Stok Sejumlah Komoditas Pokok Bulog di Papua Menipis
Stok sejumlah barang kebutuhan pokok yang dimiliki Bulog menipis di tengah penerapan kebijakan pembatasan sosial di Papua yang berlaku sejak Kamis (26/3/2020).
Oleh
Fabio Costa
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Stok sejumlah barang kebutuhan pokok yang dimiliki Perum Bulog menipis di tengah penerapan kebijakan pembatasan sosial di Papua yang berlaku sejak Kamis (26/3/2020). Perum Bulog akan bergerak untuk mendatangkan pasokan berbagai kebutuhan yang menipis tersebut.
Kepala Perum Bulog Divisi Regional Papua dan Papua Barat Sopran Kenedi, di Jayapura, Jumat (27/3/2020), mengatakan, pihaknya saat ini sama sekali tidak memiliki stok gula, baik di Papua maupun Papua Barat. Sementara stok minyak goreng hanya 700 liter di Papua dan 9.800 liter di Papua Barat.
Perihal tepung terigu, Perum Bulog memiliki stok 3.200 kilogram di Papua dan 7.400 kilogram di Papua Barat. Untuk stok beras yang dimiliki Perum Bulog, Sopran mengatakan masih stabil untuk lima bulan ini. Persediaan beras 26.900 ton di Papua dan Papua Barat 6.600 ton.
Sopran menuturkan, terjadi kenaikan harga sejumlah barang pokok di Kota Jayapura pada Minggu ketiga bulan ini. Hal tersebut diketahui dari hasil pemantauan tim analisis harga pasar Perum Bulog Divisi Regional Papua dan Papua Barat.
Harga gula di tingkat pedagang eceran naik dari Rp 16.000 per kg menjadi Rp 18.000 per kg, telur ayam dari Rp 30.000 per kg menjadi Rp 32.000 per kg, dan bawang merah dari Rp 55.000 per kg menjadi Rp 60.000 per kg. Selain itu, harga bawang putih dari Rp 51.000 per kg menjadi Rp 60.0000 per kg dan cabai merah dari Rp 43.000 per kg menjadi Rp 50.000 per kg.
”Naiknya harga gula dan bawang putih karena minimnya pasokan di pasaran. Sementara harga cabai melonjak diduga akibat permainan spekulan yang memanfaatkan adanya kebijakan pembatasan sosial di Papua,” ungkap Sopran.
Pemerintah Provinsi Papua menerapkan kebijakan menutup bandara dan pelabuhan dari dan ke wilayah itu mulai 26 Maret 2020. Kebijakan untuk mencegah penyebaran wabah Covid-19 itu diterapkan selama 14 hari. Namun, lalu lintas barang masih diperbolehkan.
Sopran mengatakan, Bulog akan menggunakan kapal kargo untuk mendatangkan gula 3.000 ton untuk Papua dan 2.000 ton untuk Papua Barat. ”Kami juga akan menambah pasokan barang kebutuhan pokok di kedua provinsi ini, yakni 60.500 liter minyak goreng, 33.000 kilogram terigu, dan 8.000 ton beras,” ujarnya.
Secara terpisah, Wali Kota Jayapura Benhur Tomy Mano menjamin ketersediaan pasokan kebutuhan pokok untuk warga di ibu kota Papua ini hingga beberapa bulan ke depan. Dia menuturkan, pihaknya akan memberikan bantuan paket barang kebutuhan pokok bagi 6.300 keluarga tidak mampu pada 1 April.
Bantuan itu berupa beras, gula, minyak goreng, dan sejumlah barang pokok lainnya. ”Pemberian bantuan ini akan dilakukan secara bertahap dan tidak dalam massa berkumpul di suatu tempat. Hal ini untuk mencegah penyebaran virus korona di Kota Jayapura,” kata Benhur.
Ia pun menegaskan, Pemkot Jayapura akan mencabut izin usaha pedagang yang dengan sengaja menimbun barang kebutuhan pokok di tengah kondisi wabah Covid-19 ini. ”Tim kami di lapangan terus melakukan pemeriksaan pasokan barang kebutuhan pokok di sejumlah agen besar dan pasar tradisional di Kota Jayapura,” ujar Benhur.
Hal senada disampaikan Bupati Jayapura Matius Awoitauw. Dirinya memastikan pasokan bahan kebutuhan pokok di Kabupaten Jayapura masih stabil di tengah kebijakan penutupan bandara dan pelabuhan untuk penumpang. ”Kami akan menindak tegas oknum pedagang yang sengaja memanfaatkan situasi saat ini. Saya sendiri secara langsung terus mengecek kondisi pasokan barang pokok di Kabupaten Jayapura,” kata Matius.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, UKM, dan Tenaga Kerja Provinsi Papua Laduani Ladamay mengimbau masyarakat agar tetap tenang. Dia mengatakan, pemerintah pusat dan daerah sedang berupaya memenuhi seluruh kebutuhan konsumsi masyarakat.
”Kami akan menggelar operasi pasar dan menyiapkan tambahan pasokan komoditas pangan yang harganya naik seperti telur,” tutur Laduani.
Kepala Pelni Cabang Jayapura Harianto Sembiring mengatakan, dengan adanya kebijakan pembatasan sosial di Papua, kapal Pelni sudah tidak memasuki wilayah Papua sejak Kamis. ”Padahal, kapal kami yang rencananya berlabuh di Pelabuhan Jayapura pada Jumat ini membawa 31 kontainer barang,” ungkapnya.