Seusai Nyepi, Penyeberang dari Banyuwangi ke Bali Sepi
Seusai Nyepi, perantau asal Banyuwangi belum kembali ke Bali. Mereka memilih tinggal di Banyuwangi sementara menunggu ancaman Covid-19 mereda.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Seusai Nyepi, perantau asal Banyuwangi, Jawa Timur, memilih tidak kembali ke Bali tempat mereka bekerja. Mereka khawatir dengan penyebaran virus korona baru di pulau itu.
Manajer Usaha PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Ketapang Heru Wahyono mengatakan, hingga H+1 Nyepi, baru 12,95 persen penyeberang yang kembali ke Bali.
”Baru 12,95 persen orang yang menyeberang dari Bali kembali ke Bali seusai liburan Nyepi. Sejak H-4 hingga H-1 Nyepi ada 89.183 orang menyeberang dari Bali ke Jawa. Namun, hingga H+1 Nyepi baru 11.552 orang yang kembali dari Jawa ke Bali,” ujarnya ketika ditemui di Banyuwangi, Jumat (27/3/2020).
Baca juga : Stok Alat Pelindung Diri di Banyuwangi Hanya Cukup hingga Pekan Depan
Jumlah ini kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Biasanya, jumlah penyeberang dari Jawa ke Bali pada H+1 Nyepi dapat mencapai 25 persen dari total penyeberang dari Bali ke Jawa. Tak jarang, kemacetan terjadi di jalan menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, karena selama Nyepi, pelabuhan tidak beroperasi.
Namun, tahun ini, pelayaran lancar. Tidak terjadi penumpukan kendaraan di sekitar Pelabuhan Ketapang. Semua kendaraan yang sudah mengantre juga langsung terangkut kurang dari satu jam sejak penyeberangan dibuka kembali.
”Penyeberangan kembali dibuka, Kamis (26/3/2020) pukul 05.00. Tidak sampai pukul 06.00, semua kendaraan sudah selesai terangkut. Padahal, tahun-tahun sebelumnya, semua kendaraan baru bisa diseberangkan sekitar pukul 14.00,” kata Heru.
PT ASDP Cabang Ketapang mencatat, jumlah penyeberang pada H+1 menurun 72 persen daripada tahun lalu. Pada 2019, penyeberang yang jumlahnya mencapai 41.497 orang turun menjadi 11.552 orang pada 2020.
Hal serupa terjadi pada jumlah kendaraan roda dua yang turun 71 persen dari 6.278 unit pada 2019 menjadi 1.820 unit pada tahun 2020. Sementara jumlah mobil roda empat turun 72 persen dari 3.802 unit menjadi 1.050 unit pada tahun 2020.
Enggan kembali
Terkait masih sedikitnya penyeberang yang kembali ke Bali seusai Nyepi, Kompas menemukan fakta, ada sejumlah warga yang sengaja tidak kembali ke Bali. Hal itu dilakukan karena kondisi Bali di tengah dalam pandemi Covid-19.
Endra (63), warga asli Banyuwangi yang sehari-hari berdagang di salah satu pasar di Denpasar, Bali, adalah salah satunya. ”Setiap Nyepi biasanya saya pulang ke Banyuwangi sekitar lima hari sampai seminggu. Tahun ini beda, saya sudah satu minggu di Banyuwangi dan belum menentukan kapan mau kembali ke Denpasar,” tuturnya pada Rabu (25/3/2020). Endra dan keluarganya saat itu sedang bersantai di dermaga LCM Pelabuhan Ketapang.
Endra mengatakan, saat ini Bali, terutama Denpasar, menjadi sangat sepi seperti kota mati. Hal itu terjadi semenjak pandemi Covid 19 merebak dan ada dua orang meninggal dengan status positif Covid-19 di Bali.
Pria asal Kecamatan Genteng yang sudah belasan tahun merantau ke Bali tersebut menambahkan, pendapatannya menurun karena Bali tak seramai biasanya. Ia akhirnya memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya di Banyuwangi.
”Daripada di Bali nganggur tidak jelas, lebih baik ke Banyuwangi, bisa berkumpul bersama anak cucu dan keluarga yang lain,” ucapnya.
Hal senada dilakukan Icha (32). Ibu dua anak itu memilih keluar dari Bali dan tinggal di Banyuwangi bersama keluarganya. Hal ini dilakukan karena kedua anaknya juga tidak memiliki tanggungan untuk masuk ke sekolah.
”Memang belajar di rumah, kami bawa semua buku pelajaran anak-anak ke Banyuwangi. Kasian anak-anak kalau harus tinggal di Bali yang sepi dan tidak bisa bermain. Kalau di Banyuwangi, anak-anak masih bisa penyegaran di taman kota,” ujarnya.