Setelah menjalani Nyepi, Gubernur Bali I Wayan Koster mengimbau semua warga Bali agar tetap berada di rumah masing-masing. Hal itu bertujuan mencegah dan menanggulangi penyebaran virus korona baru.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA/ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Setelah menjalani Nyepi, Gubernur Bali I Wayan Koster mengimbau semua warga Bali agar tetap berada di rumah masing-masing. Hal itu bertujuan mencegah dan menanggulangi penyebaran virus korona baru.
”Sebelum imbauan itu dikeluarkan, Gubernur sudah berkomunikasi dengan pihak Bank Indonesia, Polri, dan TNI di Bali. Semua pihak menyambut dengan baik dan positif,” kata Ketua Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 Provinsi Bali I Dewa Made Indra.
Imbauan Gubernur Bali tentang pengurangan atau pembatasan aktivitas di luar rumah pada Kamis (26/3/2020) atau sehari setelah Nyepi itu mendapat respons dari kepala daerah di Bali. Hingga Rabu (25/3/2020), beberapa pemerintah daerah di Bali mengeluarkan imbauan serupa agar semua warganya tetap berada di rumah.
Imbauan, antara lain, dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Klungkung, Pemkab Gianyar, Pemkab Bangli, dan Pemerintah Kota Denpasar. Bahkan, Bupati Gianyar I Made Mahayastra bersama Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Gianyar dan Majelis Madya Desa Adat Gianyar juga sepakat untuk menutup semua akses lintas kabupaten di wilayah Gianyar.
Sejalan dengan komitmen mencegah penyebaran penyakit Covid-19, Gubernur mengeluarkan imbauan itu, yang dikaitkan dengan rangkaian Nyepi.
”Mungkin semacam perpanjangan dari Brata Panyepian, yakni amati lelungan, dengan tidak bepergian ke luar rumah pada Kamis tanggal 26 Maret,” kata Mahayastra. ”Seluruh jalan lintas wilayah Gianyar akan ditutup dari lalu lalang kendaraan, kecuali untuk urusan kedaruratan, tenaga medis, aparat keamanan dan pemerintah, serta untuk urusan lain yang bersifat mendesak,” ujarnya.
Bali secara resmi ditutup selama satu hari, yakni ketika Nyepi, pada Rabu (25/3/2020). Selama Nyepi, umat Hindu melaksanakan pembatasan diri atau Catur Brata Panyepian, yakni amati karya atau tidak beraktivitas fisik, amati lelanguan (tidak menghibur diri), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati geni (tidak menyalakan api atau menghidupkan nafsu).
Sehari setelah Nyepi, yakni ketika Ngembak Geni pada Kamis (26/3/2020), umat Hindu dan masyarakat di Bali kembali beraktivitas, tetapi aktivitas perkantoran, termasuk perbankan, masih libur. ”Sejalan dengan komitmen mencegah penyebaran penyakit Covid-19, Gubernur mengeluarkan imbauan itu, yang dikaitkan dengan rangkaian Nyepi,” kata Indra yang juga menjabat Sekretaris Daerah Bali.
Bandara beroperasi
Seluruh aktivitas dan pelayanan bandara di Bali beroperasi normal mulai Kamis ini. Manajer Komunikasi dan Legal PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Arie Ahsanurrohim, menyatakan, kegiatan operasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai dihentikan sementara selama pelaksanaan Nyepi, yakni mulai Rabu pukul 06.00 Wita sampai Kamis pukul 06.00 Wita, kecuali untuk penerbangan kedaruratan atau keperluan evakuasi medis. Setelah itu, bandara kembali beroperasi normal.
Sementara itu, pemandangan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dijumpai di penyeberangan Ketapang-Gilimanuk saat hendak dioperasikan kembali setelah ditutup pada hari raya Nyepi. Tak ada penumpukan penumpang. Saat Nyepi, Pelabuhan Ketapang ditutup sejak Selasa (24/3/2020) pukul 23.00 WIB hingga Kamis (26/3/2020) pukul 05.00.
Hal itu selalu dilakukan untuk menghormati mayoritas warga Bali yang merayakan Nyepi. Akibatnya, penumpukan kendaraan dan penumpang biasa terjadi sebelum pelabuhan kembali dioperasikan. Pantauan di Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk, antrean kendaraan di area parkir tidak mencapai 50 persen. Masih banyak area yang kosong. Hanya area parkir di dermaga LCM yang penuh pada pukul 16.00.
Kondisi ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya pada periode yang sama. Biasanya, pada sore hari, area parkir di dalam pelabuhan sudah ditutup karena penuh. Biasanya, antrean terjadi hingga jalan Banyuwangi-Situbondo. PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Ketapang-Gilimanuk bahkan harus menyediakan lahan parkir tambahan.
”Tahun lalu, jam yang sama, saya sudah ’dibuang’ (diarahkan untuk parkir) di jembatan timbang Watu Dodol. Tahun ini jauh lebih sepi sehingga saya bisa dapat antrean paling depan di dalam area parkir Pelabuhan Ketapang,” ujar Waluyo (53), sopir truk yang membawa barang elektronik dari Surabaya ke Bali. Sepinya penyeberang sebenarnya sudah diprediksi oleh PT ASDP Cabang Ketapang-Gilimanuk. Mereka juga sengaja tidak menambah area parkir karena yakin tidak akan terjadi lonjakan penyeberang.
Menurut General Manager PT ASDP Cabang Ketapang-Gilimanuk Fahmi Alweni, merebaknya Covid-19 memengaruhi keinginan warga untuk melakukan perjalanan. ”Kami mencatat jumlah penumpang turun hingga 75 persen, sedangkan (kendaraan) roda dua turun 26 persen dan roda empat turun 23 persen. Penurunan ini dihitung berdasarkan perbandingan periode H-4 hingga pukul 12.00 H-1 tahun ini dengan tahun lalu,” ujarnya.
Data PT ASDP Cabang Ketapang-Gilimanuk, pada 2019 terdapat 4.464 penumpang, 9.485 kendaraan roda dua, dan 7.998 kendaraan roda empat yang menyeberang pada masa angkutan hari raya Nyepi. Adapun tahun ini hanya terdapat 1.104 penumpang, 7.059 kendaraan roda dua, dan 6.127 kendaraan roda empat yang menyeberang.
Penurunan yang terjadi memang sangat terasa. Bahkan, jika dibandingkan dengan hari biasa, jumlah penyeberang mengalami penurunan hingga 40 persen. ”Namun, penurunan tersebut tidak terjadi pada angkutan logistik. Kami justru melihat ada kenaikan sekitar 3 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu,” katanya.
Fahmi memprediksi penurunan jumlah penyeberang juga akan terjadi pada masa balik hari raya Nyepi. Oleh karena itu, ia cukup yakin tidak akan ada penumpukan kendaraan di pelabuhan.