Keberadaan Laboratorium Pengujian Efektifkan Penanganan Covid-19 di Sumbar
Pengujian sampel pasien di Universitas Andalas mempercepat penanganan Covid-19 di Padang. Petugas medis kini tak perlu menunggu uji sampel di Jakarta.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Keberadaan laboratorium Universitas Andalas, Padang, sebagai tempat pengujian sampel pasien dalam pengawasan dinilai membuat penanganan Covid-19 di Sumatera Barat lebih efektif. Adanya laboratorium di daerah membuat pembuktian pasien positif atau negatif mengidap Covid-19 lebih cepat sehingga tindakan yang diambil lebih tepat.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno di Padang, Jumat (27/3/2020) malam, mengakui dampak keberadaan laboratorium pengujian sampel di daerah sangat signifikan. Daerah tidak perlu lagi menunggu hasil pemeriksaan pasien berminggu-minggu sehingga penanganan pasien dalam pengawasan lebih efektif dan efisien.
”Sekarang, tanpa menunggu lama dan menghabiskan banyak alat pelindung diri dan segala macamnya, pasien negatif bisa langsung dipindahkan tempat perawatannya. Penanganan pasien positif juga bisa lebih fokus,” kata Irwan.
Irwan menjelaskan, sebelum beroperasinya laboratorium Universitas Andalas sejak tiga hari terakhir, daerah harus menunggu lama hasil pengujian sampel dari Jakarta. Irwan memahami kondisi itu karena jumlah sampel yang diperiksa Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan dari seluruh Nusantara sangat banyak.
Sekarang, tanpa menunggu lama dan menghabiskan banyak alat pelindung diri dan segala macamnya, pasien negatif bisa langsung dipindahkan tempat perawatannya. Penanganan pasien positif juga bisa lebih fokus.
Karena proses menunggu hasil pengujian sampel lama, bisa sekitar dua minggu, penggunaan alat pelindung diri menjadi banyak, padahal ketersediaannya terbatas. Tenaga dan pikiran dokter serta perawat juga terkuras. Ruang isolasi pun semakin padat. Sebab, selama menunggu hasil, pasien dalam pengawasan diperlakukan layaknya pasien positif.
Irwan melanjutkan, dengan beroperasinya laboratorium Unand sebagai tempat pengujian sampel, daerah tidak perlu lagi mengirim sampel ke Jakarta. Hasilnya lebih cepat diketahui dan tindakan yang diambil lebih tepat. Laboratorium Unand sudah memeriksa puluhan sampel dengan hasil positif Covid-19 berjumlah empat orang.
”Penggunaan alat pelindung diri efisien, ruangan isolasi efisien, stres tenaga medis berkurang, fokus lebih tinggi, dan uang lebih hemat. Cuma menunggu lima jam, hasil pemeriksaan sudah diketahui. Cuma memang hasilnya tidak segera diumumkan karena dicek lagi supaya benar-benar akurat,” tutur Irwan.
Dengan sudah adanya pasien positif di Sumbar, menurut Irwan, rumah sakit rujukan utama, yaitu RSUP Dr M Djamil, Padang, dan RSUD Achmad Mochtar, Bukittinggi, sekarang lebih diarahkan sebagai tempat perawatan pasien positif Covid-19. Sementara itu, pasien dalam pengawasan lebih diarahkan untuk dirawat di RSUD.
Terkait pasien positif Covid-19, kata Irwan, hingga Jumat malam, angkanya bertambah satu menjadi tujuh orang. Satu pasien ini adalah pasien yang sampelnya dicek ulang oleh laboratorium pada Jumat siang. Pasien tambahan merupakan pasien dalam pengawasan di RS Semen Padang. Namun, riwayat perjalanan dan riwayat kontak pasien belum dapat dijelaskan.
Hal senada diungkapkan Pejabat Pemberi Informasi dan Dokumentasi RSUP Dr M Djamil, Gustavianof. Menurut dia, penanganan pasien Covid-19 di RSUP Dr M Djamil menjadi lebih efektif karena hasil pengujian sampel pasien dalam pengawasan lebih cepat diketahui sejak adanya laboratorium pengujian sampel di daerah.
”Penanganan di rumah sakit lebih efektif. Kalau pasien ternyata positif Covid-19, kami bisa segera mengambil tindakan sesuai protokol. Dinas kesehatan tentu juga akan lebih cepat mengambil tindakan preventif di daerah,” kata Gustavianof.
Menurut Gustavianof, dengan hasil pengujian sampel lebih cepat diketahui, kondisi psikis pasien lebih baik. Pasien yang negatif Covid-19 tidak perlu menunggu hingga dua minggu di ruang isolasi. Dalam hitungan hari, mereka bisa dipindahkan atau dipulangkan ketika diketahui hasilnya negatif.
Hal itu juga membuat penggunaan ruang isolasi, yang jumlahnya terbatas, lebih efektif. Dengan singkatnya waktu perawatan pasien negatif, ruang isolasi bisa segera digunakan oleh pasien lain.
”Ruangan tidak terlalu padat. Mereka (yang negatif Covid-19) hanya beberapa hari dirawat, lalu bisa segera pulang. Ruangan yang sebelumnya mereka tempati bisa digunakan pasien lain,” ujarnya.