pusat bagi masyarakat agar tidak mudik selama masa darurat Covid-19 ini demi meminimalkan potensi penyebaran virus. Tahun ini, hari raya Idul Fitri atau Lebaran jatuh pada 24-25 Mei 2020. Tiket angkutan Lebaran pun sudah dijual sejak Februari lalu.
”Masa darurat Covid-19 ini bertepatan dengan berlangsungnya angkutan Lebaran. Lalu, dengan kondisi seperti ini, muncul imbauan agar tidak mudik terlebih dahulu. Maka, banyak penumpang yang membatalkan tiketnya,” kata Eko.
Selain itu, Eko mengungkapkan, PT KAI DAOP VI juga membatalkan sejumlah jadwal perjalanan kereta api. Adapun kereta yang dibatalkan yaitu Taksaka, Sancaka Utara, Malabar, Senja Utama, dan Fajar Utama.
Dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19, Eko menuturkan, PT KAI DAOP VI melakukan pembersihan dengan disinfektan setiap hari. Pembersihan tidak hanya dilakukan terhadap kereta yang akan mengangkut penumpang, tetapi juga lingkungan stasiun. Pembersihan dilakukan dengan cara menyemprotkan disinfektan setiap dini hari.
”Protokol kesehatan lainnya, seperti pengukuran suhu dan pemasangan hand sanitizer, sudah kami lakukan. Penumpang yang menunggu juga dilakukan penjarakan atau social distancing. Aturan social distancing juga coba diterapkan di kereta dengan mengosongkan dua kereta dari setiap rangkaian sehingga jumlah penumpang pun dibatasi,” kata Eko.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Dishub DIY) Tavip Agus Rayanto mengatakan, pada moda transportasi darat, pihaknya belum melihat ada lonjakan penumpang yang memasuki wilayah DIY. Kondisi yang terjadi justru perantau yang tinggal di DIY kembali ke daerahnya masing-masing.
Jumlah pastinya saya belum dapat. Namun, dari yang saya amati, lebih banyak orang yang keluar untuk kembali ke tempat asalnya.
Fenomena itu khususnya bagi para perantau antarkota yang kebanyakan terdiri dari pelajar dan mahasiswa. Ini diamatinya dari dua terminal yang dikelola Dishub DIY, yaitu Terminal Jombor dan Terminal Wates.
”Jumlah pastinya saya belum dapat. Namun, dari yang saya amati, lebih banyak orang yang keluar untuk kembali ke tempat asalnya. Ini bagi perantau-perantau kota yang diisi mahasiswa dan pelajar. Tujuannya seperti Semarang, Temanggung, dan lain-lain,” kata Tavip.
Tavip mengungkapkan, protokol kesehatan untuk pencegahan Covid-19 sudah diterapkan di terminal-terminal yang dikelola Dishub DIY. Penumpang harus diukur suhu tubuhnya sebelum naik ke kendaraan. Tempat cuci tangan dan hand sanitizer juga tersedia di tempat tersebut.
”Tambahannya, kami juga meminta setiap penumpang untuk mengisi form perjalanan. Penumpang mau pergi ke mana, tujuannya ke mana, dan dari mana. Identitas juga harus diisi, seperti tinggal di mana, dan lain sebagainya. Ini untuk memudahkan pelacakan jika terjadi apa-apa terkait Covid-19 nantinya,” kata Tavip.