Hujan abu bercampur pasir akibat erupsi Gunung Merapi turun di 47 desa di delapan kecamatan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (27/3/2020) siang. Kejadian ini sempat memicu kepanikan sebagian warga.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Hujan abu bercampur pasir akibat erupsi Gunung Merapi turun di 47 desa di delapan kecamatan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (27/3/2020) siang. Kejadian ini sempat memicu kepanikan sebagian warga.
Sutarno (53), petani Desa Mangunsuko, Kecamatan Dukun, mengatakan, hujan abu terjadi sekitar pukul 11.30. Saat itu, ia bersama 10 petani lainnya sedang berada di tengah sawah. Desa Mangunsuko berjarak sekitar 9 kilometer dari Gunung Merapi.
Langit tiba-tiba gelap. Pasir dan abu turun tak lama kemudian. Sempat mengira hanya sementara, ternyata hujan abu itu tak juga berhenti. ”Saya panik. Langsung lari pulang ke rumah,” ujarnya, Jumat (27/3/2020).
Bukan tanpa alasan Sutarno begitu panik. Ia pernah trauma. Kejadian yang sama mengingatkannya pada erupsi Merapi tahun 2010. Durasi hujan abu hingga sekitar 1 jam dikhawatirkan menjadi penanda terjadi erupsi besar.
Sutarno mengatakan, sebelum hujan abu, dia tidak mendengar suara gemuruh tanda erupsi. Ia justru mendengar suara gemuruh Merapi pada Kamis (26/3/2020).
Hal berbeda dikatakan warga Desa Krinjing, Kecamatan Dukun. Berjarak sekitar 5 kilometer dari Merapi, warga mendengar suara gemuruh sebelum hujan abu. ”Suara gemuruh terdengar sekitar lima menit. Setelahnya, hujan abu turun bercampur pasir selama sekitar 10 menit,” ujar Kepala Desa Krinjing Ismail.
Ismail mengatakan, material yang turun lebih didominasi pasir. Hal itu tetap memaksa petani pulang lebih awal ke rumah. Warga, kata Ismail, tidak panik dan memilih menunggu hujan abu reda di rumah masing-masing.
Kepala Seksi Konservasi Balai Konservasi Borobudur Yudhi Suhartono mengatakan, kabar material letusan Merapi menuju barat daya membuat pihaknya menyiapkan lebih dari 70 terpal penutup stupa Candi Borobudur. Terpal penutup lorong-lorong candi juga siap dipasang. Abu dari erupsi Gunung Merapi bersifat asam sehingga berpotensi memicu pelapukan batuan candi.
”Jika ada informasi abu mulai terjadi di sekitar Kecamatan Borobudur, terpal-terpal itu segera dipasang untuk melindungi candi,” ujarnya.
Suara gemuruh terdengar sekitar lima menit. Setelahnya, hujan abu turun bercampur pasir selama sekitar 10 menit.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Pranowo mengatakan, angin kencang ke arah barat daya membuat hujan abu mencapai 30 km dari puncak Merapi. Namun, kali ini, pihaknya tidak membagikan masker bagi warga. Alasannya, mereka masih memiliki banyak masker hasil pembagian sebelumnya.
”Selain itu, kini warga sudah sejak lama memiliki masker. Hal itu sebagai bentuk antisipasi Covid-19,” ujarnya.