Kota Tegal Tak "Lockdown", Bisa Jadi Contoh Isolasi Terbatas
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendukung pembatasan pergerakan warga Kota Tegal guna mengantisipasi penyebaran virus korona jenis baru. Namun, penggunaan kata “lockdown” dinilainya tak tepat.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendukung pembatasan pergerakan warga Kota Tegal guna mengantisipasi penyebaran virus korona jenis baru. Bahkan, kota itu bisa menjadi contoh. Namun, penggunaan kata “lockdown” dinilai kurang tepat.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Tegal memberlakukan pembatasan wilayah terbatas atau local lockdown hingga 30 Juli 2020. Hal itu guna menekan penularan virus korona baru pemicu Covid-19, lantaran sudah ada satu kasus positif Covid-19 di kota tersebut.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Jumat (27/3/2020), mengatakan, telah menghubungi Wakil Wali Kota Tegal guna menanyakan kebijakan itu. Pemkot Tegal, lanjut Ganjar, bermaksud baik, yaitu agar warga membantu pemerintah dengan tak jalan-jalan ke luar daerah. Namun, itu merupakan isolasi terbatas.
“Tadi saya tanya, apa masyarakat boleh jalan-jalan? (Jawabannya) boleh. Itu berarti tidak lockdown. Kalau lockdown tak boleh keluar rumah. Semangat bagus dari Pemkot Tegal, tetapi agar hati-hati dengan kata ‘lockdown’. Sebenarnya isolasi terbatas agar masyarakat tak bergerak. Sampai tingkat itu saja,” kata Ganjar, dalam rekaman suara yang diterima Kompas.
Ia pun mendukung jika Kota Tegal dapat memberi contoh penerapan isolasi terbatas guna mencegah penyebaran Covid-19. Setidaknya, isolasi dilakukan pada level terkecil, yakni tingkat RT, sehingga masyarakat keluar hanya untuk hal-hal atau keperluan penting.
Ganjar Pranowo mendukung jika Kota Tegal dapat memberi contoh penerapan isolasi terbatas guna mencegah penyebaran Covid-19.
“Kalau seperti itu saya dukung. Namun, tidak seperti yang ramai di media bahwa besok (Kota Tegal) akan tertutup rapat. Tidak seperti itu,” lanjut Ganjar.
Sebelumnya, Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono menuturkan, akan memperketat sistem pembatasan wilayah. “Kami akan menggunakan beton seberat dua ton sehingga masyarakat tidak bisa lagi menggeser barrier atau coba-coba membuka jalan,” katanya. (Kompas.id, 26/3)
Hingga Jumat (27/3) pukul 14.00, terdapat 40 kasus positif Covid-19 di Jateng dengan rincian 32 orang dirawat, dua sembuh, dan enam meninggal. Adapun orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 3.638 orang dan pasien dalam pengawasan (PDP) dirawat sebanyak 322 orang.
Secara terpisah, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menuturkan, kebijakan lockdown ialah kewengan pemerintah pusat. Menurut dia, yang paling utama saat ini ialah sosialisasi bahaya Covid-19. “Bagaimana masing-masing individu mampu menahan diri untuk tidak bepergian ke luar,” ucap Hendrar.
Imbau tak mudik
Sebagai antisipasi penyebaran, Ganjar Pranowo meminta warga Jateng yang merantau di berbagai daerah lain seperti Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali, tidak mudik pada Lebaran tahun ini. Mereka agar menetap di lokasi masing-masing saat ini.
"Saya sarankan untuk warga Jateng yang sedang bekerja untuk tidak mudik. Saya doakan Anda semua sehat. Namun, kalau tidak sehat dan terjangkit virus korona, maka Anda bisa menularkan kepada keluarga tercinta di rumah,” kata Ganjar.